Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Witing Tresna, Jalaran Saka Kulina: Asmara Rekan Kerja, Bikin Gila Tralala

12 September 2020   18:38 Diperbarui: 13 September 2020   12:34 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar editan pribadi, dolah dari sumber: popmama.com

Asmara bianglala, bisa bikin gila..tralala....Hmmmm...topik pilihan Kompasiana yang nyeleneh dan nyentrik ini membuat saya tergoda untuk menulis tentang isi kepala, tapi bukan asa loh ya...Tapi bisa mendadak bikin pipi merona. Siapa? ya wanita tentu saja. Saya sih nggak...elo aja kali...hahahaha. 

Soal perselingkuhan di kantor, sepertinya wajar sih sebenarnya ya...di masa pandemi corona, ketika jauh dari keluarga dan hanya semata-mata bertemu rekan kerja wanita, abaikan saja rekan kerja pria. Saya enggak loh ya...enak aja! Saya suami setia...sampai disini paham ya, anda. 

Tapi artikel ringan ini, bukan membahas tentang pribadi siapa dan dimana. Mungkin sekedar opini atau tanggapan ringan saya saja menyikapi soal fenomena perselingkuhan di kantor. Bukan di kantor saya...enak saja! Sampai disini paham anda? 

Kisah asmara, itu milik siapa saja, tidak pria, tidak wanita. Tidak tua, tidak muda, apalagi. Hari gini, semua orang sibuk memikirkan pandemi. Tapi soal cinta, soal asmara, itu bara api. 

Senantiasa menyala, kalau ditiup, semakin besar nyalanya. Apalagi ditiup dan disemburkan angin dan bahan bakar, maka pasti akan semakin membara. 

Baiklah...cerita saya ini bukan dalam rangka bergosip, bukan bermaksud bergunjing. Justru ini soal solusi yang sip, bisa jadi resep, bagi yang positif thinking. 

Witing Tresna Jalaran Saka Kulina (Witing Tresno Jalaran Soko Kulino)

Perselingkuhan di kantor, mungkin ini soal yang jamak terjadi. Dimanapun anda berada. Penyebabnya apa? Bisa jadi seperti istilah Jawa " witing tresno jalaran soko kulino". 

Cinta datang karena terbiasa. Ala bisa karena biasa. Seringnya bertemu dan seringkali juga berbicara berdua. 

Banyak moment dan situasi pekerjaan, yang seringkali mempertemukan keduanya. Bukan hanya di kantor, bisa jadi juga dalam berbagai perjalanan dinas. Itu bisa saja menimbulkan bibit-bibit asmara. 

Semua itu lumrah, dan dimaklumi. Dalam arti kondisi seperti itu memang sangat memungkinkan. Tapi semua kembali kepada diri setiap kita, tentu saja. 

Sejauh mana membangun saling kepercayaan dan komitmen dengan keluarga, istri atau suami sah di rumah. Ah...sepertinya basi. Ya sudahlah, mungkin memang basi. Tapi memang demikianlah, salah satu cara untuk kita menekan dan mengurungkan niat untuk melanjutkan perselingkuhan. 

Tapi memang kita harus jernih berpikir soal ini. Setiap perselingkuhan, hampir selalu berakhir dengan kegagalan, kehancuran. Kehancuran bisa menimpa siapa saja. Kalau bukan kita sendiri yang hancur, mungkin orang-orang tercinta di dekat kita. Saya bukan malaikat. Sehingga tidak layak memberi nasehat. 

Tapi pikirkan dan renungkan saja. Perselingkuhan, apalagi perselingkuhan di kantor. Banyak fatal akibatnya. Kita sudah melanggar disiplin kerja, juga etika kerja. Apalagi bagi ASN. 

ASN Selingkuh: Pelanggaran Hukum, Disiplin dan Etika

Bagi ASN, semua ada aturan kepegawaian yang harus di taati. Yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang displin pegawai. Aturan itu mungkin tidak mengatur secara khusus tentang soal perselingkuhan, tetapi tentang hukuman displin pegawai. 

Perslingkuhan itu tindakan indisipliner. Sebab dalam aturan ASN yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990. ASN boleh menikah lagi atas seijin istri dan juga atas ijin atasan. 

Pegawai Negeri Sipil pria yang akan beristri lebih dari seorang, wajib memperoleh izin lebih dahulu dari pejabat'. Sedangkan pada ayat 2 dikatakan Pegawai Negeri Sipil wanita tidak diizinkan untuk menjadi istri kedua/ketiga/keempat

Demikian jelas Tjahyo Kumolo menerangkan tentang ijin menikah lagi ASN. Jadi bagi ASN, perselingkuhan di kantor adalah tindakan melanggar hukum, juga etika dan disiplin pegawai. Jadi jelas ya untuk rekan-rekan yang ASN, perselingkuhan adalah tindakan melawan hukum. Ya..ya...ya. Juga disiplin dan etika. Saya kira bukan hanya ASN, tapi setiap instansi apa saja, baik pemerintah ataupun perusahaan-perusahaan swasta. Kalau ketahuan, siap-siap menerima hukuman. 

Bagi ASN sangat jelas, jangankan perselingkuhan, menikah lagi tanpa ijin istri dan atasan saja itu sebuah pelanggaran, yang jelas-jelas pernikahannya bisa disahkan secara agama. 

Namun untuk menikah catatan resmi, atau disahkan pemerintah harus seijin istri dan atasan. Sebaliknya, tidak ada pintu atau celah sama sekali buat ASN wanita, dia tidak bisa menikah lagi, tanpa didahului perceraian. Kalaupun sudah menjadi single, tidak boleh menjadi istri kedua. Begitu menurut bunyi aturannya. 

Aturan dimana-mana, jelas dan mengikat. Hukum positif yang tidak bisa dilanggar, yang melanggar berarti siap mendapat sanksi. Siap-siap menerima sanksi pemecatan. Berat bukan? Masih mau? Mikiiiiirr...hehehehe

Untuk pria, mungkin lebih mudah untuk menikah lagi, cukup ijin istri dan atasan, beres. Jadi wahai para pria ASN, daripada anda selingkuh, lebih baik menikahlah sekali, dua kali, tiga kali lagi secara resmi dan sah, atas ijin istri dan atasan ya...hahahaha

Keikhlasan kunci Kebahagiaan

Soal selingkuh, bagaimana kalau tidak ketahuan? nah itu tergantung cara pandang setiap orang. Tapi bagi saya kita lebih baik berpikir duaribu kali kalau mau selingkuh. 

Saya bukan guru, jadi tidak bermaksud menggurui. Saya juga bukan malaikat, tidak bermaksud memberi nasehat. Tapi hanya sekedar berbagi diksi yang mungkin bisa menjadi pengingat pribadi.  Bagi saya berpikir jernih yang penting. Bukan hanya soal perselingkuhan, tapi soal hidup ini. Waah...beraaaat...hehehe. 

Kalau sudah berpikir jernih, itu pasti lebih tenang. Liat saja air yang jernih, dia tenang dan indah. Kejernihan itu tidak perlu mengalir, dia tetap indah tanpa harus mengalir. Nikmati saja, bahkan tanpa kita harus menilai. Tenang dan bahagia dalam kejernihan. 

Gambar editan pribadi
Gambar editan pribadi
Apakah asmara itu membahagiakan? Ya, tentu saja. Setiap orang secara naluriah membutuhkan asmara, juga mengalirkan asmara. Memberi dan menerima, itu indah. Bagaimana dengan perselingkuhan? 

Hmmm...mungkin itu juga asmara, saling memberi dan menerima. Tapi disembunyikan. Tiada kebahagiaan karena itu. Kebahagiaan itu butuh keikhlasan, tanpa keikhlasan, kebahagian itu sia-sia belaka. 

Perselingkuhan itu persembunyian. Mana ada sembunyi membahagiakan. Kalaupun ada sesaat saja, pada jam-jam melampiaskan hasrat. Kebahagiaankah itu. Bisa jadi, tapi ya itu tadi, sesaat. Setelahnya kita berada di ruang gelap dan pekat. 

Gambar editan pribadi
Gambar editan pribadi
Perselingkuhan itu, mungkin kebahagiaan pula, bagi orang yang berpikir tak tuntas. Bisa jadi perselingkuhan itu adalah usaha mengejar kebahagiaan. 

Tapi mengejar kebahagiaan yang semu. Mungkin anda tidak bahagia dengan istri anda, lalu anda berpikir kebahagiaan itu hanya bisa anda peroleh dengan wanita lain. 

Tapi yakinlah, jika hanya mengejar kebahagiaan, maka kita akan terus berlari sepanjang jalan. Maka satu-satunya jalan agar cepat sampai tujuan kebahagiaan, maka hanya ada satu jalan pintas, yaitu jalan keikhlasan. 

Gambar editan pribadi
Gambar editan pribadi
Perselingkungan di kantor, atau dimana saja, itu hanya ruang. Pandangan mata anda melihat, bahwa itu ruang atau jalan baru kebahagiaan. Tapi perselingkuhan? Anda seperti berlari dengan menutup mata. Berlari mengejar kebahagiaan dengan menutup mata? 

Maka, anda akan menabrak dan pasti banyak terluka. Perselingkuhan adalah sebuah ruang gelap persembunyian. Dalih mencari kebahagiaan, anda seperti mencari mustika di ruang gelap, dengan keadaan mata anda yang tertutup. Anda kehilangan kemuliaan diri anda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun