Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Natal dan Kembang Api, Spirit di Tengah Pandemi

25 Desember 2020   00:28 Diperbarui: 26 Desember 2020   01:55 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber; Balai Arkeologi Sulawesi Utara

Perayaan Natal tahun ini pasti terasa berbeda. Pandemi Covid 19, sudah pasti jadi penyebab utama. Sebagaimana awal munculnya pandemi, pemerintah melakukan pembatasan aktivitas warganya.

Meskipun tidak seperti di awal-awal wabah pandemi, hampir setiap orang tidak melakukan kegiatan bepergian, namun pembatasan tetap diberlakukan.

Pemerintah menerapkan kebijakan pemberlakuan rapid antigen, bagi warga yang melaksanakan perjalanan ke dan dari luar kota, khususnya di DKI Jakarta, Pulau Jawa dan  Pulau Bali. 

Natal kali ini adalah natal penuh perenungan. Di tengah wabah pandemi covid 19 di seluruh dunia, maka perayaan natal yang penuh gegap gempita dan pesta kembang api, ada baiknya menjadi perenungan hati, tanpa meninggalkan tradisi yang mewarnai perayaannya. 

Perenungan Natal dan kembang api, menjadi simbol bahwa spirit atau semangat tetap menyala-nyala untuk membangun kemanusiaan dan persaudaraan. 

Saling peka, asah, asih dan asuh sesama umat menghadapi pandemi. Tanpa gotong royong dan kerjasama dilandasi semangat persaudaraan dan kemanusiaan, maka pandemi adalah duri yang selalu menyakitkan. 

Natal kali ini juga berbeda dengan natal sebelum-sebelumnya. Kali ini mungkin banyak masyarakat yang sedang prihatin, ada yang kurang beruntung untuk merayakan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

Mungkin beberapa diantaranya berada dalam suasana duka, setelah PHK atau kehilangan pekerjaan. Akibat pandemi, sebagian tempat kita bekerja untuk sementara merumahkan sebagian karyawannya. 

Mungkin ada juga diantara kita yang kehilangan mata pencaharian karena lesunya perputaran ekonomi akibat pandemi. Usaha yang tutup sementara atau bahkan tutup selamanya, lalu mencari alternatif usaha lain dan sebagainya. 

Tak bisa dipungkiri, kondisi keuangan di beberapa sektor ekonomi memang sedang lesu, dan kondisi ini sepertinya terjadi di seluruh dunia. Bagaimanapun kuatnya ekonomi suatu negara, pasti dampak pandemi tetap terasa. 

Di Indonesiapun demikian kiranya, walaupun tidak sampai menyebabkan krisis ekonomi baik resesi atau bahkan depresi ekonomi. Namun, suka atau tidak suka, kita semua merasakan dampak pandemi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun