Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Politik

Banjir Kata-kata Pasca Banjir Jakarta

5 Januari 2020   19:42 Diperbarui: 5 Januari 2020   19:45 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banjir yang melanda Jakarta awal tahun 2020 beberapa hari yang lalu memang sudah mereda. Walau pun pada beberapa titik tempat tertentu masih ada genangan air yang belum surut. Oleh karenanya masih ada warga yang terjebak di pemukiman. Selain karena proses evakuasi yang cukup sulit, banyak pula warga yang enggan untuk dievakuasi ke tempat pengungsian dan memilih bertahan di lantai atas rumah mereka.

Salah satu alasan warga menolak dievakuasi karena mereka melihat tenda-tenda pengungsian di sekitar lokasi belum mencukupi untuk menampung para pengungsi. Jadi mereka merasa lebih nyaman bertahan di dalam rumah yang masih terendam air.

Kontradiksi dengan keadaan banjir yang sudah mereda, justeru pasca banjir Jakarta kemudian datang banjir kata-kata. Banjir kata-kata yang datang bergelombang cukup besar dan unik. Dikatakan unik karena tidak seperti banjir pada umumnya yang menyerang, menghantam, dan menerjang ke segala arah, banjir kata-kata ini menyerang satu objek saja, yakni hanya mengarah kepada orang nomor satu di Jakarta, Anies Baswedan.

Selain itu, dikatakan unik  karena banjir kata-kata yang datang tidak datang menyerang orang nomor satu di provinsi lain yang wilayahnya juga terkena banjir. Seperti orang nomor satu Banten misalnya. Padahal di provinsi Banten juga terjadi banjir yang cukup parah.

Banjir kata-kata datang menyerang, menghantam, dan menerjang Anies Baswedan sebagai satu-satunya orang yang sepenuhnya (dipersepsikan) harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi di Jakarta di awal tahun baru itu. Banjir kata-kata itu sarat dengan nada kekecewaan dan kemarahan, bahkan ketidakpercayaan.

Dari mana banjir kata-kata itu datang ? Tentu saja berasal dari mereka yang kecewa dan tidak puas terhadap Anies Baswedan. Wajarkah ? Tentu wajar. Tak ada aturan yang melarang atau mengharuskan orang untuk suka atau tidak suka terhadap siapa pun termasuk terhadap Anies Baswedan. Apalagi bagi mereka yang terdampak banjir, rasa kecewa dan tidak puas terhadap Anies Baswedan bisa dikatakan sangat wajar.

Itulah resiko seorang pemimpin. Suatu waktu mungkin dipuji, tapi suatu waktu mungkin dicaci. Terlepas dari apakah pujian atau cacian itu bersifat objektif atau tidak. Sebab baik pujian atau cacian terkait erat dengan rasa suka atau rasa tidak suka.

Kalau sejak awal orang sudah merasa suka terhadap sesuatu, bagaimanapun keadaan sesuatu itu tetap akan dipuji. Sebaliknya kalau sejak awal orang sudah merasa tidak suka terhadap sesuatu, bagaimanapun keadaan sesuatu itu tetap akan dicaci.

Secara politik, banjir kata-kata yang datang menyerang, menghantam, dan menerjang Anies Baswedan bisa ditafsirkan sebagai upaya men-down grade Anies Baswedan. Sebagai pejabat publik hasil dari proses politik, mustahil jika Anies Baswedan tidak punya "musuh politik". Tentu residu Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu masih tersisa.

Hal yang sangat logis jika di satu sisi Anies Baswedan memiliki "musuh politik", maka di sisi lain pasti Anies Baswedan juga memiliki "teman politik". "Teman politik" Anies tentu akan bersikap berbeda 180 derajat dengan "musuh politik" Anies. Jika "musuh politik" Anies selalu melakukan upaya untuk men-down grade Anies, maka "teman politik" Anies akan bersikap sebaliknya.

Siapa pun boleh berkata-kata. Akan tetapi kita harus ingat bahwa kata-kata itu ibarat air yang keluar dari teko. Apabila teko berisi air kopi, maka yang keluar dari teko adalah air kopi. Apabila teko berisi air teh, maka yang keluar dari teko adalah air teh. Begitupula jika teko berisi air comberan, maka yang keluar dari teko adalah air comberan pula.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun