Pernahkah kamu merasa dunia begitu tidak adil?
Teman yang dulu kamu bantu justru pergi saat kamu membutuhkan. Rekan kerja yang kamu dukung seolah lupa akan jasamu. Bahkan, keluarga sendiri kadang meremehkan pendapatmu. Rasanya sesak, seakan tidak ada seorang pun yang benar-benar melihatmu.
Kita semua ingin dimengerti, dihargai, diprioritaskan. Namun, di balik segala tuntutan itu, ada satu pertanyaan sederhana yang sering terlupakan: sudahkah aku menghargai diriku sendiri?
Terjebak dalam Validasi Orang Lain
Sering kali kita terlalu sibuk mengejar pengakuan dari luar. Kita rela mengorbankan waktu, tenaga, bahkan kesehatan demi sebuah pujian. Kita berkata "iya" meski hati menolak, hanya karena takut mengecewakan. Kita membiarkan orang lain melampaui batas, hanya karena khawatir ditinggalkan.
Ironisnya, kita marah ketika orang lain tak menghargai kita, padahal diri sendiri pun sering kita abaikan.
Menghargai Diri Bukanlah Egois
Menghargai diri bukan berarti egois. Justru itu adalah bentuk cinta paling tulus yang bisa kita hadiahkan pada hidup kita.
Bagaimana orang lain bisa percaya pada nilai kita, jika kita sendiri terus meremehkan diri? Bagaimana orang lain bisa menghargai kita, kalau kita sendiri tak pernah berani menetapkan batas?
Menghargai diri berarti berani berkata "cukup" ketika lelah. Berani menolak ketika sesuatu bertentangan dengan hati. Berani memberi ruang untuk gagal tanpa menempelkan label "tidak berguna" pada diri sendiri.