RAHASIA PUASA TANPA DRAMA, CARA SEDERHANA MENJAGA SUASANA HATI.
Â
Oleh: Wildan ghorbi, Ina Nailah Nurfathimah Waihaming, Intan rahayu.
Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Â
Abstrak
Puasa Ramadan bukan cuma soal menahan lapar dan haus, tapi juga ajang melatih diri, kesabaran, dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Tulisan ini mengulas arti serta manfaat puasa, masalah psikologis dan sosial selama Ramadan, dan cara mengelola emosi serta waktu biar puasa lebih maksimal. Dari hasil bacaan, pengamatan, dan analisis psikologi, didapatkan bahwa suksesnya puasa dipengaruhi oleh pemahaman, lingkungan yang mendukung, serta kebiasaan sabar dan fokus pada Allah. Dengan begitu, puasa membantu membentuk kepribadian, mengurangi stres, dan mempererat hubungan keluarga atau di tempat kerja jika dijalani dengan niat yang benar. Singkatnya, puasa jadi tempat belajar rohani dan sosial agar makin bertakwa, sabar, dan peduli pada sesama.
PENDAHULUAN
Puasa ditetapkan sebagai ibadah untuk membentuk pribadi yang bertakwa. Melalui ibadah puasa, seseorang dilatih agar senantiasa menjaga ketakwaannya kepada Allah SWT, baik saat berada di tengah banyak orang maupun saat sendirian. Orang yang berpuasa tidak mudah tergoda oleh rayuan duniawi karena dirinya telah diperkuat dengan keimanan dan ketakwaan. Seorang yang bertakwa akan merasa bahwa segala tindakannya senantiasa berada dalam pengawasan Allah SWT kapan pun dan di mana pun. Oleh karena itu, ia akan selalu berusaha menjalankan perintah serta menjauhi larangan-Nya dengan hati yang tulus dan ikhlas demi mengharapkan ridha Allah SWT semata.
Hakikat puasa tidak hanya sebatas menahan diri dari makan, minum, atau hubungan suami istri di siang hari selama bulan Ramadhan. Lebih jauh dari itu, puasa berarti menjaga diri dari segala bentuk perbuatan dan ucapan yang dilarang oleh agama. dalam konteks ini, sangat penting bagi seseorang yang sedang berpuasa untuk tidak hanya menahan rasa lapar dan haus, tetapi juga menjaga lisan, pandangan, pendengaran, tangan, serta anggota tubuh lainnya dari tindakan yang bisa mengurangi bahkan menghapus pahala puasanya. Seperti hadits Rasulullah SAW yang berbunyi;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa puasa bukan hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari ucapan yang tidak bermanfaat dan perbuatan keji. (HR. Baihaqi dan Al-Hakim)