Adalah ia yang berjalan melewati sekumpulan musim. Menuliskan syair pada dinding-dinding. Dan menirukan nyanyian burung di ranting. Tak lelah menunggunya hingga menjumpai semi.
Tentang mencari yang tak kunjung memberi. Juga mimpi tak pernah datang menghampiri. Kini sendiri, menyendiri tenggelam dalam tumpukan sunyi. Menepi hingga ketepian resah, membunuh sepi.
Lalu masih dapatkah bertanya pada sekumpulan orang?
Tentang hati yang tak pernah tampak. Menyimpan berbagai tanya bergejolak. Teriak. Menyeruak namun tak sampai untuk bersua.
Tak mengapa saat batinku mencari jawab. Karena mengeja menjadi wajib, membaca deretan pesan. Lalu kata membentuk rangkaian diksinya. Menghadirkan salam, menyalami tangan sang rupawan.
Adalah pesan tentang sebuah perjalanan. Proses panjang yang terkadang memandangnya pun mengumpulkan keberanian
Menampakkan guguran daun, ranting-ranting
Membanting segenap harapan; penting, genting tak bergeming
Mungkinkah hati ini sepakat?
Melewati musim yang akan selalu berganti. Tanpa perlu menghakimi, tanpa ada rasa yang terbagi
Sesungguhnya menjadi berharga adalahÂ
Tentang mencintai diri; karena berbeda adalah istimewa.