Alih-alih hanya fokus pada penghematan individual, gerakan frugal living dapat dikembangkan menjadi ekonomi kreatif yang lebih produktif. Misalnya, pengembangan koperasi yang memproduksi barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan harga terjangkau. Konten frugal living juga dapat menjadi media untuk pendidikan finansial yang lebih sistematis, memanfaatkan platform media sosial untuk menyebarkan pengetahuan tentang investasi, asuransi, dan perencanaan keuangan jangka panjang. Fenomena frugal living di TikTok mencerminkan kompleksitas masyarakat Indonesia. Di satu sisi, trend ini menunjukkan kreativitas masyarakat dalam merespons tantangan ekonomi dan menantang budaya konsumerisme yang berlebihan. Namun, penting untuk tidak meromantisasi kemiskinan atau menganggap frugal living sebagai solusi tunggal untuk masalah ekonomi struktural. Gerakan ini perlu dikembangkan secara lebih sistematis dan dikombinasikan dengan upaya-upaya lain untuk menciptakan sistem ekonomi yang lebih berkeadilan. Fenomena frugal living di TikTok menunjukkan bahwa media sosial dapat menjadi ruang untuk resistensi budaya, meskipun dengan segala keterbatasannya. (Nofa Feri Andani, 2023) menjelaskan bahwa "tren frugal living di media sosial harus dipahami dengan konsep yang benar agar tidak dicap pelit," menunjukkan perlunya pemahaman yang lebih mendalam tentang makna dan implementasi gaya hidup ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI