Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY Kecewa dengan Moeldoko

6 Maret 2021   01:09 Diperbarui: 6 Maret 2021   07:54 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Majlis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (tribunnews.com)

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat buka suara atas terpilihnya Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat KLB versi HM. Darmizal MS dkk. SBY menyampaikan hal itu dalam konferensi pers di kediamannya di Cikeas, Bogor, Jawa Barat pada Jum'at malam (05/03).

Sebagaimana diketahui, Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat versi HM. Darmizal MS dkk. yang dilangsungkan di The Hill Hotel dan Resort Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara jum'at siang (05/03) telah memilih Kepala KSP Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Hal itu tidak terlalu mengejutkan sebab sejak awal nama Moledoko sudah digadang-gadang oleh pihak Darmizal dkk. yang anti-AHY (Agus Harimurti Yudhoyono). 

Menanggapi hal tersebut SBY tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. SBY merasa kecewa karena KLB Partai Demokrat versi HM. Darmizal MS dkk. tetap berlangsung. Padahal Partai Demokrat telah berkirim surat kepada Menteri Hukum dan HAM RI, kepada Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan RI, dan kepada Kepala Kepolisian RI, Kamis (04/03) untuk melakukan pencegahan agar KLB tidak dilaksanakan.

Faktanya KLB tetap berlangsung, tidak ada upaya pelarangan atau pencegahan sama sekali dari pihak-pihak yang dikirimi surat oleh Partai Demokrat. Upaya pencegahan mungkin hanya dilakukan oleh kader DPD Partai Demokrat Sumatera Utara, sehingga terjadi bentrokan berdarah dengan massa pendukung KLB.  

Selain itu SBY juga tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya kepada Moeldoko. Fixed, SBY marah dan sangat kecewa dengan Moeldoko.

SBY, sebagaimana dilansir tempo.com (05/03) menyebut Moeldoko telah mendongkel dan merebut kepemimpinan dari Ketua Umum Partai Demokrat yang sah, yakni AHY. Menurut SBY, apa yang dilakukan Moeldoko itu jauh dari sikap ksatria dan nilai-nilai moral.

SBY juga menyebut Moeldoko tega dan berdarah dingin melakukan kudeta terhadap Partai Demokrat. Apa yang dilakukan Moeldoko menurut SBY hanya akan mendatangkan rasa malu.

Lebih dari itu, SBY bahkan kemudian merasa menyesal karena sudah pernah memberi kepercayaan pada Moeldoko. Sebagaimana diketahui, ketika SBY menjabat sebagai Presiden RI, Moeldoko diangkat oleh SBY sebagai Panglima TNI.

Seandainya SBY tahu mantan bawahannya itu akan menjadi "duri" bagi Partai Demokrat  yang dipimpin puteranya AHY saat ini, waktu itu pasti SBY tidak akan mengangkat Moeldoko jadi Panglima TNI. Hanya saja SBY bukan lah seorang peramal masa depan.

Dalam hal ini suatu hal yang wajar jika SBY menyampaikan rasa marah, kecewa, dan penyesalannya. Bagi SBY, Moledoko mungkin ibarat orang yang tidak tahu balas budi. Kebaikan SBY ibarat "susu dibalas dengan air tuba" oleh Moeldoko.

Kisruh di Partai Demokrat jika diamati sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari beberapa hal. Tidak hanya faktor AHY yang banyak dipersoalkan,  tapi juga faktor SBY sendiri.

Pertama, meredupnya pesona SBY. Faktor ini seiring dengan, karena SBY tidak bisa lagi mencalonkan diri sebagai presiden RI setelah habis dua periode.

Keadaan itu telah mengurangi ketertarikan orang terhadap SBY dan Partai Demokrat.  Indikasi dari hal ini bisa dilihat dengan mulai banyaknya kader-kader Partai Demokrat yang loncat pagar ke partai politik lain.

Faktor meredupnya pesona SBY juga membuat sebagian kader ada yang mulai berani melawan SBY. Padahal dulu ketika pesona SBY masih sangat kuat, mana ada kader Partai Demokrat  yang berani melawan SBY. Apalagi sampai melangsungkan KLB.    

Kedua, diorbitkannya AHY menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Hal ini menimbulkan kecemburuan dari sebagian kader yang merasa lebih senior dari AHY. Indikasi ini jelas bisa dilihat dari pernyataan mereka yang anti-AHY dengan menyebut AHY sebagai anak kemarin sore.

Ketiga, adanya faksi di Partai Demokrat yang memiliki keinginan agar Partai Demokrat menjadi partai pendukung Jokowi, bukan oposisi. Ini sudah mulai kelihatan ketika menjelang Pilpres 2019 lalu.

Sebut saja salah satunya nama HM. Darmizal MS. Ia kader Partai Demokrat tetapi secara terang-terangan memilih sikap berbeda dengan partainya yang mendukung pasangan Prabowo-Sandi. Darmizal lebih memilih untuk mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019 dengan menjadi ketua umum ReJo (Relawan Jokowi).

Begitu pula dengan Jhoni Allen Marbun. Ia calon anggota legislatif Partai Demokrat, tetapi memiliki sikap politik yang sama dengan Darmizal.

Pertanyaannya, seandainya saat ini Partai Demokrat tidak menjadi oposisi melainkan mendukung pemerintahan Jokowi, apakah para kader Partai Demokrat yang sekarang "memberontak" kepada Partai Demokrat akan mengadakan KLB ? Sepertinya tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun