Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Presentasi Kunjungan ke Sekolah China

25 Maret 2019   21:25 Diperbarui: 26 Maret 2019   18:53 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana aik kereta api di china

Bagaimana menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi siswa, bagaimana kita mampu menghasilkan pembelajaran yang HOTS yang mampu membangkitkan gairah belajar mereka, misalnya dari sebuah puisi dalam pembelajaran bahasa, akan tercipta pembelajaran yang menuntut siswa berfikir HOTS, dengan membuat pertanyaan, membuat kalimat penjelasan makna dari sebuah puisi tersebut, mempraktikkan membaca puisi tersebut dan mengeksplor diri siswa.

Kali ini kami dalam acara kunjungan ke sekolah tak lagi menemukan mesin-mesin teknologi yang sangat canggih atau mesin-mesin besar pertambangan yang sangat luar biasa yang ada di dalam laboratorium kampus, namun kami benar-benar disuguhkan pada hal yang akan kami hadapi langsung ketika pulang pelatihan ini, yaitu bagaimana guru mampu membuat action plan yang bagus dan dilaksanakan dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran serta memanfaatkan ICT dan Pendidikan Penguatan Karakter. Akan selalu ada kesulitan, namun bagaimana cara kami dapat benar-benar mengeksplor bakat dan kemampuan peserta didik dengan baik.

Kami menjadi observer langsung dua pembelajaran yang disuguhkan oleh guru dan wakil kepala sekolah di sini. Guru yang pertama tampil bernama Chen Nah, beliau mengajar tentang tema kepahlawanan dengan model pembelajaran inquiry.

Model pembelajaran Inqury.

Model pembelajaran Inquiry ini adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Model inquiry ini adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain.

Model pembelajaran inquiry yang digunakan oleh Lao Shi Chen Nah ini, diawali dengan salam pembuka dari Lao shi, dilanjutkan tanya jawab tentang PR. Kemudian guru menyampaikan materi yang akan dipelajari yang sudah ada pada layar monitor yang ukurannya melebihi papan tulis ini. Materi ini tentang kepahlawanan, ada pelajaran bahasa kesenian dan budaya. Terjadi interaksi antara siswa dan guru, siswa dengan siswa lainnya. Semua berdiskusi menyampaikan pendapat pada kelompok kevil mereka, lalu mereka bergantian mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka di depan teman-temannya dari kelompok lain.

Guru mengajar sangat menguasai materi serta menguasai kelas dan menguasai ICT untuk membantu dalam media dan sumber pembelajaran, meskipun siswa dalam satu kelas berjumlah 48 orang dan dibagi menjadi 12 kelompok kecil, pembelajaran di kelas benar-benar terjadi siswa center, dan dengan jumlah yang banyak ternyata tidak menjadi halangan untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.

Dalam pembelajaran ini siswa diminta untuk membaca sebuah wacana kemudian mencari kata kuncinya. Mereka mengerjakan lembar kerja untuk dapat membuat kalimat tanya dari wacana tersebut, mereka kembali berdiskusi yang dilanjutkan dengan presentasi dan diskusi kelas. Siswa dirangsang untuk dapat bertanya dan menyampaikan ide dan pendapatnya, tanpa sedikitpun guru keluar kata menyalahkan, tetapi jika ada siswa masih kurang tepat, maka segera diperbaiki kembali. Siswa sangat senang dmengikuti pembelajaran karena meeka dapat mengembangkan konsep pembelajarannya serta mereka dapat lebih mengeksplor diri mereka. Skenario yang dibuat dan diaplikasikan oleh Lao Shi Chen Nah pun sudah sesuai dengan karakteristik model pembelajaran inquiri ini pun sudah sesuai dengan langkah-langkah dalam model Inquiri di bawah ini :

1. Dapat membantu dan mengembangkan konsep pada diri siswa,

2. Membantu dan menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru

3. Membantu siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri

4. Memberi kepuasan yang bersifat instrinsik

5. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang

6. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu

7. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri

Model pembelajaran Projek Based Learning

Penampilan yang kedua adalah pembelajaran dari guru senior yaitu sebagai wakil kepala sekolah, Lao Shi Dongmei Yu ini dalam mengajar tampak terlihat sekali sudah sangat menguasai materi maupun penguasaan kelas, sehingga skenario pembelajaran pun sudah step demi step dapat dilalui dengan baik. Lao Shi yang satu ini dalam mengajar kali ini menggunakan model pembelajaran PBL (Project Based Learning).

Pembelajaran yang ditampilkan oleh Lao Shi Dongmei Yu ini masih tentang tema kepahlawanan, namun pembelajaran yang ditampilkan oleh Lao Shi Dongmei Yu tampak lebih teroganisir kelasnya dan sangat tampak sekali project based learning nya, karena semua siswa benar-benar dieksplor dalam bakat dan kemampuannya. Semua anak berani menyampaikan pendapatmya, berani bertanya, dan berani dalam menyampaikan idenya, namun mereka tetap saling menghargai satu sama lain. Ketika mereka berdiskusi dan melakukan presentasi, ada hal yang saya amati lebih menarik, mereka benar-benar antri dan berbaris rapi, saling bergantian memberikan waktu untuk bicara, tidak bergerombol atau menumpuk, tampak sekali mereka percaya diri, mereka pun saat menjawab atau akan bertanya selalu membiasakan mengangkat tangan tunjuk jari, dan sebelum ditunjuk oleh guru atau temannya maka mereka tidak akan berbicara dahulu, bagi yang tidak ditunjuk mereka pun tetap berlapang dada sehingga tidak menimbulkan kegaduhan.

Saat pembelajaran ini sangat runtut sekali sesuai dengan sintaks yang ada dalam model pembelajaran Project Base Learning. Di dalam pelaksanaannya, model pembelajaran PBL ini memiliki sintaks yang menjadi ciri khasnya dan membedakannya dari model pembelajaran lainnya seperti discovery learning dan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning

Adapun Langkah-langkah model pembelajaran berbasis proyek (projek based learning).

1. Menentukan pertanyaan dasar

2. Membuat desain proyek

3. Menyusun penjadwalan

4. Memonitor kemajuan proyek

5. Penilaian hasil

6. Evaluasi pengalaman

Kendala yang sering kita hadapi saat di lapangan (sekolah) adalah pembiasaan dan keinginan untuk mau berubah dimulai dari diri sendiri, baik itu dari guru itu sendiri maupun dari siswa juga dari pihak stake holder yang sangat mendukung dalam keberhasilan pendidikan di Indonesia. semua teori-teori pendidikan dan model pembelajaran adalah sama, hanya saja dalam pelaksanaannya yang berbeda sangat jauh. Maukah kita disiplin dalam mengaplikasikan semua itu?

Secara teori hal-hal yang dilakukan dalam pembelajaran di China ini sama dengan di negara kita yang sudah kurikulum 2013, di mana pembelajaran harus aktif, menyenangkan, dapat mengeksplor peserta didik dengan maksimal. Namun kendala di atas bukan hanya pada aspek sumber daya manusianya saja, tetapi juga pada sistem yang digunakan di negara kita.tugas kami sebagai pendidik adalah bagian membangun motivasi rekan kerja untuk dapat mengaplikasikan teori-teori yang sudah banyak dikenalkan di sekolah, perubahan kurikulum yang terus menyesuaikan dengan perkembangan zaman, yaitu terlebih kepada sistem pendidikan di Indonesia pun yang perlu juga untuk diperhatikan, ditambah dengan fasilitas dan sarana prasarana yang harus mendukung dalam keberhasilan pendidikan di Indonesia. Pemerintah tak lagi hanya menuntut kreativitas para pendidik saja, namun juga harus turut serta melengkapi kebutuhan-kebutuhan dalam pembelajaran supaya peserta didik dapat lebih tereksplor bakat dan kemampuannya.

5. Xu Zhou Technological Innovation Center (Pesat Inovasi Teknologi Xu Zhou)

Xuzhou Technological Innovation Center untuk mempelajari tentang aplikasi pemrograman dasar dan mengkonstruksi robot di sekolah-sekolah kota Xuzhou. Setiba di tempat, kami mengunjungi Oxpont Company yang di dalamnya terdapat International Universities Innovation Alliance (IUIA) dan kami disambut hangat oleh Mr. Chen Xu dan beberapa staff dari perusahaan swasta ini. Di bagian depan office room terpampang visi dari IUIA yaitu "untuk meningkatkan kesehatan dunia, perlindungan terhadap lingkungan dan masyarakat melalui pengembangan berkelanjutan melalui kewirausahaan dan didasari inovasi untuk para peserta didik dan pengusaha global".

Pada awalnya kami melihat pameran beberapa robot yang mereka ciptakan. Robot-robot tersebut seperti fighting robots yang biasa digunakan untuk pertandingan antar robot yang sering diadakan di China. Kemudian ada dancing robot yang melalui perintah dari remote control mampu menari dan mempraktikan bela diri tradisional China. Selain itu ada speaking robot yang mampu berinteraksi dengan manusia tetapi untuk sekarang hanya interaksi dalam bahasa Cina dan mereka sedang mengembangkan speaking robot dalam versi bahasa inggris. Yang terakhir mereka memamerkan robot yang dapat memeriksa kondisi kabel melalui remote control.

Setelah pameran tersebut Mr. Chen Xu memberikan introduksi mengenai perusahaan yang fokus utamanya adalah untuk inovasi dan robot-robot. Dari perusahaan ini berdiri hingga sekarang telah memiliki 16 hak paten yang diantaranya adalah program untuk memberikan instruksi robot, beberapa robot yang ditujukan untuk edukasi, dll. Bahan-bahan untuk robotik mereka ciptakan menggunakan printer 3 dimensi yang mereka miliki sendiri. Produk-produk yang dimiliki oleh perusahaan ini dapat digunakan dalam proses pembelajaran tentang pemrograman dasar dan robotik di sekolah-sekolah. Apa yang mereka lakukan ini mendapatkan dukungan dari perdana mentri dan pemerintah setempat dan sampai sekarang telah berkolaborasi dengan lebih dari 200 sekolah di Xuzhou mulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, hingga Universitas.

Perusahaan Oxpont juga menyediakan program latihan untuk para guru yang sekolahnya telah mengikat kontrak dengan perusahaan ini. Pelatihan guru tersebut diadakan di Experimental Center milik perusahaan dan berlangsung selama 1 bulan. Setelah para guru tersebut mengikuti pelatihan, mereka dapat langsung mengajar di kelas tentang pemrograman dasar dan robotik. Selain itu untuk para peserta didik, menurut Mr. Xu, mereka dapat menguasai pemrograman dasar dan robotik rata-rata memakan waktu 2 hingga 3 tahun.

Setelah memberikan introduksi singkat mengenai perusahaan, Mr. Xu menjelaskan bahwa edukasi yang diberikan oleh perusahaan ini berlatar belakang STEM (Science Technology Engineering Math) yang didasari oleh inovasi teknologi. Semua material robotik yang diperlukan di Experemintal Center dalam proses pembelajaran diciptakan sendiri dengan menggunakan printer 3 dimensi. Perusahaan ini juga memiliki beberapa suku cadang yang berbentuk seperti Lego tetapi disusun dengan magnet untuk membangun robot. Selain itu perusahaan juga sering mengadakan kompetisi DIY (Do It Yourself) yang ditujukan untuk 20 orang peserta didik yang telah lulus seleksi terlebih dahulu. Mereka akan dibawa ke Experimental Center untuk menciptakan robot jenis apapun yang mereka mau tanpa arahan dari perusahaan atau siapapun karena pada dasarnya perusahaan ini ingin para peserta didik tersebut untuk menciptakan kreativitas yang muncul dari dalam dirinya sendiri.

Seusai sambutan dari Mr. Xu kami dibawa oleh salah seorang staff berkeliling ruang kerja untuk melihat pameran berbagai foto dan ikatan kerjasama yang terpampang di sepanjang dinding ruang kerja. Beliau menjelaskan bahwa Xuzhou National Hi-Tech Industrial Developement Zone & IUIA Huaihai International Innovation Center serta Pemerintah China bekerja sama dengan United Kingdom, Amerika, Jerman, dan Perancis dalam mengembangkan pendidikan tentang pemrograman dasar dan robot. Selain itu perusahaan juga mengikat kerjasama dengan universitas kelas Ivy League dunia seperti Oxford University, Hardvard University, Massachusets Institute of Technology.

6. School Visit : The Affiliated Middle School to C.U.M.T. (Kunjungan Sekolah : Sekolah Menengah Yang Berafiliasi dengan C.U.M.T. )

Pada kegiatan kali ini kami berkesempatan untuk mengunjungi 2 sekolah top-notch bukan hanya di Kota Xuzhou tetapi di seluruh dataran Cina yaitu Sekolah Menengah Yang Berafiliasi dengan C.U.M.T. dan Sekolah Menengah Xinyuan.

Dalam kegiatan pertama kami bersama-sama mengunjungi Sekolah Menengah Yang Berafiliasi dengan C.U.M.T. dan setibanya disana kami disambut dengan hangat oleh Kepala Sekolah Wang dan beberapa staff sekolah. Kemudian kami menuju lecture hall untuk mendengarkan sambutan yang disampaikan oleh Mr. Wang. Dalam sambutannya beliau memuji Indonesia yang memiliki kerjasama yang sangat akrab dengan Cina terutama kerjasama dalam bidang edukasi seperti kerjasama C.U.M.T. dengan beberapa universitas Indonesia yang diantaranya ada Universitas Lamben Mankula, Institut Teknologi Nasional Banjarmasin, dan National Veterans Construction Univeristy dari Indonesia.

Kemudian Mr. Wang menjelaskan tentang latar belakang sekolah yang beliau pimpin. Sekolah tersebut merupakan sekolah anak dari C.U.M.T. yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa/i dan staff untuk universitas dari para peserta didik yang telah lulus. Selain itu sekolah tersebut memiliki murid sebanyak lebih dari 1500 orang baik di SMP maupun di SMA (lebih dari 900 murid di SMP dan lebih dari 500 murid di SMA) dan 120 staff pengajar.

Sekolah Menengah Yang Berafiliasi dengan C.U.M.T. memiliki filosofi pendidikan yakni untuk menstimulasi minat, menanamkan kebiasaan, dan membentuk karakter para peserta didik. Menurut Mr. Wang, dengan menstimulasi minat para peserta didik dalam belajar, secara tidak langsung sekolah juga membantu mereka untuk membangun keyakinan diri, menanamkan rasa pencapaian, dan membuat pembelajaran mereka penuh motivasi. Melalui hal ini, Mr. Wang percaya, kita dapat membangkitkan kualitas sempurna dari para peserta didik seperti sifat pekerja keras, optimisme, kepercayaan diri, dan juga rasa kesatuan.

Kemudian Mr. Wang menjelaskan bahwa sekolah yang ia pimpin telah memiliki kerjasama dengan sekolah-sekolah luar negeri seperti Australia, Kanada, dan masih banyak lagi. Setiap tahun lebih dari 100 guru dan murid dipilih untuk belajar ke luar negeri dan lebih dari 100 guru dan murid dari luar negeri juga diundang untuk bertukar ide satu sama lain setiap tahunnya. Terakhir Mr. Wang menyampaikan harapannya agar dapat memperkuat hubungan dengan sekolah-sekolah di Indonesia agar dapat turut berikut serta dalam bertukar ide dengan tujuan untuk mengembangkan dunia pendidikan di negara masing-masing.

Seusai sambutan dari Mr. Wang kami diajak menyaksikan praktik mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris oleh salah seorang guru dan 59 orang para peserta didik. Materi yang dibahas pada saat itu adalah tentang Directions (Arah) dengan metode mengajar yang berpusat pada peserta didik dan berbasis IT. Proses belajar mengajar yang berlangsung sangat tertib dan semua peserta didik sangat antusias dalam belajar dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh gurunya.

Setelah proses pembelajaran usai, kami memasuki sesi tanya-jawab dengan guru. Kali ini saya sempat menyampaikan kekhawatiran saya tentang para peserta didik yang lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk media sosial yang sangat menyita waktu dibandingkan dengan membaca buku-buku yang bermanfaat dan bertanya apa cara yang paling efisien untuk menanamkan minat membaca di dalam diri para peserta didik? Kemudian sang guru menjawab, dalam hal untuk menanamkan minat membaca dalam diri para peserta didik kita sebagai guru harus menciptakan subjek-subjek yang dapat menarik minat mereka dalam belajar dan juga dapat menstimulasi ide-ide mereka sehingga timbul kebiasaan membaca yang dapat diterapkannya dimanapun mereka berada. Acara ini ditutup dengan pertukaran hadiah antara pihak sekolah dengan para partisipan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun