Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Berat Ideal Belum Menjamin Terbebas 100% dari Risiko Serangan Jantung?

28 April 2019   17:37 Diperbarui: 28 April 2019   17:59 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: WIkimedia Commons

Pernahkah kita mendengar kematian akibat serangan jantung atau penyakit kardiovaskuler pada orang-orang yang memiliki berat badan rata-rata? Kita bisa mengambil contoh kematian mendadak selebritas Adjie Massaid dan pelawak Basuki. Keduanya memiliki berat badan yang relatif ideal. Mereka tidak tergolong orang dengan tingkat kegemukan yang lanjut.

Di tengah masyarakat yang mendewa-dewakan tubuh ramping seperti sekarang ini, asumsi bahwa berat badan yang ideal pasti sudah aman dari risiko penyakit jantung tidaklah sepenuhnya benar.

Dan sebagian orang juga menganggap bahwa alasan satu-satunya kita berolahraga teratur ialah karena kita harus mengendalikan berat badan. Dengan kata lain, supaya kurus! Kalau sudah kurus, buat apa saya harus olahraga?

Nah, inilah logika yang keliru.

Entah apakah berat badan Anda sekarang ini kurang (baca: kurus), ideal, atau berlebih (baca: gemuk), tetap saja gaya hidup sehari-hari memberikan dampak pada kesehatan jantung. Dengan kata lain, jika Anda merasa berat badan sudah pas, tidak masuk kategori obesitas, indeks massa tubuh Anda juga sudah masuk kategori ideal oleh dokter, bukan berarti Anda sudah bisa bersantai.

Menurut penelitian yang dipublikasikan secara daring pada tanggal 4 Desember 2018 lalu di American Journal of Cardiology, ditemukan bahwa gaya hidup sedentari (banyak duduk-duduk sepanjang hari, tidak beraktivitas fisik cukup) dapat mengurangi efek positif yang dirasakan orang dari berbagai upaya untuk mengendalikan berat badan.

Studi ini memperhitungkan berat badan subjek penelitian yang terdiri dari ribuan orang yang mengalami kegemukan dan mereka yang berberat badan normal dengan rentang usia 40-79 tahun di AS, yang belum pernah mengalami masalah jantung.

Para ilmuwan dalam penelitian mencatat sejumlah data dari para subjek penelitian, misal lemak di perut, lebar pinggang, tingkat aktivitas fisik, dan menghitung risiko penyakit jantung setiap subjek.

Di akhir studi, disimpulkan bahwa 30% dari mereka yang gaya hidupnya sedentari dan berberat badan normal memiliki tingkat risiko jantung (berupa serangan stroke, serangan jantung) yang sama dengan mereka yang berat badannya berlebihan.

Para subjek yang memiliki berat badan normal juga memiliki kadar lemak di perut yang lebih banyak, mengalami kesulitan bernapas saat beraktivitas fisik, dan kondisi lingkar perut yang tak sehat dibandingkan mereka yang berolahraga secara rutin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun