Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketika Kampanye Blusukan Presiden Ditiru, Jadi Tak Seru

11 Juli 2023   12:26 Diperbarui: 18 Juli 2023   18:19 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden mengunjungi pedagang di pasar-sumber gambar-kompas.com

Sewaktu Jokowi datang sebagai sosok yang merepresentasikan wong cilik, dengan baju putih lengan panjang yang dilipat, suka musik rock, dan kebiasaan menyambangi pasar Solo sewaktu masih jadi walikota kemudian menjadi banchmark, trademark, cap, merek sosok pejabat yang baik harus go publik dengan blusukan.

Tapi itu dulu ketika medsos masih kalah gencar dari sekarang. Dan jika masih ada pejabat yang ikut-ikutan Jokowi masuk ke dalam got untuk sekedar "mengintip" tumpukan sampah, terlepas dulunya ada niat untuk pencitraan, tapi kini cara-cara itu sudah makin ketinggalan jaman.

jokowi mengunjungi para penarik becak memberi bantuan sumber gambar suara.com
jokowi mengunjungi para penarik becak memberi bantuan sumber gambar suara.com

Jika dulu orang rekaman butuh studio, kini dengan Artificial Intelengence bahkan suara Presiden Jokowi bisa ditiru. Maka di laman YouTube muncul coveran lagu dengan Jokowi sebagai artisnya. Bagi awam mungkin akan kaget, sejak kapan Presiden bisa dan sempat nyanyi, apalagi kompilasi lagunya di buat satu album.

Jika sedang viral lagu Makeba, maka segera akan keluar Makeba versi Jokowi. Intinya teknologi bisa memainkan semua kebutuhan seorang publik figur untuk tampil di muka umum tanpa perlu repot-repot lagi.

Jika di era Sergio Zyman beriklan bahkan harus sangat manual, termasuk membawa papan reklame di jalanan.

buku mouth of marketing- sumber gambar-marketing capuccino
buku mouth of marketing- sumber gambar-marketing capuccino
Ketika banyak orang di era kekinian mencoba-coba lagi meniru Jokowi dengan blusukan rasanya jadi sangat dibuat-buat. Ketika ada fenomena "copycate" blusukan, maka yang dibahas di medsos justru latar belakang bagaimana prosesi blusukan para pejabat itu dibuat.

Maka akan terlihat bahwa ternyata si publik figur tidak sendirian di lokasi dan tidak spontan bertemu masyarakat. Sebelumnya bahkan ada sesi persiapan lokasi, setting adegan, pemain figuran dan tentu saja pejabat asli.

Hasilnya kemudian di edit dan muncullah seorang pejabat yang sedang beraksi "sendirian" di tempat kumuh dan bertemu "spontan" dengan masyarkat pinggiran alias daerah urban.

Begitu juga dalam format yang lain yang berusaha tampil beda. Termasuk penggunaan pakaian sebagai simbolisasi "kelas". Seperti ketika Jokowi memakai baju putih, atau baju kotak-kotak yang populer di pakai semua orang, padahal sama sekali motifnya tak menarik. Tapi karena outfitnya di pakai calon presiden ketika itu jadi viral.

matinya marketing-sumber gambar-tokopedia
matinya marketing-sumber gambar-tokopedia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun