3. Persyaratan Etis dan Teknis agar Layak Diterbitkan
A. Etika dan Privasi
- Gunakan izin tertulis dari orang tua murid, berupa surat persetujuan sederhana bahwa tulisan anak boleh dimuat.
- Jaga kerahasiaan identitas pribadi, hindari mencantumkan alamat, nomor telepon, atau informasi keluarga yang terlalu detail.
- Gunakan nama depan dan inisial (misalnya: Frederica T., Yordan G., Dema S.) untuk menjaga keamanan.
- Hindari atau samarkan tulisan yang bersifat terlalu pribadi atau sensitif seperti perceraian, konflik, atau kesulitan ekonomi.
B. Kualitas Naskah
- Bahasa disunting ringan agar sesuai dengan tingkat SD: sederhana, komunikatif, dan positif.
- Gaya tulisan tetap alami---biarkan "suara anak-anak" tetap terdengar jujur dan polos.
- Setiap tulisan disertai judul, nama murid, dan kelas; foto kecil boleh ditampilkan jika ada izin orang tua.
- Disertai pengantar dari wali kelas (kurator) yang menjelaskan tujuan proyek dan nilai pendidikan di baliknya.
C. Aspek Legal dan Teknis
- Hak cipta tetap milik penulis (murid) dan sekolah sebagai pengelola.
- Penerbitan bisa dilakukan secara:
- Internal (terbatas) --- untuk koleksi sekolah dan keluarga.
- Publik (umum) --- melalui penerbit indie seperti Deepublish, Literasi Nusantara, atau Jejak Publisher.
- Pengajuan ISBN (opsional tapi disarankan) agar buku diakui secara resmi.
- Desain buku dibuat sederhana dan hangat dengan tema visual "cerah, penuh kasih keluarga".
4. Saran Tambahan untuk Nilai Edukasi
- Tambahkan bagian refleksi pribadi di akhir tulisan:
"Apa yang saya pelajari dari tradisi keluargaku?"
agar anak dapat mengambil hikmah dari ceritanya. - Sertakan kata pengantar dari Kepala Sekolah dan Guru Bahasa Indonesia.
- Tambahkan bagian Ucapan Syukur dan Terima Kasih di akhir buku, serta foto kegiatan literasi di sekolah.
Testimoni
- Perwakilan Murid:
"Menulis tentang keluargaku membuat aku lebih sayang dan bangga dengan papa dan mama." - Guru Bahasa Indonesia:
"Anak-anak belajar menulis dari hal paling dekat---keluarganya sendiri. Inilah literasi yang membumi." - Orang Tua Murid:
"Kami terharu membaca tulisan anak kami. Ada nilai-nilai rumah yang ternyata mereka rekam dengan begitu jujur." - Kepala Sekolah:
"Buku ini menjadi bukti bahwa literasi bukan hanya tugas akademik, tapi juga cara untuk merawat nilai keluarga."
Penutup
Melalui Parade Menulis Tradisi Keluarga, murid-murid kelas 6 SD Tarsisius Vireta tidak hanya belajar menulis, tetapi juga belajar menghargai akar budaya dan kasih keluarga.
Kegiatan ini adalah bentuk nyata dari pendidikan holistik---yang tidak hanya mengasah kemampuan berpikir, tetapi juga menumbuhkan hati yang penuh rasa syukur.
Karya-karya kecil ini adalah permata yang lahir dari rumah-rumah sederhana, dari doa, tawa, dan cerita kasih yang terus hidup di tengah keluarga Indonesia.
Semoga langkah kecil ini menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk terus menumbuhkan literasi berbasis nilai-nilai keluarga dan budaya bangsa.
Daftar Pustaka
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Gerakan Literasi Nasional: Panduan Praktis di Sekolah Dasar. Jakarta: Kemendikbud.
- Kemendikbudristek. (2021). Profil Pelajar Pancasila dan Praktik Baik Literasi Sekolah Dasar.
- Contoh Karya Murid : https://www.kompasiana.com/widodoantonius6269/68ef4950c925c42b8b48e712/diary-dema-avrillia-siringo-ringo?utm_source=Whatsapp&utm_medium=Refferal&utm_campaign=Sharing_Desktop
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI