Mohon tunggu...
Wisri Atuti
Wisri Atuti Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA di SMP Negeri 120 Jakarta, Suka menulis dan senang mempelajari hal - hal yang baru untuk menambah wawasan dan diagikan kepada peserta didik /teman sejawat

Wisri Atuti, lahir di Jakarta 53 tahun lalu. Mengajar di SMP Negeri 120 Jakarta Utara.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menjelajah Baduy Luar: Belajar Kesederhanaan dan Berteman dengan Alam

28 Desember 2022   12:20 Diperbarui: 28 Desember 2022   15:05 1184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bu...Buatin saya es teh manis ya...", saya meminta kepada ibu penjaga warung berhidung mancung. Cantik.

"Baik Neng", Jawabnya.

Sambil menunggu minuman datang, saya tawarkan minuman kemasan kepada anak-anak tersebut. Awalnya mereka menggeleng, namun Ibu pemilik warung membantu meminta mereka menerima tawaran saya. Akhirnya mereka bersedia menerima minuman yang saya tawarkan. Menurut keterangan Ibu pemilik warung, mereka datang ke Ciboleger sambil membawa duren atau madu. Setelah barang yang dibawa dibeli, biasanya mereka beristirahat, setelah itu baru mereka pulang. 

Bersama anak-anak Baduy Dalam/foto: Ichsan
Bersama anak-anak Baduy Dalam/foto: Ichsan
 

Kami menuju rumah uwaknya Aa Arif tempat kami menginap selama di Ciboleger. Setelah Sholat dzuhur dan makan siang, kami bersiap menuju Kampung wisata Baduy Luar.

 Kami kembali ke terminal,disalah satu sisi terminal, terdapat pintu masuk menuju perkampungan Baduy Luar. Ditandai dengan gapura. Setelah melewati gapura, ada jalan kecil yang diapit toko-toko dengan dagangan yang beragam. Ada toko sembako, warung nasi, atau toko sovenir, juga tempat parkir motor dan sepeda. Menurut Aa Arif, motor dan sepeda tersebut adalah kepunyaan warga suku Baduy Luar yang dititipkan. Kalau menurut adat, mereka tidak diperbolehkan memiliki benda-benda tersebut.

rombongan kecil kami siap menjelajah/foto: Ichsan
rombongan kecil kami siap menjelajah/foto: Ichsan

Setelah melewati perkampungan yang cukup ramai, kami sampai dipintu masuk. Semua pengunjung wajib melakukan registrasi dan membayar tiket. 

Registrasi/Foto: Ichsan
Registrasi/Foto: Ichsan

Akhirnya kami bisa menjelajah perkampungan Baduy Luar. Jalan berbatu naik turun tak menyurutkan rasa penasaran untuk sampai kampung terakhir yaitu kampung Gajeboh. Di ujung kampung Gajeboh ada jembatan bambu. Setelah meniti jembatan, pengunjung biasanya akan beristirahat, menikmati suasana kampung yang damai. Lama kami berjalan hampir 40 menit. Bagi pengunjung yang akan menuju Baduy Dalam, harus melanjutkan perjalanan sekitar 4 kilo meter dengan "trek" yang lebih ekstrim. 

Selama perjalanan meniti jalan berbatu, kami melewati beberapa kampung. Ciri khas rumahnya berupa rumah panggung yang terbuat dari kayu, berdinding anyaman bambu dan beratap rumbia. Sangat sederhana. Beberapa rumah memajang hasil tenunan dan kerajinan lainnya. Beberapa perempuan tekun membuat kain dengan alat tenun, atau memintal benang.Sementara yang laki-laki terlihat memikul duren dari hutan dan dibawa keluar kampung. Ada juga pemandangan orang yang mencari kayu bakar. Kayu bakar digunakan untuk memasak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun