Mohon tunggu...
Wiwin Adinata Marpaung
Wiwin Adinata Marpaung Mohon Tunggu... Hoteliers - Travel with Budget

Travel with budget #Neverstoptravelling

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Sejarah Perkembangan Agama Kristen di Sumatera Utara

11 Oktober 2012   12:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:56 2322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13499594191536908288

[caption id="attachment_210985" align="alignnone" width="300" caption="Salib Kasih , Tarutung, Sumatera Utara // Dok. Pribadi"][/caption]

Salib kasih adalah suatu monumen untuk mengenang dan mengabadikan semua pengorbanan dan jasa misionasir di tanah batak, khususnya DR.I.L Nomensen. Salib kasih dibangun pada bulan Oktober 1993 di Dolok Siatas Barita terletak di kecamatan Siatas Barita arah selatan kota Tarutung, Sumatera Utara.. Perlu diketahui bahwa untuk menuju ke kota Tarutung bisa menempuh perjalanan darat dari kota Medan selama 5-6 jam. Konon tempat ini adalah tempat bermukimnya Roh Alam yang tinggi martabatnya dalam kepercayaan Batak Kuno. Roh ini sangat ditakuti karena dipercayai dapat menentukan nasih baik maupaun buruk dari orang-orang yang bermukim di sekitarnya sehingga pada waktu itu tidak jarang  tempat ini dipuja-puja dengan memberikan pelean (sesajen) dengan harapan akan mendapat keberuntungan dan keselamatan.

Akan tetapi Puncak siatas barita yang dianggap angker dan menakutkan sudah menjadi Taman Eden mini yang dikunjungi banyak orang dari segala penjuru dan setiap orang yang berkunjung kesana akan memperoleh kedamaian hati dan pikiran. Salib Kasih dengan ketinggian 31 meter disangga dan ditopang oleh tiga tiang raksasa sebagai lambang Trinitas. Di bawah Salib tersebut terdapat sebuah ruangan kecil tempat berdoa dan didepannya terhampar tempat duduk dengan kapasitas 600 orang serta dilengkapi dengan sebuah mimbar, tepat dari belakang mimbar terhampar luas pemandangan kota Tarutung nan indah. Pada malam hari terlihatlah Salib Kasih dengan cahayanya, melengkapi Tarutung sebagai kota Wisata Rohani yang sejuk. Lokasi ini ditata dengan taman rekreasi yang indah dan sejuk.Terdapat juga arena bermain serta Open stage yang menjadi panggung persembagahan lagu-lagu rohani. Pada malam hari nampaklah Salib Kasih dengan cahayanya,melengkapi Tarutung sebagai kota Wisata Rohani yang sejuk.

Salib Kasih setinggi kurang lebih 30-an meter yang terletak di Bukit Siatas Barita, Kabupaten Tapanuli Utara, kini menjadi salah satu primadona baru tujuan wisatawan di Sumatera Utara. Lokasi wisata dengan latar belakang sejarah perkembangan agama Kristen di Sumatera Utara ini sangat potensial menarik wisatawan mancanegara, terutama wisatawan dari negara-negara terkait dengan pekabaran Injil di Tanah Batak, seperti Inggris, Jerman, Belanda, Amerika dan sebagainya.

Dipuncak si atas barita inilah sekitar tahun 1863 yang lalu,DR.I.L.Nomensen menatap lembah Silindung yang begitu indah dan luas,dia berdoa "HIDUP ATAU MATI,BIARLAH AKU TINGGAL DI TENGAH-TENGAH BANGSA INI UNTUK MENYEBARKAN FIRMAN DAN KERAJAANMU". DR.Ingwer Ludwig Nommensen lahir tanggal 6 Februari 1834 di Nortdstrand, pulau kecil di panatai perbatasan Denmark dan Jerman. Dia anak pertama dan lelaki satu-satunya dari empat orang bersaudara. Ayahnya Peter dan ibunya Anna adalah keluarga yang sangat miskin di desanya. Sejak kecil, dia sudah tertarik dengan cerita gurunya Callisen tentang misionar yang berjuang untuk membebaskan keterbelakangan, perbudakan pada anak-anak miskin. DR.I.L.Nomensen adalah Sosok anak manusia yang memiliki keberanian, kesungguhan, ketulusan dan jiwa petualangan, ada pada diri Ingwer Ludwig Nommensen. Di besarkan di bawah budaya barat, Nommensen berani menetapkan pilihan untuk mendatangi dunia lain yang sama sekali berbeda, jauh dan penuh misteri — Tanah Batak –. Berbekal sebagai seorang theolog muda, menerima tantangan untuk mendedikasikan ilmu, iman dan pengabdiannya bagi Bangsa Batak, yang hanya diketahui dari buku literatur yang terbatas dan dengar-dengaran dari sumber-sumber yang belum tentu teruji kemampuannya dalam menggambarkan sifat, sikap dan alam Batak, nun jauh di timur. Tentu melihat ini kita diminta untuk memutar roda waktu ke tahun 1861, dengan segala keterbatasannya, tanpa kecanggihan transportasi dan alat komunikasi. Terbukti, untuk tiba di tempat yang akan ditujunya menghabiskan waktu 142 hari, yang saat ini dapat kita tempuh hanya 11 jam kurang lebih.Perbedaan budaya, bahasa dan agama tidak menyurutkan niatnya untuk memulai “pengabdian” di tengah perlawanan dan ancaman Bangsa Batak yang belum terbiasa menerima kehadiran “orang aneh”, yang berlainan bahasa, pola hidup, warna kulit dan mata serta rambutnya.Kesungguhan dan keteguhan Nommensen, terbukti mampu memenangkan penolakan besar Bangsa Batak yang berbuah pada dimulainya era baru bagi kehidupan sosial dan spritual, hingga berimplikasi luas pada tatanan mayoritas Batak. Pendekatan sosial religius, tidak terpungkiri mewarnai kehidupan sebagian besar di antara kita saat ini. Peristiwa ini mengawali bakal kehidupan baru orang-orang batak yang belum mengenal kristen untuk meninggalkan animisme.Atas jasanya,dia disebut sebagai Apostel pertama Orang batak.

Hingga pada akhirnya, pada tanggal 23 mei 1918 DR.I.L. Nommensen pergi menghadapa Tuhannya di Surga. Dia menutut mata selama - lamanya setelah berdia "Tuhan kedalam tanganMu kuserahkan rohku, Amin". DR.I.L.Nommensen dikubur disigumpar, sumatera Utara.  Puluhan ribu datang melayatnya untuk mengucapkan salam perpisahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun