Sebagai guru, ia tidak hanya mengajarkan pelajaran sekolah, tapi juga pelajaran kehidupan. Ia membimbing siswa untuk menyisihkan uang jajan, bukan hanya untuk membeli barang, tapi juga untuk membantu orang lain.
Saya teringat kisah seorang siswa yang menulis surat kepada Omjay, "Pak, saya ingin suatu hari bisa seperti Bapak. Menabung dari sekarang, agar nanti bisa berkurban untuk orang tua saya." Bukankah itu luar biasa?
Pegadaian dan Solusi untuk Berkurban Tahun Depan
Kisah Omjay membuat saya berpikir, sebenarnya tidak sulit untuk mewujudkan kurban setiap tahun, asal kita punya komitmen. Dan kabar baiknya, kini sudah ada banyak fasilitas keuangan yang bisa membantu kita mewujudkan niat tersebut. Salah satunya adalah Tabungan Emas Pegadaian.
Dengan tabungan emas, kita bisa mulai menabung dari nominal kecil---bahkan mulai dari 0,01 gram emas. Harganya sangat terjangkau, dan nilainya cenderung stabil. Bayangkan, jika setiap bulan kita sisihkan Rp100.000 saja, dalam satu tahun kita sudah memiliki cukup emas untuk dikonversi menjadi hewan kurban.
Pegadaian juga memiliki program khusus Tabungan Kurban, yang memungkinkan kita menabung secara terencana dan transparan, dengan tujuan akhir membeli hewan kurban. Ini adalah solusi nyata bagi masyarakat yang ingin berkurban tanpa merasa terbebani. Menabung menjadi ringan, dan kurban menjadi mungkin.
Ajakan dari Hati untuk Kurban Tahun Depan
Idul Adha tahun ini mungkin belum sempat membuat kita menjadi peserta kurban. Tapi tahun depan, semestinya kita bisa. Mari kita belajar dari sosok guru seperti Omjay, yang tak pernah berhenti menanam kebaikan lewat tulisan dan tindakan.
Kita bisa mulai dari sekarang. Tak perlu menunggu kaya. Cukup mulai dengan niat yang tulus dan langkah kecil yang konsisten. Ingatlah, berkurban bukan soal kemampuan besar, tapi soal komitmen kecil yang dirawat terus-menerus.
Bayangkan wajah-wajah bahagia mereka yang menerima daging kurban kita. Bayangkan doa-doa yang terucap diam-diam. Bayangkan senyum yang tak terucap, tapi menyimpan haru dan syukur.