Sebaliknya bagaimana seorang Bawahan bisa menyampaikan dukungan atau kontribusi serta aspirasinya tanpa komunikasi?
Bukankah Atasan dan Bawahan adalah "PASANGAN" yang saling melengkapi?
Bagi Saya, untuk menjawab dua pertanyaan di atas hanya ada satu hal yang "wajib" dimiliki oleh seorang Atasan dan Bawahan, yakni : "KOMUNIKASI."
Di sisi Atasan :Â
Jangan pernah membatasi diri kepada Bawahan dalam hal berkomunikasi sepanjang apa yang kita sampaikan menjadi kebaikan bagi Bawahan dalam kinerjanya. Artinya sebagai seorang Atasan, kita tidak perlu "JA-IM" (jaga image) yang berlebihan, bukankah kita tidak akan disebut Atasan jika tidak ada Bawahan? Maka sangat bijaksana jika seorang Atasan bisa menghargai semua level Bawahannya.
Di sisi Bawahan :
Jangan pernah takut menyampaikan segala hal yang dirasa belum sesuai dengan harapan, sepanjang prosedur komunikasinya tepat dan jelas. Artinya seorang Bawahan harus pandai dalam menempatkan Atasan sebagai pimpinannya. Bukankah Bawahan mempertanggung-jawabkan kerjaannya kepada Atasan? Maka sembari menunggu feedback pimpinan, sangat bijaksana jika seorang Bawahan tetap  menghormati Atasannya.
Kalau teori di atas bisa diterapkan oleh Atasan dan Bawahan, insyaa Allah hubungan "PASANGAN" tersebut dijamin "HARMONIS" dan tujuan Organisasi/Lembaga akan tercapai sesuai target.
Semoga tulisan ini menjadi muhasabah Saya pribadi dan bisa memperbaiki hubungan kepada Atasan dan Bawahan Saya, Aamiin.
###END.
Sempaja,
Samarinda, Kaltim.
23/07/21