Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jika 97 Persen Perempuan Mengelola Koperasi, Bisa Sesukses Grameen Bank?

27 Januari 2022   20:50 Diperbarui: 30 Januari 2022   23:01 1184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para Pekerja Perempuan Tangguh

Bangladesh sebagai basis awal dimulainya Gramen Bank pada tahun 2015, adalah negara dengan tingkat kemiskinan sebesar  43 persen, dengan pendapatan per kapita US$1,046 atau Rp13,9 juta, per tahun. Artinya setiap penduduk hanya memiliki pendapatan nyaris tidak lebih dari satu juta per bulan.  Kemiskinan menjadi semacam pandemi yang menjangkiti masyarakat.

Berangkat dari hipotesa perempuan sebagai kelas pekerja tangguh, maka Muhammad Yunus memulai "eksperimen" sosial-ekonominya melalui tangan para perempuan tersebut, dengan Grameen Bank.

yunusandwomennobelprize-02-61f2a16106310e54971ad872.jpg
yunusandwomennobelprize-02-61f2a16106310e54971ad872.jpg
https://grameenfoundation.wordpress.com/

Yunus rela meninggalkan dunia akademis yang menempatkannya sebagai salah seorang dosen ekonomi dan mendapatkan gelar doktor dalam ekonomi dari Universitas Vanderbilt. 

Dalam riwayat ingatannya, tak ada satupun teori ekonomi yang dijejalkan setiap saat ke kepala para mahasiswanya menghasilkan produk kongkrit yang bisa memutus rantai kemiskinan dan para perempuan yang sering menjadi korbannya, terutama di wilayah pedesaan-rural.


Dana Grameen Bank tersebut dimiliki oleh peminjam miskin 94% dari bank tersebut, kebanyakan adalah wanita, dan sisa 6% dimiliki oleh Pemerintah Bangladesh.

Selanjutnya digulirkan melalui skema kelompok, yang masing-masing bertanggungjawab pada kelompoknya agar mereka semua berdaya.

Perputaran dana yang kecil namun masif itu bergerak seperti bola salju. Ketika satu kelompok keluar dari masalah, maka akan ada kelompok baru yang dibentuk dan menjadi berdaya seperti kelompok sebelumnya. 

Perputaran itu disertai inisiatif membangun usaha yang menghasilkan pendapatan untuk menutup pinjaman dana, dan membantu memenuhi kebutuhan keluarga, termasuk makanan dan perbaikan nutrisi bagi anak-anak.

Berdasarkan pengalaman, nasabah wanita sangat taat mematuhi cicilan kredit. Oleh karenanya, dari total pinjaman tingkat pengembaliannya mencapai 97,11 persen. Rasio kredit macet kurang dari 3 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun