Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apakah Kasus Over Dosis, Joki Vaksin, Bisa Berdampak Mematikan?

25 Desember 2021   21:25 Diperbarui: 26 Desember 2021   12:45 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program Intensif Vaksinasi Lebih Hati-Hati

Kasus kemunculan joksin, bisa jadi juga dipicu masifnya program vaksinasi secara nasional, terutama harapan untuk pencapaian yang optimal. Dalam urusan vaksinasi, Indonesia terbilang negara yang berhasil dalam pelaksanaan pemulihan covid-19.

Posisi Indonesia lebih baik diantara negara-negara yang tergabung dalam  WHO SEARO atau World Health Organization South-East Asia Regional Office (WHO SEARO), yaitu Bangladesh, Bhutan, The Democratic People Republic of Korea, India, Maldives, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, Timor-Leste dan Indonesia. World Health Organization (WHO) bahkan memuji capaian program vaksinasi nasional yang sangat masif tersebut.

Dalam pertemuan G20, Menkes menyampaikan bahwa Indonesia telah menyuntikkan 108 juta dosis vaksin kepad 69 juta orang. Untuk ketersediaan vaksin, saat ini Indonesia telah mendapat pasokan 11,7 juta vaksin tambahan untuk vaksinasi tahap ke-2.
Menurut Kementerian Kesehatan, pemerintah tahun ini menargetkan pengamanan 340,5 juta dosis vaksin dari lima merek, yakni Sinovac (125,5 juta), AstraZeneca (59 juta), Covax (54 juta), Novavax (52 juta), dan Pfizer (50 juta).

Hingga kuartal I-2022, diharapkan ada tambahan 86,3 juta dosis vaksin dari kelima produsen tersebut. Total jumlah vaksin sebagai pengaman diharapkan akan terkumpul 426,8 juta dosis vaksin untuk diberikan kepada 260 juta penduduk Indonesia.

Capaian itu tentu saja berkat Intensifnya Program Vaksinasi Nasional kita, sebagaimana sering kita lihat, berkali-kali iklan pariwara menayangkan harapan Presiden Joko Widodo, agar masyarakat Indonesia waspada dengan kehadiran varian Omicron.

Gelombang ketiga pandemi Covid-19 yang bisa bermutasi berkali-kali dan dianggap virus bandel, dengan kampanye jangan kendor menggunakan masker dan melakukan vaksinasi.

Kita harus lebih waspada karena virus covid-19 terus bermutasi, dan semakin memuncak paska berkembangnya Omicron. Omicron adalah generasi kesekian sejak ditemukan pada tahun 1960-an. Coronavirus telah berkembang pesat, tahapan mutasinya;

HCoV-229E (alpha coronavirus) adalah generasi awal (1960-an), HCoV-NL63 (alpha coronavirus -2004), HCoV-OC43 (beta coronavirus-1967), HCoV-HKU1 (beta coronavirus-2005), SARS-CoV (beta coronavirus Severe Acute Respitory Syndrome-2003), MERS-CoV (beta coronavirus Middle East Respiratory Syndrome-2012) dan 2019-nCoV/SAR-CoV-2 (novel coronavirus), dan kini Omicron. (kompas.id)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun