Mohon tunggu...
William Benito Purnama
William Benito Purnama Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA Kanisius Jakarta

Siswa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teks Tanggapan Merindukan Sosok Pemimpin yang Humoris

28 Mei 2023   22:08 Diperbarui: 28 Mei 2023   22:12 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gus Dur atau Abdurrahman Wahid merupakan presiden ke-4 Indonesia. Salah satu keunikan dari Gus Dur adalah beliau seringkali menyampaikan atau memberikan guyonan dan humor. Guyonan dan humor tersebut lah yang membuat Gus Dur menjadi seorang yang ikonik dalam sejarah Indonesia. Tidak hanya asal menyampaikan sebuah humor atau guyonan, tetapi dalam guyonan tersebut beliau seringkali menyampaikan pesan dan kritik secara tidak langsung.

Dalam artikel tersebut penulis telah menyampaikan bahwa Indonesia merindukan sosok pemimpin yang humoris. Pertama saya mengapresiasikan penulis karena telah menulis artikel dan menyampaikan pendapat lengkap dengan data-data serta contoh kasus yang valid dan sesuai. 

Penulis menceritakan bagaimana Gus Dur seringkali memakai anekdot sebagai kritik dengan cara yang sopan tetapi juga lucu. Penulis juga menjelaskan bahwa masih ada saja orang yang merasa tersinggung dan menganggap anekdot atau guyonan Gus Dur sebagai ujaran kebencian. Penulis memberikan contoh seorang pria di Kepulauan Sula, Maluku Utara yang diamankan oleh kepolisian setempat karena mengunggah guyonan Gus Dur mengenai 3 polisi jujur di Indonesia, yaitu polisi tidur, patung polisi, dan Jendral Hoegeng Imam Santoso seorang mantan Kepala Polri.

Saya pribadi merasa sangat setuju dengan hal-hal yang disampaikan oleh penulis. Indonesia sangat membutuhkan sosok pemimpin yang humoris. Melalui humor dan guyonan dengan pesan yang mendalam, seorang pemimpin dapat lebih dekat dan lebih diterima oleh masyarakat. Dibandingkan pemimpin yang kesannya selalu serius, akan tetapi justru kerjanya tidak ada hasil dan hanya omong kosong belaka. Tentu pemimpin seperti itu hanya menghilangkan kepercayaan dan memberikan kesan buruk bagi masyarakat.

Penulis dalam artikel ini juga bermaksud untuk menyindir beberapa anggota masyarakat yang mudah tersinggung. Padahal anekdot atau guyonan yang disampaikan memiliki pesan dan kritik yang mendalam. Akan tetapi, masih cukup banyak orang yang menganggapnya sebagai ujaran kebencian atau hinaan dan sebagainya. Padahal, pihak-pihak yang dikritik tersebut seharusnya menjadikan guyonan atau anekdot Gus Dur sebagai pelajaran dan dijadikan evaluasi. Pihak-pihak tersebut juga masih beruntung dikritik Gus Dur melalui sindiran berupa anekdot dan bukan secara terang-terangan.

Secara garis besar, artikel tersebut menjelaskan bagaimana Gus Dur sesosok pemimpin yang seringkali menggunakan anekdot dan guyonan. Artikel tersebut menjelaskan bagaimana penggunaan anekdot bukan semata-mata sebagai humor dan guyonan, akan tetapi terdapat pesan dan kritik yang mendalam. Seperti Gus Dur yang menggunakan sindiran melalui humor kepada pihak-pihak yang dikritik. Meskipun anekdot Gus Dur agak kontroversial, artikel menjelaskan bahwa Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang humoris seperti Gus Dur tersebut. Akan tetapi, apa sih itu teks anekdot?

Menurut saya teks anekdot adalah sebuah cerita pendek yang mengandung unsur humor atau kejadian lucu yang seringkali berdasarkan pengalaman sehari-hari seseorang. Anekdot digunakan untuk menghibur, mengajarkan pelajaran, atau menyampaikan pesan dengan cara yang menarik.

Contoh anekdot:

"Suatu hari, seorang politisi terkenal sedang berpidato di depan kerumunan besar. Tiba-tiba, seekor burung beterbangan di atas kepala politisi tersebut dan meninggalkan beberapa 'kenangan' di jasnya. Politisi itu tetap tenang dan berkata, 'Lihat, inilah bukti bahwa bahkan burung pun tidak setuju dengan apa yang saya katakan.' Kerumunan pun pecah tertawa."

Analisis singkat: Anekdot ini menggambarkan momen lucu di arena politik. Politisi tersebut mengambil kejadian tak terduga dan mengubahnya menjadi sebuah lelucon yang membuat kerumunan tertawa. Kejadian ini menyoroti sifat humor dalam politik dan keahlian politisi dalam menghadapi situasi yang tidak terduga.

Fungsi dominan dalam teks anekdot adalah menghibur dan menciptakan reaksi positif, tertawa, senyum, dan kekaguman dari pendengar atau pembaca. Anekdot juga digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang menyenangkan sehingga memudahkan pembaca atau pendengar dalam memahami dan mengingat pesan yang disampaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun