Mohon tunggu...
Raden Muhammad Wisnu Permana
Raden Muhammad Wisnu Permana Mohon Tunggu... Lainnya - Akun resmi Raden Muhammad Wisnu Permana

Akun resmi Raden Muhammad Wisnu Permana. Akun ini dikelola oleh beberapa admin. Silakan follow akun Twitternya di @wisnu93 dan akun Instagramnya di @Rwisnu93

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Suka Duka Work from Home

9 Juni 2021   19:12 Diperbarui: 9 Juni 2021   19:21 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun tahun lalu, ratusan kantor dalam berbagai sektor pekerjaan ramai-ramai menerapkan sistem work from home untuk meminimalisir penularan virus corona, terutama mereka-mereka yang kerjanya bisa diselesaikan dari rumah seperti staf back office. Di awal pandemi, saya pun sempat merasakan sistem work from home selama tiga bulan, dan pada tulisan ini, saya akan mengungkapkan kelebihan dari sistem work from home yang saya alami sendiri.

Bisa Bangun Lebih Siang

Meskipun sistemnya work from home, jam bekerja masih tetap berlaku. Di kantor saya sebelumnya, jam kerja saya adalah dari Senin sampai Jumat pukul 07.30 sampai pukul 16.30 yang mengharuskan saya bangun pukul 05.30, mandi dan berangkat ke kantor. Saat work from home saya bisa bangun pukul 06.30 dan baru mulai menyalakan laptop pukul 07.30 saja. Saya tidak harus mandi pagi-pagi, sarapan, dan bermacet-macetan untuk pergi ke kantor. Saya bisa mandi pada pukul 09.00 saat sudah memulai pekerjaan saya di pagi hari. Saya hanya perlu standby depan laptop pukul 07.30 sampai pukul 16.30 saja. Bahkan saat masih ngantor, pukul 16.00 semua pekerjaan sudah selesai, apalagi kalau di rumah.

Bisa Sambil Rebahan dan Nonton Film

Seringkali jika pekerjaan sudah selesai, saya hanya bengung saja depan laptop, berusaha scroll-scroll file Microsoft Word dan  Microsoft Excel, serta setiap lima menit sekali cek email. Saat work from home, saya bisa rebahan selama 15 menit jika belum ada instruksi dari atasan maupun pekerjaan dari rekan kerja saya yang lainnya. Mau sambil nonton film, TV series, atau anime di siang hari juga bisa saja, selama pekerjaan sudah diselesaikan sebelum nonton anime tersebut, atau diselesaikan setelah nonton anime tersebut. Bahkan saya bisa sambil main game juga untuk 1-2 jam asal pekerjaan sudah benar-benar kan gak ada yang mengawasi sama sekali.

Bisa Sambil Melakukan Pekerjaan Lainnya

Seringkali sebelum adanya sistem work from home, saya harus izin ke atasan saya selama 2-3  jam pada hari dan jam kerja untuk pergi ke kantor pemerintahan seperti mengurus akta kematian ayah saya yang telah wafat, antri perpanjang SIM, antri perpanjang surat kendaraan bermotor 5 tahunan di Samsat, atau antri BPJS di rumah sakit terdekat. Bahkan ada rekan kerja saya yang bela-belain ambil cuti cuma buat antri perpanjang SIM atau antri di Samsat karena seringkali antrinya bisa dari pagi sampai siang. Saat work from home, saya bisa izin pada atasan untuk urusan tersebut asalkan pulang dari sana pekerjaan saya langsung saya selesaikan. Saya juga bekerja bisa sambil mencuci pakaian dengan mesin cuci. Waktu kerja kantoran mah mana sempat antri-antri kayak gitu.

Bisa Menyempatkan Waktu buat Olahraga

Sebelum work from home, saya memang rutin menyempatkan waktu untuk olahraga sepulang kantor, seperti pergi ke gym pada pukul setengah lima sore dan berolahraga sampai selepas adzan maghrib pukul enam sore. Di jam pulang kantor seperti itu, gym biasanya penuh banget dan saya tidak bisa latihan dengan intensitas tinggi karena capek setelah seharian kerja di kantor. Saat work from home, saya bisa pergi ke gym pukul empat sore setelah semua pekerjaan selesai jadi gym tidak terlalu penuh, dan energi saya masih lebih fresh dibandingkan saat kerja kantoran. Atau saya juga bisa lari di pagi hari pada pukul 06.30 selesai lari pukul 07.15, mandi, dan langsung standby depan laptop sampai jam kerja selesai.

Tapi tidak semuanya hura-hura sih, work from home juga ada banyak tantangannya tersendiri yang saya rasakan selama tiga bulan saya lakukan.

Paket Internet Lebih Boros

Untuk yang tidak punya WiFi di rumah seperti saya, paket internet jadi lebih cepat boros karena saya harus browsing dunia maya dengan menggunakan tethering paket data sendiri ke laptop saya. Untungnya selama saya work from home, tidak banyak Zoom Meeting yang saya lakukan karena koordinasi antar unit dan sesama rekan kerja bisa diselesaikan via grup WhatsApp ataupun email saja. Sayangnya, kantor saya tidak menyediakan subsidi quota internet seperti yang dilakukan sejumlah perguruan tinggi maupun sekolah pada mahasiswa dan murid-muridnya. Tapi tidak apalah, hitung-hitung uang yang biasa saya alokasikan untuk bensin jadi saya alokasikan untuk paket data.

Komunikasi yang Sulit antar Rekan Kerja

Meskipun bisa grup WhatsApp ataupun Zoom meeting untuk keperluan pekerjaan, seringkali apa yang diinstruksikan atasan atau rekan kerja sulit untuk dikerjakan. Contohnya, saat saya mengajukan desain poster yang akan saya upload di media sosial kantor, saya harus berkali-kali mengirimkan revisiannya karena keterbatasan komunikasi yang dilakukan via WhatsApp atau Zoom Meeting. Saat ngantor, saya tidak perlu revisi berkali-kali karena atasan saya yang jaraknya hanya beberapa meter dari saya. Kerja dari kantor memang lebih efisien karena interaksinya yang bisa dilakukan secara langsung tanpa perantara teknologi.

Tunjangan yang Dipotong

Saat masih kerja kantoran, tunjangan transportasi yang kantor saya berikan pada saya adalah sebesar 400.000 Rupiah. Nominal tersebut cukup besar, yang bisa menutupi ongkos bensin, ongkos ganti oli, service motor maupun ongkos cuci motor selama saya kerja kantoran. Saat work from home saya tidak memperoleh tunjangan tersebut. Saat masih kerja kantoran pun saya dapat tunjangan makan sebesar 10.000 Rupiah per harinya yang bisa saya alokasikan untuk membeli sayuran, buah-buahan maupun kopi di kantin kantor meskipun saya sudah membawa bekal dari rumah. Bagi saya nominal tersebut sangatlah besar dan saya manfaatkan sebaik-baiknya untuk kebutuhan gizi harian saya agar tetap fit sampai tua nanti.

Saya kira, itulah suka dan duka dari work from home yang saya alami selama tiga bulan menjalankan sistem work from home. Saat ini saya sudah tidak bekerja lagi karena setelah tiga bulan work from home, semua karyawan kontrak di kantor tempat saya bekerja tidak dilanjutkan kontraknya karena krisis keuangan yang dialami kantor saya saat pandmei Covid-19 ini. Bagi yang masih work from home, tolong disyukuri, karena seribet apapun kerja kantora, setoxic apapun lingkungan kalian bekerja, sekecil apapun gaji yang kalian terima, dan secapek apapun kalian bekerja, kalian masih memiliki pemasukan dibandingkan kami-kami yang kehilangan pekerjaan saat pandemi seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun