Mohon tunggu...
Wisnu Dewa Wardhana
Wisnu Dewa Wardhana Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti

Seorang pembelajar dan pengagum pemikiran Bung Karno

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Persembahan Cinta kepada Musi Rawas Utara

13 Juni 2023   06:20 Diperbarui: 13 Juni 2023   09:39 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc pribadi: Siti Nurizka Puteri Jaya

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati dalam gelaran pilkada serentak 2015 adalah awal dari bergairahnya asa masyarakat Kabupaten Musi Rawas Utara memiliki pemimpin yang bisa melakukan berbagai upaya peningkatan kemampuan ekonomi, pemberdayaan, dan peningkatan sumber daya manusia, serta pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan demi mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang sebelumnya menghadapi persoalan rentang kendali.

Pilkada Kabupaten Musi Rawas Utara yang menghadirkan tiga pasang calon sebagai kontestan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, dengan komposisi 5 laki-laki, dan 1 perempuan ini membuat Rizka yang hanya satu-satunya perempuan.

Terus terang, saya baru-baru ini meneliti tentang peta politik Kabupaten Musi Rawas Utara setelah diperkenalkan oleh semesta seorang figur yang di awal tulisan ini telah saya deskripsikan; Siti Nurizka Puteri Jaya, sosok perempuan sederhana yang memiliki tekad dan jiwa sosial tinggi tentang kerakyatan. Berlandaskan kekokohan idealisme serta ideologi kerakyatan, Rizka (panggilan karibnya) yang berlatarbelakang ilmu hukum mewakafkan dirinya yang masih muda untuk berpartisipasi di dunia politik dengan memiliki peran dan fungsi mewujudkan supremasi hukum agar tidak ada lagi yang menjadi akar persoalan bangsa atas berbagai hal.

Kesadaran Rizka harus berpolitik ketika ia melihat ketimpangan sosial di tanah leluhurnya, Kabupaten Musi Rawas Utara. Ikhtiarnya dimulai di tahun 2014 saat ia mengikuti kontestasi Pileg DPR-RI dari Dapil 1 Sumsel yang mencakup wilayah Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin, Musi Rawas, Musi Rawas Utara, Kota Lubuklinggau, dan Palembang. 

Dalam kegiatan sosialisasinya saat proses kampanye, Rizka memanfaatkan setiap momen bertemu warga untuk mengedukasi tentang pentingnya partisipasi politik bagi masyarakat agar juga menjadi pengontrol dan mengawasi kebijakan pemerintah dan pejabat agar masyarakat terhindar dari tindakan penyelewengan kekuasaan yang dapat merugikan rakyat.

Saat kontestasi Pileg DPR-RI periode 2014-2019 Rizka memang gagal. Namun, ia tetap bangga karena berpegang teguh pada prinsip dalam idealismenya bahwa ia berpolitik untuk berusaha menggapai kehidupan masyarakat yang lebih baik. Politik bagi Rizka bukan sebagai arena perebutan kekuasaan, tapi sebagai cara untuk membangun pendidikan kebersamaan, bukan individu.

Kemudian di tahun berikutnya, 2015, Rizka kembali melanjutkan perjuangan politiknya. Dalam kesempatan pilkada yang digelar pertama kalinya di Kabupaten Musi Rawas Utara setelah pemekaran, Rizka tampil sebagai Calon Wakil Bupati. 

Berpasangan dengan Khairul Alamsyah sebagai Calon Bupati, Rizka membawa visi dan misi meningkatkan kesejahteraan rakyat untuk memanfaatkan kondisi geografi dengan potensi kekayaan bumi di Kabupaten Musi Rawas Utara. Rizka juga tak pernah luput mengusung program pendidikan. Karena Rizka memiliki keyakinan bahwa pendidikan adalah cara terbaik untuk melihat cerahnya masa depan bangsa.

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Musi Rawas Utara periode 2015-2020 seolah menjadi arena terbaik Rizka dalam mengaktualisasikan gagasan politiknya. Ia sangat total dalam berjuang. Kepeduliannya kepada Muratara tampak begitu jelas saat ia berhasil membedah satu-persatu persoalan di tanah leluhurnya itu. 

Dengan komitmennya yang kuat, Rizka juga menunjukkan sikap mental baja ketika ia tampil di acara debat kandidat. Berhadapan dengan 4 laki-laki sebagai kompetitornya tidak membuat Rizka gugup. Tegasnya nada bicara, menjaga sopan santunnya dalam bertutur kata, lugasnya dalam berargumen, dan pelontaran ide gagasan membuat Rizka berhasil menguasai panggung. Perwujudan seorang perempuan petarung di balik wajahnya yang manis.

Hasil memang tidak berpihak kepada Rizka. Ia kembali gagal dalam kontestasi politik. Namun lagi-lagi Rizka tetap bangga atas ikhtiarnya. Ia betul-betul istiqomah dalam memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan rakyat sesuai dengan ideologi kerakyatan yang menjadi landasan pemikirannya. Apalagi berkaitan dengan daerah yang merupakan tanah leluhurnya. Darah militer dari kakeknya mengalir deras dalam tubuh Rizka yang membuat dia tidak sudi memasukan kata menyerah dalam kamus hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun