Mohon tunggu...
Ridwan Adi
Ridwan Adi Mohon Tunggu... wiraswasta -

SATU spiritualitas..SATU Identitas...SATU kebenaran..SATU pengertian..SATU hati...SATU kesadaran...SATU kemanusiaan...SATU keyakinan...SATU AGAMA..,[ IALAH DIRIMU SENDIRI ]. It's Just About Yourself and for yourself...*HUMANKIND*

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Krisis Kesadaran

22 November 2014   04:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:10 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saat Dolli ditutup, kita mengira bahwa prostitusi telah usai,Surabaya cenderung menjadi kota suci, tapi ternyata tantangan kita justru menjadi semakin besar, semakin banyak pelanggaran- pelanggaran norma itu berkembang ke masyarakat- bahkan melalui media sosial yang sebelumnya tidak ada.Dolli berubah wajah menjadi maya dan bergerilya. Pantas kita pertanyakan mengapa ini bisa terjadi dan apa sebenarnya yang menjadi masalah? Bagaimana cara memecahkannya..?

Kasus Prostitusi tidak jauh beda dengan kasus penyimpangan lainya, seperti Korupsi. Saat kita mencoba mengeluarkan tenaga untuk memukulnya justru korupsi menjadi semakin banyak. Dulu Korupsi dilakukan tanpa tameng hukum , namun kini korupsi justru semakin bergerak halus, melalui konstitusi, melalui politik . Dulu Koruptor mudah sekali ditangkap karena hanya punya satu wajah, namun sekarang koruptor punya dua wajah bahkan tak bisa ditebak wajahnya. Pertanyaannya, mengapa ini bisa terjadi dan bagaimana selanjujutnya menyikapi ini , bagaimana cara memecahkannya ?

Korupsi dan juga Prostitusi sebenarnya adalah efek akhir yang diciptakan oleh adanya KRISIS KESADARAN. Krisis kesadaran yang bergerak searah dengan gelombang globalisasi ini diawali dari krisis Filosofis. Telah lama kita terbawa arus globalisasi yang menyuguhkan pada kita kesenangan- kesenangan materi lalu meninggalkan makna yang khakiki. Hampir setiap hari bahkan kita disuguhi dengan bagaimana cara bersenang- senang, bukan bagaimana hidup yang benar. Tampak terlihat dari tayangan televisi yang lebih banyak mengajarkan bagaiamana cara bergoyang atau lawak- lawak konyol yang hanya bersifat kesenangan sesaat. Sedikit sekali peran PENDIDIKAN.

Kita bisa menerka apa yang terjadi secara lambat laun jika manusia Indonesia akan hidup hanya dengan cara bersenang- senang. Tanpa tahu bagaimana cara berpikir logik dan rasional. Lambat laun pasti kita hidup tidak rasional.

Jika kita hidup tidak rasional maka inilah awal dari segala sebab itu, yang menyebabkan prostitusi, korupsi berkembang. Efek lanjutannya adalah kita akan hidup dengan tidak bertanggung jawab satu sama lain, kita akan hidup tanpa keyakinan. Ini lebih buruk dari kebodohan.

Pelaku- pelaku prostitusi bukanlah seorang penjahat, mereka hanyalah korban dari efek krisis . Diawali dari krisis ekonomi, krisis ilmu meluas menjadikan ia nyaris seperti binatang. Hilanglah kemanusiannya. Biasanya para pelacur- pelacur itu adalah korban penghianatan cinta, gagal menikah karena biaya mahal atau karena gara- gara disetubuhi ayahnya atau karena dicampakkan kemanusiaanya. Akhirnya korban- korban itu tak tahu bagaimana menyikapi hidup, tak pernah tahu apa arti kebahagiaan. Mereka akhirnya memilih jalan buntu itu.

Begitu pula dengan Korupsi, adalah efek dari krisis kesadaran. Dan cara mengatasi semua itu adalah melaui pendidikan, perubahan mindset. Karena pada hakikatnya mereka adalah korban sekaligus pasien / orang sakit yang seharusnya diobati. Semua itu diawali dari krisis kesadaran / krisis kejiwaan.

Tantangan terbaik bagi para pemimpin Indonesia saat ini bukanlah mengetahui bagaimana cara memberantas korupsi atau memberantas prostitusi , namun mewujudkan bagaimana agar KORUPSI dan juga PROSTITUSI menjadi TIDAK DISUKAI oleh masyarakat..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun