Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini telah menerbitkan 29 judul buku, 17 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Yang terbaru adalah novel Elang Menoreh: Perjalanan Purwa Kala (terbit 1 November 2018) terbitan Metamind, imprint fiksi dewasa PT Tiga Serangkai.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Perempuan Tanah Jahanam" dan Intensitas Hantu

28 Oktober 2019   20:07 Diperbarui: 28 Oktober 2019   20:20 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Cinema Escapist)

"Kenapa, Mbak?" sahut Ratih heran. "Ada apa memangnya...?"

Detail yang ini penting karena berguna untuk memajukan plot. Bimo cemas karena kutukan yang melanda desanya mengancam keselamatan bayi dalam kandungan Ratih. Dari seorang warga, ia tahu identitas Maya, yang sekarang ada di Jakarta. Ia lalu berniat menemui Maya untuk mencari tahu bagaimana kutukan itu bisa dihilangkan. Ia memberitahu alasan keberangkatannya ke Jakarta pada Ratih, namun belum bercerita detail mengapa ia mencari Maya.

Di Harjosari, Ratih galau karena Bimo tak pulang-pulang, dan tak pula WA. Lalu ia dengar kabar ada orang kota bernama Maya datang ke desanya. Teryata itulah Maya yang dicari Bimo di Jakarta. Tapi Bimo-nya mana? Ia curiga Bimo ada main dengan Maya. Ratih kemudian menguntit Maya untuk mencari tahu, hingga kemudian Maya tiba di rumah itu dan  Ratih membawanya ke rumahnya agar bisa ia interogasi. Tak dinyana, urusan Bimo dan Maya ternyata berkenaan dengan kutukan itu.

Cerita Perempuan Tanah Jahanam (PTJ) sendiri diawali dengan kegalauan Maya dan sobatnya, Dini (Marissa Anita), soal kemuraman bisnis garmen mereka pasca-resign dari PT Bina Marga gara-gara serangan Bimo terhadap Maya di gerbang tol. Harapan samar-samar untuk mendapat warisan membuatnya berkelana ke Desa Harjosari untuk menyelidiki asal-usulnya. Dini ikut bersamanya.

Setelah naik bus malam selama hampir semalam suntuk, mereka tiba di semacam kota kecamatan tempat Desa Harjosari berlokasi. Delman mengantar keduanya hingga desa terpencil itu, yang mau tak mau mengingatkan kita pada desa menghebohkan di Jawa Timur terkait penari dan KKN yang beberapa waktu lalu viral. Dan memang di sana pun berlangsung satu kondisi khusus di mana seisi desa dan warganya terkena kutukan yang membuat desa tersebtut mengisolir diri dari dunia luar.

Kutukan tersebut membuat semua bayi di Harjosari terlahir cacat dalam 20 tahun terakhir. Untuk mencoba mengakhiri kutukan, Ki Saptadi (Ario Bayu), tokoh masyarakat setempat yang berprofesi sebagai dalang, manggung semalam suntuk dengan wayang kulit khusus. Ritual penyiapan bahan mentah menjadi lembaran wayang yang siap dilukis dilakukan oleh ibu Ki Saptadi, Nyai Misni (diperankan dengan luar biasa oleh Christine Hakim).

Kedatangan Maya dan Dini bertepatan dengan kelahiran salah satu bayi, yang ternyata masih membawa beban kutukan. Telah dikenali asal-usulnya sebagai putri Ki Donowongso (Zidni Hakim) yang dua dekade lalu diungsikan ke kota, Maya yang panik karena Dini mendadak hilang kemudian dikejar-kejar warga desa atas perintah Saptadi. Ia lantas diselamatkan oleh Ratih.

Dalam soal intensitas, PTJ adalah kemajuan yang signifikan dari Joko Anwar setelah Pengabdi Setan. Semua ada di sini, sejak dari sayat-menyayat, gorok-menggorok, bacok-membacok, hingga sosok hantu yang makin seram (tiga anak di pinggir jalan, hantu di mobil pikap) dan terutama adegan ranjang antara Saptadi dan Nyai Shinta. PTJ tak hanya efektif membuat penonton takut, melainkan juga ngeri bergidik karena kegiatan gorok-menggorok itu.

Problem PTJ, as with almost all our movies, adalah pada akurasi detail termasuk kejelasan latar. Harjosari itu di mana tepatnya? Jatim? Jateng? Kabupaten mana? Saya tetap lebih menyukai penyebutan soal "Harjosari, Kecamatan Sawit, Kabupaten Besuki", misalnya, daripada anonim seperti ini, yang membuatnya jadi tak terasa nyata.

Tapi menilik bahwa bus pada malam hari masih memerlukan waktu sekira "lima jam lagi" sebelum sampai ke kota kecamatan tempat Harjosari berada, maka desa itu harusnya berada di range antara Pekalongan hingga Surakarta atau Tuban (tergantung tujuan akhir bus, akan ke Surabaya atau Ponorogo/Malang).

Jika bekal Maya hanya soal "Desa Harjosari" seperti yang diungkap Bimo saat menyerangnya di gerbang tol, maka itu informasi yang masih sangat menyesatkan. Sebagaimana Rejosari dan Karanganyar, Harjosari adalah nama yang sangat umum dipakai desa-desa di Jateng dan Jatim. Coba saja sampeyan cuman saya kasih tahu bahwa rumah saya ada di Desa Gedongan. Anda bisa nyasar hingga Bantul, Cirebon, hingga Colomadu, tanpa adanya penjelasan soal "Gedongan yang di Wanurejo, Borobudur, Kabupaten Magelang".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun