Â
Penulis Hebat
Saya juga mengamati penulis-penulis hebat di Kompasiana. Ada yang berstatus penjelajah, senior, fanatik, hingga maestro. Mereka menjadi figur panutan bagi saya. Bahkan saya pernah menulis artikel dengan menjadikan mereka sebagai referensi. Siapa tahu gaya hidup literasi mereka bisa menular.
Fenomena ini menunjukkan bahwa menulis bukan sekadar menuangkan isi hati, melainkan praktik berkelanjutan yang ditopang oleh kebiasaan membaca. Tanpa bacaan, tulisan akan kehilangan daya pukau.
Â
Mengenalkan Manfaat Membaca di Kelas
Sebagai guru, saya percaya bahwa gerakan membaca di kelas adalah langkah awal. Harapannya sederhana: siapa tahu murid-murid ini kelak menjadi pejabat, tetapi tetap aktif membaca. Membaca bukanlah kegiatan sampingan, melainkan bekal berpikir. Dari kelas kecil inilah diharapkan tumbuh generasi yang menjadikan membaca sebagai gaya hidup, bukan sekadar tuntutan akademik.
Kolaborasi dengan Penerbit
Penerbit adalah gerbang penting yang mempertemukan penulis dengan pembaca. Jika penerbit populer belum bisa dijangkau, penulis bisa memulainya dengan penerbit sesuai bujet. Itu langkah realistis sekaligus batu loncatan menuju penerbit berkelas. Kolaborasi penulis--penerbit inilah yang menjaga ekosistem literasi tetap hidup.
Namun, semua kembali pada pembaca. Buku yang diterbitkan dengan susah payah harus sampai ke tangan masyarakat luas, termasuk pejabat yang kerap menjadi sorotan publik.
Harapan bagi Pejabat di Bidang Pendidikan