Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Susahnya Jika Harus Memilih, Punya Anak Pintar, Atau Anak Bahagia

9 Februari 2022   22:24 Diperbarui: 11 Maret 2022   22:45 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tekanan-tekanan dari lingkungan, termasuk sekolah,menyebabkan kehilangan karakter positif itu semakin akut seiring naik di jenjang sekolah lebih tinggi. Di TK ia diajari untuk "membebek", di SD, tak bisa menulis dan membaca adalah anak bodoh.

Di SMP, SMA dan bahkan PT, anak-anak kita menjadi para pengecut, yang sekedar bertanya saja bisa dianggap sebagai kesalahan dan kebodohan, karena sejak awal, anak-anak dengan "pertanyaan lugu" disamakan dengan "pertanyaan bodoh". 

Harus ada perubahan paradigma yang tidak hanya mendorong anak-anak sekedar menjadi pintar dengan ukuran nilai dan IQ, karena anak-anak pintar tanpa memilik karakter yagn kuat untuk sukses, juga mengalami kesulitan yang sama besarnya dengan mereka yang ber-IQ rendah. Bahkan anak-anak ber-IQ rendah bisa saja lebih memiliki potensi untuk sukses jika mereka didukung oleh karakter-karakter yang dapat melahirkan Emosi Positif, seperti temuan Clifton dan Rath.

referensi: 1, 2


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun