Menulislah Sebelum Ajal Menjemputmu. Menulis dan tunggu surat kematianmu. Kita tidak pernah tahu kapan dan mati itu pasti. Cepat atau lambat kita akan mengalaminya.
Oleh: Omjay, Guru Blogger Indonesia
Kematian adalah sebuah keniscayaan. Ia tak pernah terlambat, dan tak pula datang lebih cepat dari waktunya. Ia hadir pada saat yang paling tepat, sesuai takdir yang sudah digariskan Tuhan.Â
Tak peduli seberapa kuat kita bersembunyi, seberapa jauh kita melarikan diri, pada akhirnya kematian akan menemukan jalannya menuju kita.
Saya semakin sering merenung ketika malam mulai larut. Dalam keheningan itu, banyak wajah-wajah sahabat saya melintas dalam ingatan. Satu per satu mereka pergi, dipanggil Sang Maha Kuasa.Â
Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang baik, yang banyak berjasa dalam hidup saya dan orang lain. Tapi sayang, belum sempat mereka menuliskan kisah hidupnya sendiri. Tak sempat mereka tinggalkan warisan yang paling abadi: tulisan.
Tulisan adalah Warisan Jiwa
Orang sering kali berpikir bahwa warisan itu berupa harta, tanah, rumah, atau aset lainnya. Padahal, warisan paling abadi adalah ilmu dan kisah hidup yang dibagikan kepada orang lain.Â
Tulisan adalah cerminan jiwa. Ia tak akan hilang meski tubuh sudah dikubur tanah. Selama masih ada yang membacanya, maka jiwa penulisnya akan tetap hidup.
Saya sering berpikir, betapa indahnya jika setiap orang menuliskan kisah hidupnya. Cerita perjuangannya, kisah cintanya, pengalamannya mengarungi dunia yang fana ini.Â