Mohon tunggu...
Willi Andy
Willi Andy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup dengan cinta dan kasih sayang

Berjuang dengan sungguh-sungguh tanpa lelah dan penuh perhatian

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Melanjutkan Tradisi Bertani dari Indonesia ke California di Pekarangan Rumah

25 Juni 2022   04:00 Diperbarui: 8 Juli 2022   03:49 2211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ayah dan anak yang sedang berkebun di pekarangan. Unsplash.com

Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah kedaulatan yang sangat luas. Ini mencakup daratan dan perairan sebagai teritori milik Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dari faktor pendukung di atas khususnya bagian daratan, menjadikan rakyat Indonesia memilih bekerja sebagai petani. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 5 November 2020, sektor pertanian di Indonesia adalah yang tertinggi dibandingkan sektor lainnya yaitu 29,76 persen jika ditinjau dari Persentase Penduduk Bekerja versi BPS.

Sebagai rakyat Indonesia yang hidup di iklim tropis dan sebagian besar sebagai petani, kita sangat bangga dengan mereka dan hasil pertanian. Indonesia kaya akan hasil pertanian dan perkebunan, menjadikan mereka sebagai produk utama yang diekspor ke manca negara.

Inilah keunggulan kita sebagai negara yang memiliki ladang subur yang luas dan beriklim tropika. Maka dari itu sangat baik untuk bercocok tanam dan bertani di tanah subur Indonesia yang kaya dengan mineral sebagai makanan tumbuhan.

Lalu bagaimana jika kita tidak memiliki lahan yang cukup luas apalagi jika kita hidup di tengah kota? Yang notabene lahan yang digunakan sudah pasti untuk pembangunan gedung-gedung dan lapangan parkir.

Jangan panik dulu, sohib. Asalkan kita memiliki lahan tanah yang meskipun tidak besar, kita bisa memanfaatkannya. Tanah bisa kita beli dan beri pupuk, maka tanah akan menjadi subur dengan memperhatikan sistem pengairan atau penyiraman air yang ideal.

Di samping itu, kita harus memperhatikan apa yang harus kita tanam sesuai dengan iklim yang mendukung pertumbuhan mereka.

Dalam artikel ini, saya akan membawa pembaca untuk melihat lahan pekarangan kami di sini. Kami memanfaatkan lahan yang sempit dan berbagai pot untuk berkebun dan bercocok tanam.

Kami tinggal di daerah subtropis yaitu di negara bagian California. Karena negara bagian California sangatlah besar dan luar maka California dibagi menjadi dua bagian secara geoografi yaitu California Utara dan California Selatan. Kami berada di California Selatan.

Pekarangan depan kami tanami beberapa tanaman yaitu tomat kecil, jagung, labu kuning, labu botol, tanaman kundur, mentimun, mawar dan bayam merah.

Labu kuning dan tanaman kundur. Dokpri.
Labu kuning dan tanaman kundur. Dokpri.

Tanaman jagung. Dokpri.
Tanaman jagung. Dokpri.

Di pekarangan samping ada satu pohon jeruk yang besar. Lalu mengarah ke belakang, ada berbagai pot untuk pohon cabai kecil tapi bukan cabai rawit, bayam merah, daun bawang, daun perilla dan anggur kecil.

Pohon jeruk. Dokpri.
Pohon jeruk. Dokpri.

Cabai kecil, daun perilla dan bayam merah. Dokpri.
Cabai kecil, daun perilla dan bayam merah. Dokpri.

Anggur hijau yang bergantungan. Dokpri.
Anggur hijau yang bergantungan. Dokpri.

Pohon markisa. Dokpri.
Pohon markisa. Dokpri.

Masuk di pekarangan belakang bagian pojok, ada pohon persik, pohon kumquat sejenis jeruk kecil yang bisa kita makan kulitnya dan isinya yang manis dan kecut, sejenis daun selada hijau dan merah, labu berbentuk guci, labu panjang, pohon tomat kecil dan pohon naga.

Tomat kecil. Dokpri.
Tomat kecil. Dokpri.

Sejenis daun salada. Dokpri.
Sejenis daun salada. Dokpri.

Tanaman kundur yang tumbuh memanjang. Dokpri.
Tanaman kundur yang tumbuh memanjang. Dokpri.

Labu botol guci. Dokpri.
Labu botol guci. Dokpri.

Pohon naga yang belum berbuah. Dokpri.
Pohon naga yang belum berbuah. Dokpri.
Masuk ke pekarangan belakang, ada pohon jambu biji, jujube, pohon pepaya, pir, buah kundur, pohon delima, sejenis salada, sereh, mentimun, cabai, paprika, pohon loquat, daun spearmint dan pohon pisang yang masih kecil.

Pohon jambu biji. Belum berbuah di bulan-bulan ini. Dokpri.
Pohon jambu biji. Belum berbuah di bulan-bulan ini. Dokpri.

Pohon jujube. Sudah mulai berbuah. Dokpri.
Pohon jujube. Sudah mulai berbuah. Dokpri.

Pohon pir dan kundur. Dokpri.
Pohon pir dan kundur. Dokpri.

Pohon pepaya yang sudah tinggi dan berkali-kali berbuah. Dokpri.
Pohon pepaya yang sudah tinggi dan berkali-kali berbuah. Dokpri.

Pohon delima yang cukup tinggi. Dokpri.
Pohon delima yang cukup tinggi. Dokpri.

Pohon loquat terletak di bagian paling belakang. Dokpri.
Pohon loquat terletak di bagian paling belakang. Dokpri.

Lahan yang sempit tetapi dimaksimalkan untuk pepohonan. Dokpri.
Lahan yang sempit tetapi dimaksimalkan untuk pepohonan. Dokpri.

Bila kita tidak memiliki lahan untuk bercocok tanam, kita bisa menggunakan pot-pot yang sesuai dengan tanaman yang akan kita tanam.

Sejenis daun kemangi. Sangat harum untuk nasi kuning. Dokpri.
Sejenis daun kemangi. Sangat harum untuk nasi kuning. Dokpri.

Bertani dan bercocok tanam adalah suatu pekerjaan mulia karena pekerjaan tersebut menghasilkan makanan secara alami dan membantu bumi ini menjadi lebih natural dan hijau.

Apalagi ketika mereka memberi hasil yang cukup memuaskan sewaktu kita panen. Rasanya puas dan bahagia ketika mengkonsumi hasil perkebunan kita sendiri.

Semua jerih payah dalam berkebun, bercocok tanam dan bertani akan terbayar. Meskipun tangan kita kotor oleh tanah dan basah oleh air. Belum lagi sewaktu berada di bawah terik matahari yang panas sekali.

Sangat beresiko jika kita membeli sayuran dan buah di supermarket yang kita tidak tahu apabila mereka telah dimodifikasi secara organisme. Belum lagi kalau mereka disemprot pestisida yang berbahaya bagi kesehatan kita. Maka lebih baik kita tanam dan panen sebagai pangan kita.

Bumi akan lebih asri dan makanan yang dihasilkan dari pertanian dan perkebunan juga membuat tubuh menjadi lebih sehat dari nutrisi yang terkandung pada tumbuhan.

Bertani, berkebun dan bercocok tanam bisa kita jadikan hobi, bukan sekedar pekerjaan saja. Dengan memiliki hobi di atas, maka pekerjaan tersebut akan lebih terasa santai dan menyenangkan. Apalagi jika dikerjakan bersama keluarga.

Pada zaman milenium sekarang ini, para generasi muda banyak yang sudah tidak ingin bekerja sebagai petani. Mereka lebih suka bekerja di kantor atau di bidang pekerjaan lainnya. 

Dari generasi terdahulu ke generasi sekarang dan selanjutnya sudah banyak yang meninggalkan profesi mulia ini. Sangat disayangkan, padahal bumi ini sudah menyediakan tanah yang subur. 

Yuk kita mulai lanjutkan kembali tradisi nenek moyang kita. Bisa dari pot-pot tanaman dan lahan di halaman rumah. Serta ajak anak-anak untuk ikut serta dalam kegiatan mulia ini. Semoga saja generasi sekarang dan berikutnya bersedia melanjutkan tradisi nenek moyang sebagai petani.

****

Penulis: Willi Andy untuk Kompasiana 

Juni 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun