Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Perawat

| Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada | Bachelor of Nursing Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Teknik Bantuan Hidup Dasar pada Korban Henti Jantung

19 Februari 2020   09:10 Diperbarui: 19 Februari 2020   18:21 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nyeri Dada | Foto: Thinkstockphotos via KOMPAS.com

Masih ingatkah kita dengan perawat Alimuddin? Ya, perawat asal Kabupaten Rembang Jawa Tengah itu menjadi viral karena tindakan yang dia lakukan dalam menyelamatkan pasien yang mengalami henti jantung berbuah pahit.

Perawat Alimuddin ditampar oknum polisi yang secara sepihak menuding tindakan yang dilakukan oleh perawat tidak maksimal.

Aksi tersebut langsung mendapat perhatian dari seluruh perawat terlebih netizen yang cukup geram terhadap tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oknum polisi itu.

Sebagai petugas keamanan yang sejatinya melindungi dan mengayomi masyarakat namun justru sebaliknya memberikan pelajaran yang memalukan bagi profesi lain.

Rasa hormat dan saling merangkul akan tugas dan tanggung jawab sesama profesi kian memudar hanya karena emosional sesaat yang merugikan pihak lain.

Namun demikian, arogansi oknum polisi tersebut telah ditangani unit Propam Polres Rembang. Sang pengayom masyarakat kini harus berhadapan dengan institusinya sendiri untuk mendapatkan ganjaran atau hukuman dari tindakan tidak terpuji yang dilakukan.

Keadilan harus hadir dalam maslaah ini untuk memberikan efek jera sekaligus menjadi pembelajaran bagi orang lain untuk tidak bertindak atas sesuatu yang tidak diketahuinya.

Cerita bermula saat perawat Alimuddin melakukan bantuan hidup dasar (BHD) kepada seorang kakek yang mengalami henti jantung. Dalam kondisi yang dikatakan gawat darurat ini, perawat dan juga tenaga kesehatan lain secara kolaboratif harus melakukan tindakan ekstra cepat agar nyawa pasien terselamatkan.

Tindakan yang diambil adalah memberikan bantuan hidup dasar (BHD) yang berfungsi mengembalikan fungsi sirkulasi atau pernafasan.

Mengapa Perlu Belajar BHD?
Bantuan hidup dasar sangat penting dipelajari bagi semua orang, tidak hanya tenaga kesehatan. Kejadian henti jantung yang setiap saat bisa terjadi dimanapun dan kapanpun menjadi alasan utama untuk belajar.

Di Rumah Sakit dan layanan kesehatan, belajar BHD tingkat dasar dan utama menjadi syarat kompetensi tenaga kesehatan.

Henti jantung atau cardiac arrest menjadi kondisi yang sering terjadi, ada 7 juta kasus dengan cardiac arrest berujung dengan kematian setiap tahunnya.

Kali ini penulis ingin berbagi bagaimana melakukan tindakan pemberian bantuan hidup dasar. Bantuan ini bertujuan sebagai pertolongan pertama pada pasien yang mengalami cardiac arrest atau henti jantung.

Di jalanan maupun tempat lainnya, kejadian ini sering mengintai siapapun terlebih mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung.

Hal pertama ketika kita berada dalam situasi bertemu pasien yang tiba-tiba jatuh adalah menghindari kepanikan dengan melihat kondisi lingkungan disekitar apakah aman bagi penolong juga penderita.

Cobalah mendekat ke korban dan aturlah posisi dengan benar. Jika korban telungkup maka kita bisa mengubahnya menjadi terlentang. Posisi ini aman untuk menilai secara keseluruhan korban.

Hal pertama yang dapat kita lakukan yaitu menilai kesadaran atau check response korban dengan menepuk bahu sambil menyebut "pak/bu" pada korban. Jika tidak ada jawaban disertai dengan tidak membuka mata dan bergerak maka kondisi pasien dalam keadaan tidak sadar.

Kedua yaitu memanggil orang-orang disekitar untuk segera menghubungi petugas emergency dan menginformasikan jika ada pasien tidak sadar di lokasi tersebut.

Emergency call jika di kota-kota besar sangat siap 24 jam melayani seperti 119 Ambulance Gawat Darurat (AGD) Dinkes Jakarta.

Ketiga, kita bisa meraba nadi pasien di bagian leher atau yang biasa disebut dengan pemeriksaan arteri karotis. Perabaan nadi dilakukan <10 detik sambil melihat pergerakan dinding dada dan mendengar bunyi suara dengan mendekatkan telinga kita ke muka korban.

Jika nadi tidak teraba maka persiapan selanjutnya yaitu melakukan kompresi atau penekanan pada dada penderita sebanyak 30 kali dalam 5 siklus. Kompresi dilakukan pada dada sebelah kanan dimana jantung terletak dengan kedalaman 2 inci atau 5 cm.

Teknik selanjutnya yaitu membersihkan jalan nafas di area mulut korban sambil melihat apakah ada sumbatan pada area mulut dan antisipasi lidah terbalik yang dapat membahayakan jalan nafas korban.

Sebelum memberikan ventilasi atau bantuan nafas, terlebih dahulu kita melakukan pemeriksaan jalan nafas untuk melihat apakah ada cidera tulang leher atau tidak. Jika tidak ada cidera maka cara pertama dengan menggunakan metode head tilt atau chin lift.

Teknik ini dilakukan dengan meletakkan satu tangan di dagu sambil diangkat keatas bersamaan dengan menekan dahi korban.

Tehnik head tilt/chin lift | dokpri
Tehnik head tilt/chin lift | dokpri
Jika terlihat trauma tulang leher maka teknik kedua bisa kita gunakan yaitu dengan teknik jaw trust. Teknik ini dilakukan dengan metode menempatkan 2-3 jari dibawah rahang sambil mengangkat sudut rahang bawah korban sambil menengadahkan kepala dan ditarik keatas.

Tehnik Jaw Trust | foto : search.com
Tehnik Jaw Trust | foto : search.com
Ventilasi atau bantuan nafas dapat diberikan dengan dua kali tiupan sambil mengulangi kompresi dada sebanyak 30 kali dalam lima siklus.

Tahapan terakhir yaitu evaluasi dengan meraba kembali nadi korban setelah kompresi dan ventilasi dilakukan. Ini evaluasi mendasar yang dilakukan dengan melihat apakah nadi teraba dan pernapasan adekuat.

Jika nadi tidak teraba maka kita bisa mengulang kembali untuk melakukan kompresi dan ventilasi sambil menunggu petugas emergency datang, namun jika nadi teraba maka kompresi dan ventilasi yang kita lakukan berjalan dengan baik.

Setelah nadi teraba maka evaluasi selanjutnya yaitu pernafasan korban. Jika pernafasan lemah maka segera diberikan oksigen. Pemberian oksigen agar nafas menjadi adekuat.

Jika nadi teraba dan nafas adekuat maka segera melakukan recovery dengan mengatur posisi tubuh pasien dengan telungkup sambil kaki diangkat dan tangan diposisikan dengan benar.

Langkah-langkah tersebut dapat kita pelajari untuk mengantisipasi kematian mendadak dan menolong orang-orang disekitar kita.

Jika petugas emergency datang, maka informasikan kepada mereka kronologi pasien terjatuh hingga tindakan yang sudah diberikan. Ini dilakukan untuk memberikan pertolongan lanjutan dan intensif kepada korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun