Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Suka Duka Mengajar Menulis dalam Bahasa Asing

25 Januari 2021   15:40 Diperbarui: 26 Januari 2021   04:22 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengajarkan keterampilan menulis dalam bahasa asing tak semudah yang dibayangkan. (Foto: pexels.com)

Dan sejujurnya Korsel bukan satu-satunya negara dengan pendidikan pengejar skor. Banyak pendidikan di negara-negara Asia masih berhaluan sama, termasuk juga Indonesia.

Anak-anak sekolah hasil didikan sistem pendidikan Asia lazimnya kesulitan beradaptasi dengan sistem pendidikan Barat terutama AS karena di sekolah-sekolah Amerika itu keterampilan menulis dibutuhkan di beragam mata kuliah, bahkan bagi mereka yang tampaknya jauh dari bidang bahasa dan sastra sekalipun masih ada tuntutan untuk bisa menulis makalah atau tesis dengan sistematis. 

Akibat ketidakmampuan menulis sangatlah kompleks, misalnya ketidakpercayaan diri di kelas, terlambat mengumpulkan tugas, komunikasi yang buruk dengan dosen, dan yang terparah, jika amat terdesak, anak didik yang sudah putus asa bisa melakukan pelanggaran akademis serius seperti mencontek dan meniru tulisan orang lain alias plagiarisme.

Jadi, sekali lagi, para pelaku plagiarisme kadang bukan anak-anak yang pandir. Mereka terkadang memiliki intelejensia yang tinggi tetapi sayangnya masih memiliki keterampilan menulis yang kurang.

Tantangan Mengajar Menulis dalam Bahasa Asing

Begitu banyak tantangan yang kita jumpai dalam menulis. Di antaranya yang paling banyak dijumpai ialah kurangnya waktu yang disediakan, kurikulum pengajaran yang terlampau rumit, dan ketiadaan struktur yang jelas dan mudah dipahami.

Soal waktu, saya memang merasakan sendiri betapa sedikitnya waktu sejam untuk membimbing murid dalam menulis. Karena saya butuh waktu untuk menjelaskan konsep kemudian memberikan waktu bagi mereka untuk menulis dahulu baru kemudian membahas draft mereka. Dan ini butuh waktu lebih dari sejam.

Kemudian poin kedua: kurikulum kita terlalu rumit. Menulis bagi saya semestinya dimulai secara naluriah, bak kita berbicara. Karena menulis dan berbicara memiliki kemiripan, yakni dua cara mengekspresikan emosi dan gagasan. Kadang saya berikan kesempatan siswa saya untuk menjauhi istilah-istilah khas akademis semacam narasi, eksposisi, dan sebagainya dan menulis sesuai apa yang ingin mereka tulis. 

Saya kadang berikan mereka kebebasan untuk berekspresi melalui menulis. Dan anehnya karena di kelas seringnya mereka diberi perintah, saat saya beri kebebasan justru mereka bingung dan minta penjelasan dan rambu-rambu. "Lho itu pilihan kamu. Pokoknya terserah!" jawab saya, yang makin membuat mereka bingung.

Tantangan akan makin besar jika kita membicarakan soal pengajaran keterampilan menulis dalam bahasa asing. Misalnya bahasa Inggris. Hal ini karena kebanyakan anak didik dibesarkan dalam suatu lingkungan yang secara alami kurang mendukung. Keluarga dan teman-teman mereka mayoritas bukan penutur asli (native speaker) dari bahasa yang mereka pakai untuk menulis. 

Jadi, dengan kata lain, tantangannya lebih berlapis-lapis dari mereka yang belajar menulis dalam bahasa ibu (mother tongue). Akhirnya, beban itu harus disangga oleh guru-guru bahasa sendirian.

Dan ini konyol karena tentu tidak bisa memasrahkan perkembangan penguasaan berbahasa asing pada satu pihak saja. Diperlukan sinergi yang solid untuk bisa memaksimalkan proses belajar anak, yang justru lebih banyak di luar ruangan kelas.  

Santai Itu Penting

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun