Mohon tunggu...
Wildan Franditazano Eka R.
Wildan Franditazano Eka R. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo perkenalkan nama saya Wildan Franditazano Eka Riduwan, disini saya berstatus mahasiswa di uin Maulana Malik Ibrahim Malang. Saya memiliki hobi membaca, dan bidang yang saya sukai adalah pendidikan dan arsitektur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wajarkah Keterlambatan atau Kecepatan dalam Perkembangan Anak?

30 November 2022   05:54 Diperbarui: 30 November 2022   05:57 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan seorang anak memang menjadi sebuah perhatian tersendiri bagi orang tua. Tidak mengenal dari kalangan mana, yang namanya anak akan menjadi sebuah prioritas orang tua. 

Apalagi jika terjadi sesuatu yang tidak umum dalam perkembangan anak, orang tua akan menjadi khawatir akan hal tersebut. Kekhawatiran orang tua merujuk kepada sesuatu yang akan dialami oleh anak untuk kedepannya. Oleh karena itu, perkembangan yang baik dari seorang anak sangatlah penting untuk berlangsungnya kehidupan anak.

Perlu diketahui, ada tiga perkembangan pada seorang anak yang harus diperhatikan betul.  Yaitu perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan sosio-emosional.

Yang pertama adalah perkembangan fisik, yaitu perkembangan organ yang melekat pada tubuh sang anak. kita sama-sama tau bahwa kesempurnaan fisiknya menjadi poin utama dalam perkembangan anak. Jadi, kita perlu menuntun anak dalam perkembangannya dengan melewati fase-fase perkembangan seperti merangkak, duduk, berdiri, dan lainnya tanpa melewati satu fase apapun.

Yang kedua adalah perkembangan kognitif, yaitu kemampuan seorang anak dalam mengelola informasi, dalam bahasa sehari-hari (kemampuan berpikir). Kita mengajari anak kita untuk selalu berpikir mulai dari hal-hal kecil, seperti memberi tau mengapa manusia kalau malam tidur dengan penjelasan yang bisa ditangkap oleh sang anak.

Dan yang ketiga adalah perkembangan sosio-emosional, yaitu proses belajar anak dalam menyesuaikan diri untuk memahami keadaan serta perasaan ketika berinteraksi dengan orang-orang  dilingkungan yang diperoleh dengan cara mendengar, mengamati dan meniru hal-hal yang dilihatnya. Kita perlu memberikan lingkungan yang positif kepada anak kita, sehingga nantinya bisa berdampak positif juga kepada sang anak. Seperti selalu beribadah kepada tuhan, selalu berbuat baik kepada sesama, sehingga perilaku-perilaku tersebut bisa ditiru sang anak.

Perkembangan fisik bisa langsung kita lihat lewat mata. Jadi, ketika ada sesuatu yang kurang normal kita bisa langsung mendeteksinya, sehingga kita bisa langsung menanganinya dengan konsultasi ke dokter anak atau yang bersangkutan. Berbeda dengan perkembangan kognitif dan juga sosio-emosional kita tidak bisa langsung mendeteksinya apabila ada hal yang tidak sesuai pada anak seusianya. Sehingga kita perlu tau gejala apa saja yang mengarah pada perkembangan yang tidak biasa untuk bisa mendeteksinya lalu membawa ke dokter atau psikiater.

Lantas bagaimanakah perkembangan seorang anak bisa dikatakan tidak normal? Seorang anak bisa dikatakan mengalami perkembangan tidak normal apabila ia lambat ataupun cepat dalam perkembangannya. Lambat yang dimaksud ialah dalam perkembangannya tertinggal dengan anak yang seusiannya. 

Seperti ketika usia 3 tahun yang seharusnya sudah bisa berjalan, namun ia masih tidak bisa berjalan atau masih merangkak. Dan cepat yang dimaksud ialah ketika perkembangannya mendahului seusia mereka. Seperti ketika ia masih usia 1 tahun ia bisa berjalan dengan melewati satu fase pada perkembangannya atau ketika ia masih di tingkat TK tetapi pemikirannya sudah setingkat anak usia SD.

Wajarkah hal itu terjadi? Dalam hal keterlambatan, ada dua kemungkinan yang terjadi. Yang pertama karena memang sang anak lama dalam memproses suatu hal yang baru jadi perlu untuk kita latih terus atau yang kedua sang anak memiliki gangguan. Gangguan seperti autism, retardasi mental (kemampuan intelektual dibawah rata-rata), disleksia (kesulitan membaca), diskalkulia (kesulitan mengolah angka), disgrafia (kesulitan menulis) atau disfraksia (kesulitan gerak).

Dan dalam hal cepat banyak kekhawatiran yang ditimbulkan. Seperti ketika sang anak melompati satu fase dalam perkembangannya misal merangkak, dimungkinkan ketika sudah besar sang anak mengalami gangguan disfraksia. Sang anak ditakutkan tidak bisa melakukan merangkak di usia dewasanya. Dan ketika sang anak cepat dalam belajar, dimungkinkan ketika sang anak beranjak dewasa, ia akan bosan dalam hal belajar. Maka kita perlu memeriksakan kepada ahlinya untuk diketahui apa penyebabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun