Prabowo boleh saja memiliki ambisi yang menggebu gebu untuk menjadi Presiden, tapi Prabowo juga jangan melupakan pengalamannya ketika mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden dan Presiden sebelumnya. Karena pengalaman kata orang bijak adalah guru yang paling baik dalam menghadapi kehidupan.
Sebagai seorang tokoh, negarawan, seharusnya Prabowo bisa meredam ambisinya untuk kembali mencalonkan diri sebagai Presiden pada Pilpres 2019 yang akan datang. Karena sudah dua kali bertarung dua kali kalah. Kalau didalam dunia persilatan pendekar yang kalah dua kali dalam pertandingan tidak akan lagi turun gubung, dia akan menjadi petapa, dan dia menjadi tempat bertanya dan meminta pendapat.
Seharusnya Prabowo sudah bersikap seperti seorang pendekar, yang tidak perlu lagi untuk turun gunung, tapi melainkan menempa kader kader muda yang punya ambisi untuk maju didalam kancah dunia perpolitikan. Kader kader muda inilah yang nantinya akan bertarung dikancah percaturan Politik pada Pilres yang akan datang.
Hasil survai yang dilakukan oleh para lembaga survai belumlah merupakan hal yang vinal, karena para calon calon Presiden yang akan bertarung belum terlihat bermunculan, siapa tahu pada tahun 2018, saat dimulainya Pencapresan muncul tokoh tokoh muda yang memiliki elektablitas yang mempuni, yang dapat menggeser elektablitas Jokowi dan Prabowo. Laantas apa yang akan terjadi, kemungkinan besar Prabowo akan kalah tiga kali. Jika tetap berambisi mencalonkan diri sebagai calon Presiden.
Belajarlah dari pengalaman Sang Jendral, anutlah ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk. Tidak perlu  memperlihatkan ambisi yang menggebu gebu, kalau kalah dalam pertarungan. Kendalikanlah ambisimu Sang Jendral, biarlah ambisi Sang Jendral itu tumbuh dan berkembang dijiwa kader kader muda Partai Gerindra. Merekalah yang nantinya akan dapat membalaskan atas kekalahan pemimpinnya.  Salam buat  Sang Jendral.
Tanjungbalai, 20 Oktober 2017.