Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menulis yang Menyala, dan Menyemai yang Bermakna (Kilas Balik 16 Tahun Menulis di Kompasiana)

4 Juli 2025   08:15 Diperbarui: 4 Juli 2025   08:15 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Omjay dan Siska di Bandara Don Meung Thailand

Dengan segala hormat, izinkan saya menyampaikan kritik terbuka kepada pengelola Kompasiana. Kritik ini bukan untuk menyerang, tetapi untuk mengingatkan dan menyemangati, agar Kompasiana tetap menjadi wadah yang hidup, tidak terasing dari denyut penulis dan pembaca.

  1. Kurasi Harus Lebih Terbuka dan Komunikatif
    Banyak penulis bertanya, mengapa tulisan dengan view tinggi tidak naik jadi Artikel Utama? Mengapa artikel yang disorot justru sepi pembaca? Apakah tidak ada ruang diskusi antara tim kurator dan komunitas?

  2. Resonansi Tulisan Perlu Dihargai
    Artikel yang berhasil menggaet ribuan pembaca bukan hanya sekadar "populer". Ia menyentuh, menggerakkan, dan memperbincangkan. Itu indikator bahwa tulisan tersebut bernapas di tengah masyarakat. Apakah bukan itu tujuan Kompasiana sejak awal?

  3. Bangun Kembali Sentuhan Komunitas
    Saya rindu masa-masa ketika admin Kompasiana aktif berdialog, memberi semangat lewat komentar, bahkan turun langsung ke forum komunitas. Hari ini, interaksi semacam itu makin jarang. Penulis merasa menulis untuk ruang yang senyap.

  4. Kompasiana Harus Kembali Jadi Rumah Warga
    Jangan sampai Kompasiana berubah menjadi menara gading, tempat kurator merasa lebih tahu dari pembaca. Jangan sampai Kompasiana kehilangan jati dirinya sebagai media yang lahir dari dan untuk warga.

Menulis Itu Menyemai

Sebagai seorang guru, saya selalu percaya bahwa menulis adalah bagian dari proses belajar. Setiap kata yang ditulis adalah benih. Ia bisa tumbuh menjadi pohon gagasan, bila dirawat dan disiram perhatian.

Namun bagaimana jika pohon itu tumbuh, tapi tak diberi cahaya? Bagaimana jika tulisan yang menyentuh ribuan hati, tak dianggap penting oleh sistem? Di sinilah kita perlu jujur bertanya: untuk siapa sebenarnya Kompasiana hari ini?

Pesan dari Kompasianer Tua

Sebagai "Kompasianer Tua", izinkan saya menyampaikan pesan sederhana: mari kita jaga ruh Kompasiana. Mari kita rawat dialog. Dan mari kita buka hati terhadap kritik yang disampaikan dengan cinta.

Saya sepenuhnya sadar bahwa platform ini berkembang. Saya menghargai setiap langkah tim redaksi. Namun saya juga percaya, Kompasiana akan kehilangan rohnya jika tidak lagi mendengarkan denyut komunitas yang selama ini membesarkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun