Mohon tunggu...
Winda Fitriana
Winda Fitriana Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja Full Time

....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hadiahmu di Hari Ulang Tahunku

23 Oktober 2020   18:39 Diperbarui: 23 Oktober 2020   18:45 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sisi kiri jalan atau lebih tepatnya dibangku kosong sebuah taman lampu kuning samar
Aku duduk menunggu hal yang tak juga datang
Aku membawa beberapa lilin atau kue pie untuk bisa aku nikmati denganmu
Langit seperti menyuruhku kembali ke rumah yang jauh lebih aman
Tapi tak ada yang lebih aku anggap rumah selain sorot kedua mata kecilmu
Aku tahu air mulai turun dari awan yang sudah terlihat gelap sejak aku berada di bangku ini
Dan perlahan mulai memadamkan api lilin dan merusak sebagian pie
Namun aku belum menghirup aroma tubuhmu di sekelilingku

Terlebih hari ini
Menunggumu di halte biasa aku mulai menghayalkan banyak hal denganmu
Salah satu nya bertemu secara tidak sengaja
Atau aku yang seharusnya berani mengunjungi kedai kecil di seberang yang biasa ku pandangi
Dan aku mulai melihat bayangan tubuhmu dibalut baju hitam kesukaanmu
Aku mulai merintih
Kau tersenyum atau tertawa dengan sedikit beban yang terlepas
Ya kau bersamanya, dia menggenggamu dan meyakinkan masa depanmu akan baik bersamanya
Dan sedikit makin keras rintihanku

Berada jauh dari kepalamu
Membuatku terus berfikir apa isi kami masih sama
Apa rambut ikal kami masih sama
Atau kau sudah mencukur menjadi model yang lebih sempurna
Aku masih ingin mendengar puisi yang kau baca tengah malam
Yang bahkan waktu itu sama sekali aku tidak dengar karena terlelap yang berkepanjangan
Dengan suara kerasmu , kau coba meneriakiku tapi aku adalah tuli yang tak faham caramu menyampaikan
Dan sekarang ada banyak tulisan kecil yang aku tujukan untuk kau baca berharap juga kau mau menerima
Dan kau menjadi tuli atau tuna netra seperti aku diwaktu lama

Hujan turun lagi
Di pagi yang terik atau siang yang mendung
Hujan turun lagi
Di hari kami tidak saling tau ada benci atau bahkan rindu yang tak terlampaui
Hujan turun lagi
Di dingin mulut kami yang tak lagi mau saling bersuara
Hujan turun lagi
Di hujan yang bukan milik kami lagi
Atau di hujan yang tak lagi membuatmu berbicara bagaimana kamu menikmati hujan atau sakit setelahnya

23 okt.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun