Mohon tunggu...
Wildan khadarisman
Wildan khadarisman Mohon Tunggu... Lainnya - Wildan khadarisman

Sekretaris Jendral Dewan Perwakilan Mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah `Aisyiyah se-Indonesia Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Sukabumi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Percaya Diri Menguatkan Jati Diri

2 Maret 2021   23:19 Diperbarui: 3 Maret 2021   00:02 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Wildan Khadarisman 

"Percaya diri", mungkin sudah tak asing terdengar ditelinga kita. Namun, kata-kata tersebut memiliki makna penting dan hal yang begitu tidak bisa dilepaskan dari genggaman seseorang dan bisa mengubah kepribadian, tentu juga bisa mengetahui watak seseorang.

            Banyak orang meragukan rasa percaya dirinya ketika melihat orang lain jauh lebih hebat dan sempurna dibandinkan dirinya. Tentunya ini akan berdampak pada psikis kita jika terus merasa rendah. Sering kali kita berpikir dan bertanya pada hati kecil kita

"Mengapa mereka begitu hebat? Sedangkan aku merasa bodoh"

"Aku ingin seperti mereka. Tapi, aku hanya orang miskin yang tidak bisa merasakan semuanya"

"Aku yakin, tapi sering kali keyakinanku goyah begitu saja"

            Nyatanya, tidak harus menyalahkan diri kita yang terus menurus harus menelan rasa tidak percaya diri ini. Semua orang berhak merasakan seluruh isi dunia ini tanpa terkecuali, asalkan seseorang harus bisa menguasai keyakinan percaya diri dalam menumbuhkan jati dirinya.

            Percaya diri adalah hal yang akan muncul dengan sendirinya. Memang, setiap manusia akan memiliki rasa percaya diri berbeda dengan proses pertumbuhan. Sebetulnya, rasa percaya diri itu akan muncul akibat dari polarisasi lingkungan setempat dengan dikombinasikan oleh peristiwa sehari-hari.

            Kadang-kadang kita tidak menyadari rasa percaya diri ini tumbuh berkembang dan diresapi oleh naluri kita yang membuat ebih memhami apa yang diinginkan oleh lingkungan.

Tetapi, karena nafsu kita yang begitu kuat dan hebat, itu sebabnya kita tidak bisa merasakan percaya diri itu dengan kuat.

            Butuh waktu yang lama untuk memahami jati diri kita dalam rasa percaya diri dan tentunya kita terus berusaha mengembakan apa yang menjadi bakat dalam diri kita. Karena percaya diri akan mulai kuat ketika melihat bakat yang kita kuasai dan bisa dikembangkan.

            Mensyukuri kemampuan kita yang dimiliki adalah proses dari menguatkan pondasi percaya diri. Apa yang telah diciptakan Tuhan, patut kita syukuri nikmat dan karunianya. Sehebat apapun kemampuan yang dimiliki, akan hancur lebur bila kita tidak ingat apa yang telah diciptakan oleh Tuhan.

            Kendatipun demikian, perlu pengorbanan dalam hidup ini untuk menanam rasa percaya diri dan menguatkan jati diri. Pengorbanan seperti apa? Pengerobanan yang dilakukan oleh kita tanpa disadari oleh kita dan akan dinilai oleh orang lain.

            Yang terpenting dalam menumbuhkan rasa percaya diri ini adalah konsisten dan komitmen dalam mengembangkan diri kita pribadi. Tidak semestinya melihat keatas secara berlebihan, dan tidak seharusnya kita terus menerus melihat kebawah secara berlebihan. Pandanglah kedepan dengan lurus dan tegak, jadikan motivasi semangat dalam diri kita ketika melihat keatas dan kebawah.

            Kegagalan yang kita alami adalah suatu proses dimana kita diuji kesabaran, ketekunan. Apakah kita akan menyerah begitu saja, atau mungkinkah kita mau mengevaluasi apa yang menjadi kegagalan. Kegagalan itu tidak semuanya salah. Kegagalan itu akan membuat kita jauh lebih hebat dan kuat dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

Tetapi, INGAT!. Kita harus berhati-hati dalam menumbuhkan rasa percaya diri. Terkadang rasa percaya diri kita bisa muncul dengan berlebihan dan dapat mengarahkan kepada kesombongan.

            Dan kesombongan, akan terus menghantui rasa percaya diri kita serta akan membawa petaka dalam jati diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun