Mohon tunggu...
Putra Wanda
Putra Wanda Mohon Tunggu... -

Pengamat Teknologi Informasi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bagaimana Prospek Ekonomi Digital Indonesia di 2019?

6 Februari 2019   22:15 Diperbarui: 7 Februari 2019   23:31 6372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. Penggunaan internet yang semakin tinggi. (Thinkstock)

Digital Economy, konsep ekonomi yang syarat dengan penerapan teknologi informasi. Realitas saat ini, bahwa jumlah pengguna aktif internet sudah melebihi 140 Juta user. 

Hal ini menjadi peluang menjanjikan bagi pembangunan ekosistem digital tanah air. Konsep ekonomi zaman millennial ini digadang-gandang akan mengubah model konvensional yang sudah lama mengakar kuat. Bagaimana sebenarnya peluang dan tantangan pengembangan ekonomi berbasis internet ini pada tahun 2019 ?

Konsep 'New Economy' ini sejatinya memiliki beberapa komponen, ekonom Thomas Mesenbourg (2001) menjelaskan elemen pentingnya mulai dari infrastruktur perangkat keras dan lunak, model layanan hingga cara transaksi baru dalam ekosistemnya. 

Saat ini, Indonesia sepertinya terlihat serius dalam membangun ekosistem ini. Sebagai negara dengan penduduk terbesar di Asia Tenggara, Indonesia berpeluang menjadi digital powerhouse di kawasan ASEAN. Untuk mewujudkannya, pembangunan infrastruktur komunikasi dan teknologi informasi harus menjadi prioritas. Kabar baiknya, konektifitas jaringan intenret di nusantara sudah melebihi 90 persen. Namun, pekerjaan rumah yang tertinggal adalah bagaimana pemanfaatan koneksi tersebut secara efektif.

Saat ini, kontribusi internet economy Indonesia baru mencapai 4% terhadap PDB. Namun, prospek pertumbuhannya cukup cerah. Buktinya geliat ekonomi digital tanah air terlihat dari proyeksi nilai transaksi E-Commerce yang mencapai US$ 130 milliar pada 2020. Inilah yang membuat Indonesia dijuluki "Digital Energy of Asia". Populasi besar dengan total koneksi perangkat mobile melebihi 371 juta menjadikan Indonesia sebuah ekosistem digital dan pasar terbesar di kawasan ASEAN.

Pembangunan ekosistem digital ini tentu tidak lepas dari beberapa aspek pendorong meliputi: Pengembangan infrastruktur (baik hardware maupun software), besarnya pengguna media sosial, penggunaan data yang massif hingga mudahnya memperoleh perangkat mobile. 

Meskipun demikian, pemerataan infrastruktur ICT (Information & Communication Technology) tanah air masih menjadi pekerjaan rumah. Kita tentu tahu bahwa pusat pengguna dan pembangunan infrastruktur digital saat ini masih terfokus di pulau Jawa.

Melihat secara lebih luas perkembangan layanan digital (Infrastruktur), sesungguhnya ekosistem baru itu sudah mulai terbentuk. Hal ini terbukti dengan pesatnya pertumbuhan startup digital pada tahun 2018. 

Menurut pengamatan saya, bisnis digital yang berkembang pesat saat ini antara lain: layanan transportasi on-demand yang diprakarsai oleh Go-Jek dan Grab, semakin luasnya pengguna E-commerce dengan dominasi Tokopedia, Lazada dan Bukalapak hingga tumbuhnya layanan Fintech tanah air. Diluar itu, pertumbuhan startup lain seperti bidang property dan logistic terus bermunculan.

Melihat lebih fokus ke Financial Technology (Finctech), yakni penyedia layanan digital yang sedang naik daun dalam 2 tahun terakhir. Perkembangan Fintech telah menarik perhatian besar khususnya dari kalangan perbankan dan industri finansial konvensional baik di Indonesia maupun di luar negeri. 

Fintech diprediksi akan mendisrupsi model industri dan bisnis bank konvensional dalam 10 tahun mendatang. Perkembangan Fintech yang massif akan mengakibatkan migrasi besar bagi dunia perbankan dan institusi keuangan tradisional. 

Saya prediksikan Fintech akan menjadi teknologi 'driver' kunci dalam pengembangan ekonomi berbasis informasi ini. Selain itu, Fintech ini menjadi jawaban atas masalah inklusi keuangan di tanah air. Sebagai informasi, baru sekitar 40 persen dari populasi (orang dewasa) Indonesia yang memliki akses ke perbankan.

Outlook Ekonomi Digital Indonesia 2019 (Foto: cipg.or.id)
Outlook Ekonomi Digital Indonesia 2019 (Foto: cipg.or.id)
Promosi Ekonomi Digital, Bukan Pajak

Melihat  transaksi data di tahun 2019 yang begitu besar di tengah penetrasi 140 pengguna seantero Nusantara, hal ini tentu menjadi momen tepa untuk mengembangkan ekonomi digital. 

Di dalam ekonomi digital, layanan digital sejatinya sangat dekat dengan konsep open standard dan inovasi. Ini akan membawa potensi perubahan yang besar dalam industri tradisional yang  menjalankan model bisnis secara manual dan konvensional. Namun, siapkah para stakeholders dalam negeri untuk menyambut era digital ekonomi yang makin nyata ini ?

Dalam ekonomi berbasis informasi ini, sumber daya paling penting ialah data. Resource ini  akan menjadi "harta" yang sangat penting dalam kesuksesan industri digital seperti Fintech atau E-Commerce. Analisis data yang akurat dan cepat dengan teknologi Kecerdasan Buatan akan menentukan persaingan dan kesuksesan industri di era internet economy. DI Indonesia sendiri perusahan rintisan seperti Go-Pay, Modalku hingga Ovo, dipercaya menjadi infrastruktur awal dalam pengembangan digital hype dalam negeri

Menurut pandangan kami, web economy yang syarat dengan inovasi ini menjadi cara untuk menciptakan efisiensi dalam bisnis. Misalnya dalam model, ekonomi konvensional, aspek labor menjadi hal penting. 

Namun dalam ekosistem baru nanti, ICT capital dapat menggantikan peran man labor melalui penggunaan robot berbasis kecerdasan buatan. Dengan berbasis Artificial Intelligence (AI), proses digitalisasi dan automatisasi menjadi sangat mudah dan cepat. AI dipercaya sebagai teknologi driver baru dalam industri modern masa depan. 

Pesatnya pertumbuhan startup digital ini menjadi cerminan prospek yang cerah. Saat ini, jumlah startup Indonesia sudah melebihi 1500 yang menjadikan Indonesia sebaga salah satu negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia. 

Pertumbuhan bisnis rintisan baru tentu akan memberikan impact signifikan dalam penerapannya. Lihatlah bagaimana Go-Jek telah mengubah model bisnis transportasi dalam negeri. Munculnya mode ekonomi baru telah menciptakan disrupsi dalam berbagai bidang bisnis. 

Dari pengamatan kami, promosi ICT dalam industri seperti Fintech dan E-commerce dapat meningkatkan financial inclusion, memperluas pasar dan menciptakan lapangan kerja baru. Penerapan ICT dalam ekonomi digital juga menjadi cara untuk menumbuhkan GDP dalam negeri. 

Pertumbuhan GDP Nasional tentu tidak lepas dari semakin meningkatnya transaksi e-commerce dalam beberapa tahun terakhir. Namun, sebuah wacana pengenaan pajak untuk industri e-commerce dapat menjadi hambatan pertumbuhan industri ini. 

Hal yang sebaiknya dilakukan oleh Pemerintah ialah terlebih dahulu memperbesar pasar dan ekosistem ekonomi digital dalam negeri, dibandingkan terburu-buru menarik pajak transaksi. Saat ini, lingkungan digital economy Indonesia masih dalam tahap pembangunan dan integrasi layanan. Jika ekosistem sistem nantinya sudah matang dan terintegrasi, barulah berwacana tentang digital tax. Selain itu, infrastruktur e-government juga perlu dipersiapkan untuk mendukung ekosistem ini.

Kunci Sukses Ekonomi Digital di Indonesia.

Pada tahun 2025, nilai ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai US$ 150 miliar atau sekitar Rp2.040 triliun. Untuk mencapai nilai ekonomi yang besar tersebut,  penting bagi Indonesia untuk menerapan teknologi digital secara efektif. 

Ekosistem bisnis ini memerlukan pengambilan keputusan yang lebih smart berbasis kecerdasan buatan, melalui model yang lebih simple dan melalui kecepatan transaksi berbasis blockchain. Semuanya akan menciptakan konektifitas realtime dalam ekosistem ekonomi berbasis internet ini.

Jika melihat dari sisi penanaman modal, menurut BKPM tahun 2017 investasi dalam bidang ekonomi digital telah encapai US$ 4.8 milliar. Nilai yang cukup besar bagi pelaku industri untuk segera mengambil langkah cepat dalam industri digital seperti Fintech, Kecerdasan Buatan, Analisis Data hingga Blockchain. Selain pengembangan teknologi, besarnya investasi harus digunakan untuk penguatan sumber daya manusia sebagai komponen penting dalam bangunan Ekonomi Digital di Tanah Air.

McKinsey Global Institute menyebut Indonesia memiliki sekitar 30 juta online shoppers pada periode 2017, Ini layaknya gelombang baru pertumbuhan bisnis online bidang digital bagi Indonesia. Agar bisa berhasil, kolaborasi antar stakeholders yakni Pemerintah dan Pelaku Industri digital mesti harus positif. Ini menjadi parameter kesuksesan sebuah negara dalam ekosistem the new economy ini.

Dari aspek regulasi, reformasi policies dalam bidang digital menjadi salah satu elemen utama yang dapat mendorong pertumbuhan industri telekomunikasi di Indonesia. Melihat realitas saat ini, pemerataan teknologi 4G dil luar kawasan jawa patut menjadi perhatian. 

Koneksi berkecepatan tinggi (high speed connection) menjadi salah satu kebutuhan utama dalam pembangunan ekosistem digital ekonomi. Langkah perluasan investasi dalam bidang telekomunikasi menjadi cara yang cukup ampuh dalam menjawab tantangan sulitnya pemeratan infrastruktur ICT di kawasan kepulauan nusantara.

Sedangkan untuk pengembangan E-commerce, daripada terlalu dini menerapkan pajak transaksi, Pemerintah sebaiknya lebih fokus  dalam mendorong geliat bisnis ini melalui penerbitan supportive policies & program. 

Selain menerbitkan Roadmap E-Commerce dan kampanye Making Indonesia 4.0, regulasi yang konsisten dan berorientasi pada pengembangan industri digital tanah air menjadi sebuah keniscayaan untuk mencipatakan ekosistem digital yang berkelanjutan.

Selain melihat dari sisi inovasi teknologi dan pelaku industri, pembangunan ekonomi digital tentu tidak lepas dari keseriusan dalam mengembangkan talent dalam negeri. Untuk sukses dalam ekonomi digital, peran talenta berkualitas menjadi hal wajib. Stakeholders mesti mengambil langkah-langkah cepat untuk melakukan investasi berkelanjutan dalam pengembangan human resource yang mahir dalam ICT. 

Menjadi sebuah keharusan untuk menyesuaikan model pendidikan agar searah dengan disrupsi digital saat ini. Saya menganggap aspek ini sangat krusial dan menjadi capital dalam kompetisi era digital.

World Economic Forum tahun 2015 pernah menyebut ekonomi digital adalah kunci pertumbuhan bagi Indonesia. Ini harus disambut sebagai signal positif bagi pelaku Industri dan Pemerintah sebagai katalis utama untuk pertumbuhan industri era baru. Perluasan investasi dan kemudahan bisnis bagi industri digital penting untuk mewujudkan hal di atas. 

Singkatnya, industri Fintech, Smart City, Intelligence Commerce hingga E-Tax hanya menjadi khayalan belaka jika tidak ada keseriusan dari para stakeholders. Kabar baiknya, Pemerintah saat ini tampaknya sedang giat dalam mempersiapkan infrastruktur ekonomi digital di Tanah Air, Akhir kata, kita harus bisa memanfaatkan 'the new wave of disruption'  tahun 2019 melalui program berorientasi pada pengembangan ekonomi digital.

Penulis
Putra Wanda

Ph.D. Candidate in Cybernetic, HUST, China
Direktur Pusat Kajan PPI Tiongkok
Komisi Ekonomi PPI Dunia
IG@pw.putra.wanda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun