Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belantara Kata

28 Juni 2020   15:54 Diperbarui: 28 Juni 2020   15:54 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : https://m.merdeka.com/

Setiap hari kita pasti selalu mendengar orang berbicara, berkata-kata. Dari kata-kata penuh makna, bahkan sampai sumpah serapah. Setiap kata punya makna. Setiap kata adalah ungkapan jiwa. Kita bicara dalam hatipun mengungkapkan kata, dan hatipun berkata-kata, itulah ungkapan hati.  

Dunia ini adalah belantara kata. Karena kita hidup dalam belantara kata, maka hanya orang-orang yang berpikirlah yang tidak akan tersesat dengan belantara itu. Kita kadang terjebak pada kata yang kita dengar, lalu kita memaknainya dengan salah. 

Mungkinkah kata yang terucap, bukanlah ungkapan makna yang dimaksudkan hati, dimaksudkan jiwa. Pernahkah anda mendengar kata-kata yang anda pahami berbeda dengan makna yang dimaksudkan oleh pengungkap kata? Mungkin pernah bahkan mungkin sering.

 Lalu berarti bahwa kata yang keluar dari setiap orang itu sesungguhnya tidak mewakili makna yang tersimpan? Sungguh kita memang berada dalam belantara kata. Kata-kata bahkan diungkapkan dengan tulisan. 

Mungkin apa yang tertulis juga berbeda makna dengan yang dimaksudkan oleh penulis? Padahal biasanya seseorang menuliskan kata-kata sebagai ungkapan apa yang dipikirkan atau dipahami agar orang lain memahami apa yang kita pikirkan pula. Tetapi terkadang juga sebaliknya yang terjadi. Dunia kata adalah belantara yang penuh misteri.

Siapa yang tahu pihak mana sesungguhnya yang menciptakan belantara kata. Di dunia ini, dalam kehidupan kita sehari-hari, antar individu, antar keluarga, antar masyarakat, bahkan antara masyarakat dan negara, semua hidup dalam belantara kata. 

Seringkali kita mendengar pecekcokan keluarga hanya karena soal kata? Bahkan percekcokan antar negara juga tersulut karena kata. Lihat saja di media, perang kata antara Donald Trump dan Xi Jin Ping, memicu ketegangan di Laut Cina Selatan, yang dikhawatirkan akan melibatkan banyak negara dan mengancam perdamaian dunia.  Semua berawal dari kata. 

Tidak usah jauh-jauh, kadang kita sendiri dengan saudara kita cekcok hanya karena kata, menyebabkan ketersinggungan satu dengan yang lain. Jadi belantara kata ini, menjadi sesuatu yang sangat penting dalam dunia manusia yang penuh kata-kata. Sayangnya kita tidak bisa menghindar dari belantara kata. 

Semua melekat dalam kehidupan kita, melekat dalam keseharian kita. Bahkan manusia tanpa kata, adalah manusia bisu, sebenar-benarnya bisu. Sebab orang bisu (maaf) sekalipun juga mengungkapkan kata dengan caranya sendiri. 

Lalu bagaimana belantara kata itu, agar tidak menyesatkan kita. Tentu kembali kepada diri kita sendiri. Kitalah yang memiliki kata, kitalah yang mengendalikan kata. Kata-kata yang baik, lahir dari hati dan pikiran yang baik. Kata-kata yang buruk lahir dari jiwa dan pikiran yang buruk.

Setiap kata harus kita maknai baik, begitulah jalan mencari hikmah, jalan mencari kebaikan, jalan mencari kebahagiaan. Menjauhkan pikiran kita dari prasangka buruk terhadap kata, akan menimbulkan makna yang baik, setidaknya setelah kata yang kita dengar itu, kita cerna lagi dalam jiwa, hati dan pikiran kita. Kata selalu bersandingan dengan hati, dengan jiwa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun