Mohon tunggu...
Mardigu Wowiek Prasantyo
Mardigu Wowiek Prasantyo Mohon Tunggu...

Pembisnis Diehard Enterpeuner, Amateur writer, Psychology antusias, Pakar mikroexpresi, Pengamat Intelegent, Pengamat Terorisme.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Jangan Menolak Pria Karena Miskin, Karena Kalau Sudah Mapan Seleranya Bukan Kamu

29 Juni 2016   15:03 Diperbarui: 5 Agustus 2016   17:51 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: comedycentral.it

Pikiran saya ketika menulis ini ke flash back di awal tahun 2000an. Dimana salah satu periode hidup saya juga jatuh, crash down. Berantakan. Maka yang saya lakukan kala itu adalah, mencari proyek.

Mencari pekerjaan atau bekerja tidak mungkin membalikan keadaan dengan cepatitu pendapat saya. Masalahnya saya minus, berhutang dan dikejar kewajiban. 

Berusaha, berwirausaha, ya merintih dan tertatih karena yang membuat saya bangkrut karena berwirausaha, mana aja pegawai bangkrut yang ada hanya "jobless". dunia ngak runtuh-runtuh amat. 

Karena berwirausaha (kondisi saya saat itu). Modal habis, aset habis, hutang menumpuk, kewajiban jalan terus tak berkurang. Terus.. wirausahanya di apakan?

Ya fokus di usaha tadi hanya kita tidak berinvestasi. Untuk menghidupi organisasi staff, enggak usah tahu masalah kita. Enggak semua orang kuat dan bertahan di kala susah. Pegawai bagus yang percaya diri akan memilih mencari karir baru. Yang tersisa hanya 2 type. Yang pecundang karena tidak bisa di terima dimana-mana. Atau yang loyal. Dia mungkin bukan terburuk dan pasti bukan terbaik, yang biasa saja, tapi dia loyal.

Dalam peristiwa saya, seperti dugaan. Yang pinter ya keluar. Yang loyal bertahan dan yang pecundang saya keluarkan. Dan urusan dapur, saya cari utang-an saya cari proyek namun kita tidak berinvestasi.

Tiap hari jalan keluar rumah dari pagi sampai malam , silaturahmi kesana kemari. Dan saya selalu “looks succes”. baju rapih, sepatu kinclong dan banyak bertanya, banyak mendengar. Ini adalah sebuah ilmu yang saya dapat dari mentor saya orang hongkong bernama Brian wong. Orang yang galak, demanding, asshole pol.

Kala itu saya kerja di sebuah bank devisa, di tahun 1991, gajih pertama saya Rp 350.000. dan sampai saat ini saya masih pajang slip gajih tersebut. Saya juga selalu ingat gajih pertama saya tersebut dipakai untuk apa. Karena hal itu ditanyakan oleh Brian. What you gonna di with your first salary?

Saya tabung? Saya jawab dengan setengah pede.. bullshit!! katanya lagi, I dont trust you. Saya bilang kemudian, saya traktir temen-temen dan keluarga. Yang dijawab olehnya, stop this none sense!, you spend on that for what? Apa yang saya akan dapat dengan mentraktir orang-orang? Rasa hormat? Kebanggaan. Belum pantes luh! Itu kata-kata keras dari nya.

Semua orang succes itu ‘delay gratitute' menunda kesenangan. Kata Brian berapi-api, jadi saran saya, buy the best suit. Invest on your “looks”!. Jadisaya di sarankan untuk “mendandani” penampilan saya. Beli busana kantor terbaik. Brian melanjutkan, beli yang bermerk, beli yang “in fasHion”. Beli yang mahal. Habiskan seluruh pendapatan kamu untuk “looks succes”. Kamu toh masih tinggal di rumah keluarga bukan, masih bisa makan bukan? Itu kalimat atasan saya yang demanding.

Dan tahu apa yang dilakukan? Dia menemani saya belanja. Shopping for style. Kepaksa banget saya yang santai dan informil di paksa rapih dan formal. Masuk ke outlet, beli satu baju, uang saya habis. Satu baju, pakai chufling manset 2 pair. Uang sebulan gajih musnah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun