Mohon tunggu...
Wiwin
Wiwin Mohon Tunggu... Lainnya - simple

saya seorang ibu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tirai Jendela Kamarku

25 Agustus 2022   11:39 Diperbarui: 25 Agustus 2022   11:47 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini menghutung purnama tepat ke-36. Pukul 11.00 pm lentera mulai meredup di ruang tengah Aku  berebah sandarkan kelelahan sehari. Hati ini dikurung kebimbangan kepada masa yang berulang-ulang terjadi. Saat kami dihimpit antara kegelisahan, mungkinkah ini kali kita mampu menghadapi harapan anak-anak rasa asa yang terputus berpolemik pada pikiranku. Jabatan yang kami anggap  sebagai kepala rumah tangga akan menjamin kebahagiaan kami semuanya apakah itu kamuflase dan kadang menyisip tangis menjadi tanda tanya mengapa, bagaimana dan kapan. Jeritan ibu dan gerutunya aku mendengarkan saat membantu di dapur mengupas bawang merah dan memetik kacang panjang.

Kebiasaan kami sekeluarga menjelang lebaran bincang santai di ruang tengah rencana masa liburan semester dan kunjungan rutin ke rumah nenek jadi agenda utamanya mencapai mufakat. Mungkin harapan bapak dan ibu kata teladan untuk kami kelak kami yang mulai beranjak dewasa tidak pernah melupakan kebersaam keluarga. Apapun permasalahan yang kita hadapi kami terbia menyampaikan dengan mendisusikan apakah ini baik untuk kami atau tidak tepat. Tapi saat memutuskan tentag melanjutkan studi Aku mulai bimbang . Sebenarnya aku sudah berusaha untuk memahami, bahwa keluarga kami dalam kelas ekonomi menengah kebawah, kebutuhan sehari-hari sering kekuragan kami bisa mengerti dan menerima, serta memberikan motivasi bukan malah menyalahkan tanpa kata saat bapak memutuskan, bahwa aku sebaiknya melanjutkan di sekolah dekat rumah saja, agar masih tetap membantu ibu memproduksi makanan ringan. Mereka menyudutkan harapanku sebenarnya dan akupun tak kuasa menolak hanya diam entah selanjutnya piker batinku.

"Selamat pagi pak !"

Hari ini pukul 6.54 absensi face print yang ada di lorong sempit menghubungkan dekat kasir bapak Setiawan pemilik butik Zahira sudah mulai antri kebetulan kak Lia ada di deretan akhir para karyawannya. Ketekunan bapak Setiawan pemilik toko memiliki jiwa loyal dan sosialis memberikan ide pada warga sekitar tempat tinggalnya dan para karyawanya untuk berkreatifitas. Butik ini menampung home industri busana muslim dan baju anak. Ini yang membuat kak Lia menekuni tatabusana lagi setelah lulus dari SMA samping rumah yang ditawarkan bapak ke aku. Tapi ide ibu aku sebaiknya melanjautkan di SMK karena nanti langsung memiliki keterampilan tidak nambah biaya lagi seperti kak Lia.

Malang Timur cukup bagus untuk membuka usaha apapun jenisnya, karena setiap tahun para pendatang silih berganti mereka, bagi mereka yang pendatang untuk study atau aktif mulai masuk ke dunia karier, menjadi para penanam modal dan konsumen yang memberi untuk setiap tahunnya yaitu sekitar bulan Agustus awal pembelajaran dan menjeang lebaran. Namun agar usaha menjadi inovatif pakde Setiawan sangat jeli memperhatikan konsumen sekitar sehingga membuka cabang di beberapa tempat seputar malang sampai  sekarang sudah ada 6 toko dengan 1 toko belakang rumah kami menjadi awal usahanya.

Kak Lia lulus SMA baru 2 tahun yang lalu karena himpitan ekonomi kami, dia tidak memungkinkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, bapak Setiawan masih kerabat dari ibunya. Alhamdulillah memberikan kesempatan pada kak Lia untuk gabung di tempat usahanya beliau yang kebetulan ada di dekat rumah, ya lumayan kak Lia waktu istirahat sering pulang dan bisa membantu ibu juga.

Awal kak Lia mendapatkan tawaran saat kami sekeluarga mengunjungi bude yang sedang sakit sudah 5 hari di rumah sakit Syaiful Anwar kamar 1 Anggrek.

Saat kami menunggu kak Lia dan bapak yang masuk menjenguk budhe aku dan ibu duduk dikursi teras datang pak dhe mendekati kami menayakan;

"Dek,  Lia sudah Lulus SMA setelah ini melanjutkan ke mana,"

"Alah... pak dhe  biaya makan saja masih kembang-kempis, ada Dani, Lia,  apalagi Iza saat ini mau melanjutkan ke SMA untuk biaya daftar ulang yang tidak sedikit, sedangkan Gita entah kenapa apa karena ragil ini pak dhe bolak balik ke dokter, kemarin panas, eee ternyata bilang sama Bapaknya minta sepeda ternyata reda setelah dibelikan, Bapaknya geleng-geleng.   To be ...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun