Mohon tunggu...
Reyshita Wima
Reyshita Wima Mohon Tunggu... Mahasiswa

saya suka belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Toleransi Sebagai Jati Diri Hindu: Kebanggan yang Tak Tergantikan

12 September 2025   08:00 Diperbarui: 12 September 2025   08:00 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PENDAHULUAN

Di tengah keragaman etnis, agama, dan budaya yang membentuk identitas bangsa Indonesia, ajaran Hindu muncul sebagai salah satu dasar spiritual yang mengedepankan nilai-nilai toleransi. Sejak ribuan tahun yang lampau, Hindu mengajarkan pentingnya hidup harmonis dengan manusia, alam, dan Tuhan sebuah prinsip yang disebut Tri Hita Karana. Nilai-nilai seperti cinta (Karuna), tanpa kekerasan (Ahimsa), dan saling menghargai menjadi inti dari praktik kehidupan masyarakat Hindu.

Dalam aktivitas sehari-hari, prinsip ini tidak hanya terbatas pada ritual dan upacara, tetapi juga tercermin dalam sikap menerima perbedaan serta menghargai keyakinan orang lain. Ketika dunia menghadapi tantangan intoleransi dan perpecahan, Hindu tetap berdiri kokoh sebagai agama yang mengangkat keberagaman sebagai bagian dari keindahan alam semesta.

Menjadi seorang Hindu bukan hanya sekadar iman, tetapi juga tentang mengimplementasikan nilai-nilai kemanusiaan yang mulia dalam tindakan konkret. Ini yang membuat saya dan banyak pemeluk Hindu lainnya merasa terhormat. Bukan karena merasa paling benar, melainkan diajarkan untuk menghormati semua perbedaan sebagai bagian dari karya Tuhan.

Di sejumlah tempat di Indonesia, seperti Bali, Lombok, serta beberapa wilayah di Kalimantan dan Sulawesi, penganut Hindu hidup berdampingan dengan harmonis bersama pemeluk agama yang berbeda. Mereka tidak hanya menampilkan toleransi melalui saling menghormati, tetapi juga dalam bentuk kolaborasi sosial, partisipasi antar agama dalam acara adat, hingga kerjasama membangun desa. Dalam kenyataan semacam ini, nilai-nilai Hindu tidak terbatasi pada tempat ibadah, melainkan mengalir ke dalam kehidupan masyarakat secara nyata.

Toleransi dalam Hindu tidak hanya merupakan respons terhadap keberagaman, tetapi juga merupakan elemen kunci dari worldview Hindu itu sendiri. Dalam ajaran Hindu, setiap makhluk adalah wujud dari Brahman, Sang Maha Ada. Karena itu, tidak ada tempat untuk kekerasan, kebencian, atau diskriminasi. Semangat inklusif ini berfungsi sebagai penjaga moral yang menghalangi munculnya sikap eksklusif dan fanatik.

Tetapi, di zaman globalisasi dan media sosial sekarang ini, di mana informasi sering tersebar tanpa pemahaman yang mendalam, semangat toleransi sering kali diuji. Ujaran kebencian, perpecahan sosial, dan konflik identitas dapat dengan cepat muncul jika nilai-nilai fundamental seperti empati dan penghargaan terhadap sesama mulai diabaikan. Dalam konteks ini, nilai-nilai Hindu menjadi sangat vital sebagai pedoman spiritual sekaligus etika sosial untuk menghadapi era yang selalu berubah

Kebanggaan sebagai umat Hindu tidak timbul dari perasaan eksklusif, tetapi dari pemahaman bahwa agama ini mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang beradab, bijaksana, dan dapat hidup bersama dalam harmoni. Di tengah masyarakat yang kian terpecah oleh perbedaan, Hindu muncul sebagai cahaya yang mengisyaratkan bahwa toleransi bukanlah sebuah kelemahan melainkan itulah kekuatan yang sesungguhnya.

Melalui artikel ini, kita akan menelusuri bagaimana toleransi benar-benar menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Hindu, baik dari sisi filosofis, praktik sosial, hingga tantangan yang dihadapi di era modern. Sebuah refleksi tentang bagaimana ajaran leluhur bukan hanya warisan, tetapi juga tuntunan hidup yang terus relevan.

ISI

Budaya Bali meyakini bahwa kebahagiaan dapat diraih hanya dengan tercapainya keseimbangan antara manusia, Tuhan, dan alam. Tri Hita Karana mengajarkan tiga elemen yang menyebabkan kebahagiaan. Manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam menyeimbangkan ketiga variabel ini. Manusia perlu mengerti dan mengikuti norma/etika dari setiap hubungan untuk mencapai keseimbangan antara manusia, Tuhan, dan alam. Manusia mampu menciptakan norma/etika untuk berinteraksi dengan sesama, Tuhan, dan alam berkat kecerdasannya.

  • Dasar Filosofis Toleransi dalam Hindu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun