Mohon tunggu...
Wilda Annisa Jamilatun
Wilda Annisa Jamilatun Mohon Tunggu... budak corporate

Wilda—pecinta matcha, si minuman hijau yang katanya rasa rumput tapi harganya bisa bikin dompet mikir dua kali. Lulusan hukum yang lebih sering berdamai dengan pasal-pasal daripada drama. Saya suka menulis, merenung, dan kadang menertawakan hal-hal serius biar hidup nggak terlalu tegang. Dalam diam, saya percaya: keadilan bisa lahir dari kata-kata yang tenang, dan perubahan itu seperti matcha—pahit di awal tapi nagih kalau sudah terbiasa, ngga percaya?? coba aja

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ketika Ombak Menjadi Relawan Kemanusiaan

30 Juli 2025   17:58 Diperbarui: 30 Juli 2025   17:58 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar from Instagram 

Siapa sangka, di tengah kepungan ketidakpedulian global, ada tangan kecil yang melempar botol ke laut dengan harapan besar, dan air laut menjelma menjadi utusan paling setia. Mungkin Tuhan ingin mengingatkan kita, bahwa bukan besar kecilnya bantuan yang penting, tapi ketulusan yang menggerakkan.

Maka hari ini, aku ingin bertanya:

Untuk urusan kemanusiaan, kenapa justru laut yang lebih cepat tanggap daripada negara? Kenapa ombak yang tidak pernah sekolah bisa lebih tahu arah, daripada kita yang katanya lulusan kampus ternama, tapi masih sibuk mempertanyakan siapa yang layak dibantu?

Apakah kita terlalu sibuk membangun tembok, hingga lupa bahwa yang paling dibutuhkan justru jembatan?

Di saat kita menunggu bantuan resmi, legalitas, dan konferensi pers, ada sebotol air dan sebungkus makanan yang berjalan tanpa status, tapi sampai ke tujuan.

Dan laut... tidak pernah menanyakan agama, paspor, atau warna bendera. Ia hanya menerima dan mengantar. Karena bagi laut, yang penting adalah nyawa. Bukan politik, bukan peta, bukan propaganda.

Jadi, mari kita bertanya pada diri sendiri:

apakah kita masih sanggup menjadi manusia seutuhnya--- atau justru harus belajar  dari air laut, tentang bagaimana caranya menyampaikan amanah...

tanpa banyak alasan,

tanpa banyak suara.

Jika suatu hari aku kehilangan arah,mungkin aku juga akan belajar dari laut--- ia tenang, tapi kuat. ia dalam, tapi ringan tangan. ia tidak banyak bicara, tapi tahu cara menolong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun