Mohon tunggu...
Widodo Antonius
Widodo Antonius Mohon Tunggu... Guru SD Tarsisius Vireta Tangerang

Hobi membaca menulis dan bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Hidu Geni, Kesatria Piningit

27 September 2025   07:15 Diperbarui: 26 September 2025   14:43 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen: Hidu Geni, Kesatria Piningit

Oleh: Widodo, S.Pd. 

Kerajaan Konoha yang dahulu dikenal makmur kini porak-poranda. Kemarau panjang merenggut kesuburan tanah. Sawah-sawah mengering, ladang gersang, dan hutan meranggas. Sungai-sungai yang dulu gemericik membawa kehidupan kini berubah jadi alur retakan tanah. Rakyat kecil hanya mampu bertahan dengan singkong, jagung, ubi, dan nasi aking.

Namun berbeda dengan para petinggi kerajaan. Mereka masih duduk tenang di kursi megah, makan dan minum berlimpah, seolah tak terjadi apa-apa. Persediaan makanan kala musim subur dahulu menjadi benteng kenikmatan mereka. Mereka malas membaca buku, enggan memahami tanda-tanda zaman, dan menutup mata dari jeritan rakyat.

Di tengah penderitaan itu, muncullah seorang tokoh yang disebut orang-orang sebagai Hidu Geni, kesatria piningit. Ia berbeda dengan para penguasa. Hidu Geni senang membaca kitab, memahami petunjuk, dan meneliti tanda-tanda alam. Ia tahu bahwa bencana ini bukan sekadar kutukan, melainkan peringatan.

Suatu hari, ia memutuskan bertapa di tepi laut selatan yang sunyi dan angker. Ombak besar menyapu karang, burung camar berputar di langit kelabu. Di situlah ia bermunajat, berdoa agar Sang Hyang Pencipta memberi jalan keluar.

Di tengah tapanya, muncul seorang wanita jelita. Kulitnya bening, matanya bercahaya bagai permata. Suaranya merayu lembut.
"Sudahlah, Hidu Geni. Hentikan tapamu itu. Jika engkau mau menikah denganku, akan kuberi gemerlap kerajaan di tepi lautan ini. Harta, takhta, dan keindahan, semua milikmu."

Hidu Geni menunduk. Ia sadar itu hanyalah godaan.
"Apa arti kerajaan dan gemerlapnya jika rakyatku tetap lapar? Aku tidak akan berhenti sebelum Konoha berubah."

Wanita itu tersenyum getir, lalu lenyap ditelan kabut.

Belum lama ia kembali hening, muncul monster bergigi tajam, bermata api, tubuhnya berlipat seribu kaki. Ia memperkenalkan diri dengan suara menggelegar.
"Aku Genta Cakil Seribu Kaki! Jika kau berhenti bertapa, aku akan jadi abdi setiamu. Aku akan memberimu kekuatan tanpa batas."

Hidu Geni menatap tajam monster itu.
"Kekuatan tanpa kebenaran hanya membawa kehancuran. Aku tidak butuh abdi, aku butuh keadilan untuk rakyatku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun