Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Yang Normal Jadi Tak Normal di Jakarta

30 Mei 2012   01:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:37 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Sebagian besar warga Ibukota pasti pernah naik angkot. Apalagi jika warga tersebut bertempat tinggal di Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang/Tangsel, dan Bekasi) dan harus ke Jakarta setiap hari untuk mencari nafkah.

Saya sendiri kerap menggunakan angkot 106 jurusan Parung (Bogor)-Lebak Bulus (Jakarta Selatan). Jalanan yang dilalui angkot tersebut cukup panjang dan padat. Bahkan kemacetan arus lalu lintas di Jalan Raya Pondok Cabe, Cireundeu, seperti tak mengenal waktu.

Adapun kemacetan disebabkan karena volume jumlah kendaraan yang tak lagi sebanding dengan kondisi jalan. Banyaknya perumahan yang tumbuh di kawasan itu, termasuk Pamulang, Sawangan, Parung, hingga Bogor menyebabkan tingkat mobilitas penduduk dan kendaraan meningkat pesat.

Kemacetan diperparah dengan kian ramainya usaha pertokoan, sekolah, hingga pedagang kaki lima yang membuka usaha di pinggir jalan. Pernah terjadi stagnasi lalu lintas di kawasan itu karena ada acara pernikahan warga di pinggir jalan raya. Saat itu sebuah truk tronton hendak melintas, sementara kendaraan tamu undangan harus mencari posisi parkir

Ditambah petugas parker yang tak berpengalaman, jadi deh stagnasi lalu lintas berlangsung hingga beberapa jam. Kemacetan panjang terjadi dari depan Universitas Terbuka dan pertigaan Lebak Bulus-Cinere. Banyak kendaraan mencoba jalan alternatif, tapi hasilnya sama, karena semua orang berpikiran serupa.

Sebagian penumpang angkot terpaksa jalan kaki. Tukang ojek pun jadi laris manis. Panen penumpang.

***

Saat normal saja, menggunakan mobil pribadi bisa memakan waktu hingga satu jam dari Parung hingga Lebak Bulus. Sebaliknya menggunakan angkot  lebih cepat 15 hingga 30 menit. Sebuah waktu sangat berharga untuk para pekerja kantor yang rata-rata waktu tempuh dari rumah ke tempat kerjanya antara 2 hingga 3 jam-an

Mengapa bisa begitu? Karena kondisi Jalan Raya Pondok Cabe yang panjangnya lebih dari 5 kilometer memungkinkan sopir angkot untuk melakukan “kreatifitasnya” Tepatnya, mendahului mobil di depannya baik melalui jalur kanan, terutama jalur kiri.

Hampir tak ada trotoar di sepanjang itu. Sementara saluran air pun tertutup dan dalam kondisi rusak. Jika hujan turun, Jalan Raya Pondok Cabe berubah seperti sungai karena air mengalir deras mengikuti kondisinya yang menurun menuju Lebak Bulus.

Untuk menghindari kemacetan, para sopir angkot pun memaksakan diri melalui jalur kiri. Satu dua angkot melalui jalur kanan saat kendaraan arah sebaliknya tersendat di perempatan atau pertigaan jalan yang banyak jumlahnya di Jalan Raya Pondok Cabe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun