Kesempatan orasi kedua diberikan kepada pak tentara. ” Wahai adinda yang cantik rupawan” Begitulah pak tentara membuka awal pidatonya. ” Pilihlah saya menjadi ketua RT. Di jamin tak ada laki-laki yang berani mengganggu adinda. Bila adinda membutuhkan, saya akan lekas hadir di relung hati adinda yang terdalam” Begitulah rayuan maut pak tentara kepada janda kembang itu.
Kini tibalah pak guru yang mendapatkan kesempatan berorasi. Pak guru terdiam sejenak, walaupun hatinya juga dag dig dug sambil memandangi wajah sang janda yang cantik jelita itu. “Ibu Siti yang cantik rupawan. Saya mohon ibu tak memilih saya menjadi ketua RT 005 (Semua orang terheran-heran dibuatnya). Saya tak ingin menjadi orang yang inkonsistensi. Saya harus konsisten dari apa yang telah saya ucapkan sebelumnya bahwa saya memang tidak berniat menjadi ketua RT. Sudah terlalu banyak beban derita yang saya tanggung sebagai guru, apalagi menjelang sertifikasi guru ini. Saya harus mempersiapkan portofolio saya agar dapat lulus menjadi guru profesional. Saya juga harus menghadapi penilaian kinerja guru. Saya mempersilahkan ibu Siti memilih pak tentara atau pak pengusaha untuk menjadi ketua RT”.
Rupa-rupanya sang janda cantik ini tahu, kalau dalam kompetensi guru ada kompetensi yang mengharuskan para guru juga aktif dalam kegiatan masyarakat. Maka bicaralah sang janda kembang.
”Saya memilih pak guru untuk menjadi ketua RT agar bisa lulus sertifikasi guru. Dengan beliau jadi ketua RT, ada kompetensi yang bisa beliau pakai agar dapat lulus sertifikasi guru. Karena itu, saya memilih Pak guru yang dengan tulus ikhlas membina anak negeri.” Begitulah kata si janda cantik mengakhiri bicaranya. Warga lainnya pun bersorak tanda setuju, dan membopong pak Guru untuk tampil di mimbar.
Melihat itu, pak tentara dan pak pengusaha pun tersadarkan. Mereka tak berambisi lagi menjadi ketua RT. Mereka pun akhirnya setuju mendukung pak guru menjadi ketua RT yang baru.
Dalam sambutan pengangkatannya pak guru berpidato:
” Guru bekerja untuk rakyat, Tentara bekerja untuk rakyat, Pengusaha bekerja untuk rakyat, dan Semua profesi bekerja untuk rakyat. Karena kita adalah bagian dari rakyat”. HIDUP RAKYAT.
Wijaya Kusumah, Guru, Tentara, dan Pengusaha
(Sebuah kisah yang diambil dari pemilihan ketua RT di daerah kami yang disampaikan dengan gaya humor, dan mohon maaf bila ada yang tersinggung)