Pembaca yang budiman. Tulisan kali ini mengangkat tema yang menjadi perdebatan antara penganut paham Arminianisme dan Calvinisme. Kedua paham ini berseberangan pada persoalan Kedaulatan Allah dan Kehendak Bebas Manusia. Untuk memahami isu ini lebih jauh silakan simak dialog dalam naskah berikut.
Selamat membaca.
Tokoh:
- John Calvin -- teolog reformasi, mewakili pandangan Calvinisme
- Jacobus Arminius -- teolog Belanda, mewakili pandangan Arminianisme
SETING
Sebuah ruangan sederhana dengan rak buku teologi. Di atas meja terdapat dua cangkir teh dan beberapa kitab suci terbuka.
Calvin:
Saudaraku Arminius, sungguh suatu kehormatan bisa duduk bersama dan membicarakan hal yang paling penting bagi kita: karya keselamatan Allah.
Arminius:
Dan bagi saya, kehormatan yang sama. Biarlah diskusi kita malam ini diliputi oleh kasih dan pencarian akan kebenaran ilahi.
Calvin:
Mari kita mulai dari yang paling mendasar: manusia dan kejatuhannya. Saya meyakini bahwa natur manusia telah rusak total akibat dosa. Ia tidak dapat datang kepada Allah tanpa anugerah yang terlebih dahulu mengubah hatinya. Ini yang saya sebut Total Depravity.
Arminius:
Saya pun mengakui kerusakan manusia, Calvin. Tanpa kasih karunia Allah, manusia tidak mungkin diselamatkan. Namun saya percaya Allah memberi kasih karunia awal---yang saya sebut prevenient grace---kepada semua orang, agar mereka dapat merespons. Kasih karunia ini tidak memaksa, tetapi mengundang.
Calvin:
Tetapi jika kasih karunia bisa ditolak, maka keselamatan bergantung pada keputusan manusia. Bukankah itu merendahkan kedaulatan Allah?
Arminius:
Tidak, justru di situlah letak kasih sejati. Allah yang berdaulat memilih untuk memberi manusia kebebasan dalam merespons kasih-Nya. Bukankah cinta sejati bukanlah yang dipaksakan?
Calvin:
Saya menghormati penekananmu pada tanggung jawab manusia. Namun saya percaya bahwa keselamatan adalah hasil dari Unconditional Election. Allah memilih umat-Nya bukan karena kebaikan atau keputusan mereka, tetapi karena kehendak-Nya yang rahasia dan kasih karunia-Nya semata.
Arminius:
Namun saya percaya pemilihan itu berdasarkan pengetahuan Allah akan siapa yang akan percaya. Ia melihat ke depan dan memilih berdasarkan iman yang akan diungkapkan oleh manusia. Pilihan itu tetap anugerah, tetapi menghormati kebebasan.
Calvin:
Tapi jika pilihan Allah bergantung pada keputusan manusia, bukankah itu berarti keselamatan ditentukan oleh manusia, bukan oleh Allah?
Arminius:
Justru sebaliknya, Calvin. Keselamatan tetap berasal dari Allah---kasih karunia-Nya mendahului dan memungkinkan iman. Namun Allah menginginkan relasi, bukan robot. Ia tidak menolak siapa pun yang datang kepada-Nya.
Calvin:
Dan saya percaya bahwa kasih karunia Allah itu efektif. Irresistible Grace---jika Allah memanggil, orang yang dipanggil pasti datang. Seperti Lazarus dipanggil dari kubur---ia tidak bisa menolak.
Arminius:
Tapi Lazarus tidak sedang membuat keputusan rohani. Dalam keselamatan, manusia bukan mayat rohani tanpa kehendak, tapi makhluk yang merespons. Kasih karunia memang kuat, tapi tidak memaksa.
Calvin:
Maka kita tiba pada keselamatan yang kekal. Saya meyakini Perseverance of the Saints: mereka yang sungguh-sungguh diselamatkan tidak akan pernah terhilang. Sebab keselamatan dijaga oleh tangan Allah sendiri.
Arminius:
Saya ingin percaya hal yang sama, dan banyak saudara Arminian juga berharap begitu. Tapi kami melihat peringatan dalam Alkitab---bahwa iman bisa ditinggalkan, dan kasih bisa menjadi dingin. Maka kami percaya: mungkin saja seseorang jatuh, bila ia benar-benar berpaling dari Tuhan.
Calvin:
Ah, saudaraku, betapa besar kasih dan kesabaran Tuhan. Kita berbeda, namun keduanya berusaha menjunjung tinggi kasih karunia Allah.
Arminius:
Dan dalam perbedaan ini, biarlah kita bersatu dalam satu hal: bahwa keselamatan hanya oleh kasih karunia Allah, melalui iman kepada Kristus.
Calvin:
Amin untuk itu. Kiranya diskusi kita memperluas pemahaman dan menguatkan tubuh Kristus.
Arminius:
Dan kiranya kasih menjadi dasar dari semua pencarian kebenaran.
Penutup
Dialog ini tidak dimaksudkan untuk "memenangkan" argumen, tetapi untuk menyajikan dua sudut pandang teologis yang lahir dari cinta yang dalam kepada Tuhan dan Firman-Nya. Calvinisme dan Arminianisme mungkin berbeda dalam jalan berpikir, tapi keduanya mengarahkan mata pada salib Kristus sebagai pusat keselamatan.
********
Catatan: Konten dibuat menggunakan AI dan diedit seperlunya sebelum dipublikasikan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI