Mohon tunggu...
Widy Nur Amalia
Widy Nur Amalia Mohon Tunggu... Menulis untuk tumbuh, berbagi untuk hidup lebih bermakna.

Saya Widy Nur Amalia, penulis komunitas yang percaya bahwa kata-kata bisa menjadi ruang penyembuhan sekaligus penghubung. Topik yang saya angkat seputar self-growth, perjalanan anak muda, kesehatan, hingga refleksi sosial dari keseharian. Melalui Kompasiana, saya ingin membangun jejak tulisan yang bisa memberi dampak positif.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apalah Arti Aku di Tengah Duka Indonesia? Suara Kecil yang Tak Ingin Diam

1 September 2025   06:50 Diperbarui: 1 September 2025   09:50 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Simbol harapan dan persatuan di tengah duka bangsa (Dokumen pribadi)

Setiap kali Indonesia berduka, ada perasaan ganjil yang menyelinap dalam diriku. Di linimasa media sosial, di sudut-sudut kota yang ramai, aku melihat wajah-wajah penuh semangat bercampur dengan rasa kecewa. Ada yang turun ke jalan, meneriakkan tuntutan. Ada yang berbaris dengan tenang, menyalakan lilin sebagai simbol doa. Ada pula yang memilih diam, menatap dengan mata sembab, menanggung luka dalam hati.

Di tengah hiruk-pikuk itu, aku sering bertanya: apalah arti aku? 

Aku bukan pembicara hebat. Aku bukan pengambil keputusan. Aku bukan tokoh yang bisa menggerakkan ribuan orang. Aku hanyalah seseorang yang menulis dengan kata, dengan rasa, dengan keresahan yang kadang tak berani kuucapkan lantang. Lalu, apakah "aku" ini punya arti di tengah duka yang begitu besar?

Suara Kecil yang Sering Diremehkan

Pernah terlintas dalam pikiranku, bahwa suaraku hanyalah bisikan kecil yang mudah hilang. Satu tulisan mungkin tak akan mampu menghentikan kericuhan, tak bisa mencegah perpecahan, bahkan mungkin tak akan sempat dibaca banyak orang. Tapi, apakah itu membuatku berhenti? Tidak. Karena aku percaya, sejarah selalu menunjukkan bahwa perubahan besar tidak pernah lahir tiba-tiba. Ia lahir dari kumpulan suara-suara kecil yang berani menolak diam. Dari obrolan sederhana, dari coretan di buku harian, dari tulisan yang awalnya dianggap sepele. Dan suara kecil itu suara yang kini kubawa, mungkin bisa menjadi bagian dari aliran perubahan yang lebih besar.

Aku Bukan Pahlawan, Tapi Aku Peduli

Aku sadar, aku bukan siapa-siapa. Aku tak memimpin barisan aksi, tak berdiri di depan mikrofon, tak masuk ke layar kaca. Tapi aku punya kepedulian. Dan aku yakin, kepedulian yang kecil tetap lebih berharga daripada ketidakpedulian yang besar.

Dengan menulis, aku merawat ingatan. Aku mengajak orang lain berhenti sejenak dari kebisingan, untuk kembali merenung. Aku bukan pahlawan. Aku hanya ingin mengingatkan diriku sendiri bahwa mencintai negeri ini tidak harus selalu dengan aksi besar. Terkadang, cinta hadir dalam bentuk sederhana: menjaga pikiran tetap jernih, menolak diadu domba, dan tetap percaya pada masa depan.

Dari Titik Menjadi Garis

Mungkin benar, aku hanyalah titik kecil di tengah luasnya Indonesia. Tapi bukankah sebuah garis panjang terbentuk dari ribuan titik yang saling terhubung? Bukankah cahaya terang lahir dari bintang-bintang kecil yang bersama-sama menghiasi langit malam?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun