Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sehat Itu Sederhana! Yang Rumit Itu Gaya dan Tren (Bagian 2-Tamat)

5 Desember 2020   10:21 Diperbarui: 5 Desember 2020   10:41 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sehat luar dalam itu simpel kok! (Foto: Vitalii Pavlyshynets di Unsplash.net)

Sebelumnya saya sudah menuliskan separuh kiat hidup sehat di bagian pertama.

Berikut adalah bagian kedua.

Temukan Renjana (Passion)

Bagi mereka yang ingin hidup lebih sehat secara holistik, memiliki renjana sangatlah penting. Kenapa? Alasannya ialah saat seorang manusia memiliki renjana, maka ia menjalani hidup sebagai sebuah proses perjalanan pengembangan diri. Tidak cuma menjalani keseharian yang hambar, hampa dan tanpa kesan. 

Dengan memiliki renjana dalam benak kita, kita cenderung untuk kesabaran dan kegigihan. Ini berbeda dari mereka yang cuma menjalani sesuatu dengan antusiasme yang membuncah di awal namun setelah dalam perjalanan ada tantangan yang makin berat mereka memutuskan berhenti. Dalam kasus mereka yang memiliki renjana, mereka menikmati perjalanan tersebut. 

Jatuh bangun, gagal berhasil, belok kanan dan kiri, tidak ada yang dihindari. Justru diambil pelajarannya untuk bisa terus maju ke depan. Ini juga berlaku dalam hal menulis dan lainnya. Konon, seorang penulis profesional adalah penulis amatir yang tidak berhenti menulis. Jadi, teruslah menulis jika itu memang renjana Anda!

Miliki Tujuan Hidup

Bukan hal yang mudah untuk menemukan tujuan hidup, harus diakui. Dan bagi sebagian orang terutama di masa ekonomi lesu, rasanya konyol untuk menanyakan tujuan hidup tatkala urusan perut masih mendominasi pikiran. Padahal, memiliki tujuan hidup sama pentingnya dengan makan nasi demi bertahan hidup setiap hari. 

Dalam hal spiritual ini, memeluk agama atau kepercayaan tertentu sangatlah vital bagi seseorang. Sebuah studi ilmiah dari JAMA Network Open menemukan bahwa orang-orang yang tidak memiliki tujuan hidup yang jelas memiliki peluang untuk meninggal dua kali lebih tinggi selama masa pelaksanaan studi tersebut. 

Tujuan hidup ini bisa kita temukan dalam ajaran agama/ kepercayaan: misalnya untuk menyembah Tuhan YME, untuk menyebarkan kebajikan, untuk meringankan penderitaan sesama, dan lain sebagainya. 

Bagaimana dengan para penganut agnostik? Tanpa agama pun, manusia sejatinya masih bisa menemukan tujuan hidup mereka dengan menemukan perasaan keterkaitan diri dengan alam semesta ini. Intinya, mereka harus mampu membangun sebuah 'kepercayaan' dalam diri bahwa mereka hanyalah satu elemen dalam alam yang maha besar ini. 

Caranya mudah: yakni dengan menikmati setiap gejala dan fenomena alam, misalnya berjalan kaki dalam hutan, menikmati setiap detik saat matahari terbit atau tenggelam, menciptakan sebuah karya seni dengan tangan, dan sebagainya.

Hanya saja, menemukan tujuan hidup apapun itu kerap membuat kita terlalu terjebak di dalamnya hingga ia menelan kita bulat-bulat, ungkap mendiang penulis AS David Foster Wallace di tahun 2005. 

Manusia memang ditakdirkan sebagai makhluk penyembah. Yang disembah bisa bermacam-macam, bukan cuma dewa-dewi, tuhan, atau makhluk spiritual lain tetapi juga kekayaan, ketenaran, kemolekan fisik, dan lain-lain. Jadi, meski kita menyembah sesuatu, kita disarankan sang penulis untuk tetap waras dan sadar terhadap kemungkinan untuk menjadi korban dari seembahan kita itu.

Peduli pada Lingkungan dan Bumi

Sebagian manusia lupa bahwa lingkungan di sekitarnya berpengaruh besar terhadap kesehatannya baik secara fisik, mental dan spiritual. Kadang kita mengizinkan diri kita untuk hidup menderita di sebuah lingkungan yang seolah kita tak bisa hindari tapi sebetulnya bisa kita tinggalkan, atau setidaknya ubah agar tidak membuat kita gila atau sakit.

Misalnya jika kita merasa hidup di kota besar sudah membuat diri kita sumpek, pindahlah ke desa. Jika kita merasa tempat kerja terlalu jauh, cobalah mencari tempat tinggal di dekat tempat kerja atau dapatkan pekerjaan yang lebih dekat lokasinya dengan tempat tinggal. Selalu ada pilihan jika manusia mau untuk berusaha dan menyiasati kesulitan hidup mereka dan tentunya bersiap dengan konsekuensi yang mungkin timbul dari pilihan itu. 

Sebagai contoh, jika kita ingin tinggal di desa, hendaknya kita jangan cuma bersiap untuk hidup layaknya turis di sana tetapi juga menyadari kesulitan-kesulitannya misal akses transportasi yang lebih sulit, jaringan komunikasi dan internet yang tak sebaik di kota besar, dan sebagainya. Selalu ada plus minus dan kita mesti siap sepenuhnya atas pilihan tersebut agar tidak habis energi untuk mengeluh dan berpindah-pindah dari satu pilihan ke pilihan lain.

Bagaimana jika untuk sementara ini kita belum bisa membuat pilihan yang lebih baik bagi diri? Kuncinya ialah menerima dahulu kenyataan yang ada sambil terus berusaha. Terasa konyol jika kita mengeluh setiap hari soal kemacetan akibat jarak rumah-kantor yang jauh sementara kita tidak mencari pekerjaan yang berlokasi lebih dekat, contohnya.  

Enam poin di atas sangatlah penting untuk kita camkan agar bisa sehat secara holistik. Di akhir pekan ini mungkin kita bisa mengurai masalahnya agar kita tidak terus menerus didera masalah kesehatan baik fisik, mental, psikologis maupun spiritual. (*/ Twitter: @akhliswrites)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun