Mohon tunggu...
wahyu triatno
wahyu triatno Mohon Tunggu... Pencari nafkah keluarga -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Secret Admirer"

6 Februari 2018   10:42 Diperbarui: 6 Februari 2018   11:13 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: http://img.sparknotes.com/

"Lu kenapa sih Ping? Sewot gitu?" Tanya Lila saat  membuka-buka lembar buku penuh coret-coretan. Aping, si empu buku itu,  juga terlihat suntuk dengan suasana hati yang kacau balau. "Kayanya elu  ngga seneng, sahabat lu yang satu itu lagi berbunga-bunga." Tambah Lila  lagi.

"Bukan masalah nggak seneng!" Aping bersuara.  "Masalahnya, Dia suka sama orang yang salah!" Repet Aping. "Kenapa nggak  milih Imran aja sih? Dia khan ketua OSIS, atau Malik deh ketua Tim  Basket. Ini malah suka sama Doni! Si Playboy cap kaki lima!" Cerocos  Aping tentang Aina, sahabatnya.

"Ya, namanya juga suka,  Ping. Kadang ga bisa milih-milih. Kaya petir di siang bolong aja" Lila  mencoba menenangkan. "Buktinya, gue jadian sama Adam, si kutu buku."  Lila menggaruk-garuk keningnya nggak habis pikir atas keputusannya  sendiri. "Atau.. elu jelous ya?" Goda Lila.

"Heh. Kalo gue suka sama Aina, Udah gue tembak dari dulu dulu!"

"Trus kenapa elu nggak nembak?"

Aping menghela nafasnya. "Memangnya gue suka sama Aina?!"

"Emang elu nggak suka sama Aina?"

 Shit!

+++

Begitulah. Awalnya Aping nggak begitu khawatir mendengar kabar bahwa  Doni memproklamirkan diri untuk ngegebet Aina tepat satu jam setelah Doni putus dari Sonya. Tapi akhir-akhir ini sepertinya Aina memberi  respon yang positif. Padahal Aping tau, Doni bukan tipe Aina. Meski sulit  untuk dijelaskan, Aping kenal betul selera Aina. Yang pasti bukan Doni,  anak kelas 12 yang paling belagu di sekolahan itu.

Dalam hatinya, sebenarnya  Aping yakin, saat Doni nembak, pasti di tolak. Nggak nunggu mateng apalagi  setengah mateng. Pasti mentah-mentah! Sebenarnya apa sih yang Doni  andalin buat ngincer Aina? Ganteng? Itu relatif. Apakah dengan ganteng,  putih, atletis dan tinggi seperti Doni bisa mencuri perhatian Aina?  Apakah orang seperti Doni yang kaya, romantis dan humoris bisa  menaklukkan hati Aina? 

"Kayanya sih bisa Ping." Jawab Lila tanpa ragu.

Shit!!

+++

"Ping, Doni ask me to go to movie this week." Kata Aina suatu hari.  

 Aping mencoba menguasai dirinya. "So?" Tanya Aping setengah cuek.

 "So.. diterima ga?" Tanya Aina lagi.

Nggak usah!  "Mmmm... Terserah kamu."

 "Aku kan lagi tanya-Menurut kamu gimana?" Tanya Aina lagi.

Menurutku  nggak usahlah! Ngapain lagi nonton sama keparat itu. Nggak mutu. Paling  nonton film picisan juga. Kaya kurang kerjaan aja!"Mmmmm... Kalo kamu suka, ya udah..."

+++

Entah siapa yang mau disalahkan. Kedekatan itu, Aping sendiri tak bisa  menahannya. Meski ia ingin sekali menahannya, tapi ternyata sulit jika faktanya Aina terlihat bahagia. Alih-alih mencegahnya, Aping malah  melancarkan jurus tutup mulut dan nggak mau peduli. Aping jadi susah dihubungi, nggak pernah pulang bareng lagi, nggak pernah dateng saat  belajar kelompok atau nongol di ekskul bahasa inggris. Aping selalu  ngilang nggak jelas. Persahabatan empat sekawan yang mereka rintis sejak  pertama kali menjejakkan kakinya di SMU, terancam musnah. Lila dan  Jeko, kedua sahabatnya yang lain, cuma bisa geleng-geleng kepala dan  nggak tau mau berbuat apa.

"Elo kalo suka sama Aina kenapa nggak terus terang aja sih Ping?" Tanya Jeko

"Ini bukan masalah suka atau nggak suka, Jek. Masalahnya buaya itu..."

"Alah nggak usah muna lu." Potong Jeko gemas. "Nggak usah lu jadi'in  Doni sebagai kambing hitam!" Repet Jeko lagi. Lila pun memberi anggukan.

"Lu pada susah amat sih ngertinya!" Aping malah naik darah. "Doni bukan kambing hitam! Dia Buaya!!" Supershit!!

+++

Tapi semuanya memang sepertinya sudah di atur. Meski Aping belaga cuek  bebek, gosip-gosip kedekatan Aina dan Doni selalu menemukan gendang telinga Aping.  Meski kupingnya telah ia buang jauh-jauh, rumor yang melayang-layang  itu selalu bisa menemukan persembunyian Aping. Seperti lintah yang  berebut memasuki kupingnya, lalu berkerumun dalam dadanya dan mengerat  hatinya. Sakit. Perih.

Semuanya seakan-akan bercerita tentang kedekatan  Aina dan Doni. Selalu uptodate. Nggak jauh beda dengan info gosip di tipi tipi atau isu murahan lambe turah, hanya saja untuk gosip-gosip ini, Bing nggak bisa ngerubah Channel-nya.

Akhir-akhir ini keadaan makin parah buat Aping. Telinganya makin  memerah, hawa semakin gerah. Doni kelihatannya makin agresif. Kabar  burung mengatakan buaya buntung satu itu makin sering nyatronin Aina di rumahnya setelah lepas sekolah. Jahanam!

+++

"Jadi elo yang namanya Aping?" Tanya laki-laki dibelakangnya.

Aping menoleh. Kadal busuk itu ternyata sedang menatapnya tajam tepat di  depan toilet saat Aping kebelet pipis. Sungguh menyebalkan sekali deh.  Sumpah.

"Denger-denger ELO nggak suka kalo gue JADIAN sama Aina?" Telunjuk Doni menekan dada Aping.

"Gue cuma mo bilang, jangan sampe lu sakiti sahabat gue." Ujar Aping memberanikan diri.

Doni tersenyum sinis. "Gue kasih tau nih. Aina itu cuma sebagai alat buat gue supaya gue balik lagi sama Sonya. Ngerti? Jadi gue sama Aina  udah pasti putus. Trus elo mo apa?"

Aping terperanjat. Ia  shock mendengarnya. Ingin rasanya memukulinya melampiaskan amarah, tapi  jika mengingat bahwa Doni adalah atlet Taekwondo bersabuk coklat dan  aikido, agak males juga jadinya. Lagipula dia sekarang kebelet banget.

"Jadi elo kalo masih nafsu sama Aina, tunggu aja nanti setelah gue putusin. Ngarti?" Tambah Doni lagi.

Aping geram. Matanya merah membara. Doni nggak sadar bahwa kata-katanya  membangunkan macan tidur. Dan seperti kita ketahui bersama, setiap macan  di seluruh penjuru dunia nggak pernah peduli sama yang namanya  Taekwondo. "Gue tunggu elu di kantin belakang. Jam 3. Setelah sekolah  bubar!" Tantang Aping menahan gejolak amarah.

"Oke! Gue tunggu elo di sana!" Senyum Doni sinis.

Aping bergegas masuk ke toilet, lalu mendadak kembali keluar. Siapa sih yang boker nggak di siram!! Bener-bener Shitt!!

+++

Sore itu suasana semakin mencekam. Jeko dan Lila terlihat cemas.  Bagaimana tidak, sahabatnya yang satu ini bakal jadi semur dan perkedel  sebentar lagi. Sedangkan Aping mati-matian mengusir rasa cemas dalam  bayangan suntikan dokter atau libatan perban yang berterbangan di  kepalanya. Di sisi lain, Doni sedang asik makan  goreng-gorengan sambil menunggu lawannya bersiap-siap.

Aping dan Doni melangkah ke tengah arena. Semuanya dalam gerakan lambat.  Daun-daun berguguran seperti sedang berbelasungkawa. Hari ini akan ada duka dan nestapa! Beberapa anak yang masih menikmati cemilannya, menyingkir pelan-pelan.  Belasan pasang mata akan menjadi saksi hidup kejadian spektakuler ini. Di pojok sana, Bu  kantin terlihat agak tergesa-gesa memberesi barang-barang pecah belah,  karena dagangannya sudah habis.

Mata Aping nanar membara  seperti neraka. Tapi hal itu justru membuat iblis dalam diri Doni  berteriak kegirangan. Semuanya tidak bergeming. Hanya angin yang mencoba  mendinginkan mereka melalui tiupannya.

DONI! APINGGGGG!

Tiba-tiba teriakan Aina membelah kesunyian, seperti kaset kusut dalam radio tape atau DVD baret. Aina entah  muncul dari mana menghentikan semuanya. Penonton kecewa. Pestanya langsung bubar.  Jeko terpaksa mengembalikan uang taruhan yang tadi ia kumpulkan.

"Kamu berdua apa-apa'an sih!!" Wajah Aina memerah. "Kalian kaya anak  anak kecil aja!!" Suaranya seakan-akan menampar pipi mereka berdua. 

"Kalian pikir dengan begini bisa menyelesaikan masalah?"

 "Aina," Potong Aping. "Kalo kamu jadian sama dia dan nggak mau ndengerin  aku, nggak ada gunanya aku jadi sahabatmu. Kita lebih baik jalan  sendiri-sendiri." Aping mencaoba menerangkan dalam keputusasaan. "Pilih dia  dan persahabatan kita berakhir."

Aina bertambah marah.  "Nggak ada gunanya milih kamu atau dia!" Jawab Aina ketus. "Kamu pikir  dengan begini bisa memenangkan hatiku?" Hardik Aina ke arah Aping. Aina  mengamit tangan Doni. "Kita pulang! Sekarang!!"

Aping  hanya bisa menatap mereka pergi menjauh. Entah mengapa, melihat Aina  menggandeng tangan Doni, membuat hati Aping hancur mengenang dikau, Berkeping-keping jadinya...

+++

Didepan kelasnya, Aping tenggelam dalam lamunan ditemani angin sore.  Kejadian sedetik tadi tidak bisa ia indahkan. Semua yang ia pendam dalam hatinya sekarang makin karam tenggelam.

"Ping."

"Aina?" Aping tertegun. "Kamu bukannya udah pul..."

Aina menggeleng. "Aku nggak jadi pulang. Nggak enak rasanya kalo ada yang belum selesai."

Aping menunduk. Apa lagi yang belum selesai? Justru kehadiran kamu memperparah hatiku..

 "Maksud kamu apa sih?" Tanya Aina.

"Maksud apaan?" Aping berbalik tanya.

"Setiap kali aku disenengin sama cowo', kamu selalu bersikap nggak simpatik gitu."

"Kamu tau? Doni is a Jerk! Hidung belang! Dia cuma ingin mempermainkan kamu."

"Doni brengsek, Topik terlalu piktor, Adri berandalan, Abo terlalu  cupu. Nggak ada yang baik dimata kamu." Nada Aina semakin tinggi.

Baru ia sadari sekarang bahwa tabiatnya memang konyol. Aping mengatupkan bibirnya. Kamu tidak akan pernah mengerti Aina...

"Ping. Berapa lama kita bersahabat?" Aina melunak. "Masa kamu nggak tau that Doni is my cousin?"

"Se...pu...pu?" Im so stupid! Jadi??

Aina mengangguk. "Doni sebentar lagi kan Ujian, dia minta ajarin Bahasa Inggris. Selepas pulang sekolah, dia ke rumahku." Aina menerangkan.  "Dan ngeliat kamu uring-uringan begitu, Dia sengaja nggodain kamu..."

Shit! Aping mengutuki diri sendiri.

"Aping, Honestly.." Tantang Aina. "Whats wrong?"

Oke Doni memang sepupumu dan aku ternyata orang paling konyol sedunia. Tapi apa  yang harus aku bilang? That Im your secret admire? Bahwa aku mencintaimu? Bahwa aku menyukaimu dari pertama kulihat kamu? Bahwa aku  nggak akan pernah rela kamu dengan yang lain? Lalu bagaimana jika kamu menolakku? Lalu kamu menjauhiku? Aku takut kehilanganmu, aku lebih  memilih selalu disampingmu meski hanya menjadi seorang sahabat!! Aping tetap terdiam.

"Jujurlah Ping... " Aina mendesak lagi.

Lidah Aping tiba-tiba kelu. Aping menyerahkan semua keputusan pada hatinya. Pada refleksnya. Kata-kata itu akan keluar sekarang. Sekarang. "Aina, sebenarnya aku..." Tenggorokan Aping seakan tercekat. Sulit sekali  melontarkannya, sulit sekali. "I really care about you, I really do."

"Maksud kamu.." Aina ingin mempertegas.

"Aku suka kamu." Ulang Aping lebih keras.

Tiba-tiba semua mendadak sunyi. Aina tidak melepaskan pandangannya pada Bing, Sahabat terbaiknya.

"Kamu tau Ping?" ujar Aina lirih. "Aku begitu mempercayai kamu. Tapi yang kamu ucapkan.. sudah memutuskan tali persahabatan kita..."  Mata Aina berkaca-kaca.

Jleg! Hati Aping copot sudah. Ia akan kehilangan sosok Aina selamanya. Gue bilang juga apa!!Aina akan selalu menghindarinya. Akan selalu merasa jijik seakan-akan Aping sekarang mengidap penyakit menular.

"Persahabatan kita selesai sampai di sini." Aina menunduk. Aping sudah  melewati batas-batas persahabatan mereka. Melanggar janji-janji tak  terucap. "Our friendship is over."

"Aina bukan maksudku... Sebenarnya... Aina, aku... " Aping panik.

"Mulai sekarang...."

"Tapi, Aina.. please.." akan aku perbaiki... 

"Kamu yang selalu anterin aku pulang, temenin aku les, malam minggu  harus kerumahku dan nggak boleh lirik-lirik cewe lain.."

"Maksud kamu..." Sumbu hati Aping menyala. Terbakar merambat naik inci per inci. "Maksud kamu? kita..."

"Kita sekarang pacaran."

Hati Aping meledak. Kembang api air mancur menggelegar dimana-mana. It just like a dream come true. Aku pikir semuanya berakhir. Aina mengulas senyum paling manis di hadapan Aping. Dan hey... From now on, I am her Boyfriend !! SHIT!!

"Bing."

"Ya?"

"Stop using those dirty word."

"What? 'Shit'?"

"Ya."

"Oh. Oke."

Sejak saat itu Aina akan menggelayuti hati Aping dengan senyum manis,  Aina lalu menyandarkan kepalanya di bahu Aping. Mereka berdua menatap  matahari merambat turun menutup lembar cerita indah mereka berdua.

Selesai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun