Darurat Baca Pejabat: Daya Tarik Penulis, Penerbit Buku, Murid di KelasOleh: Widodo, S.Pd.
Â
Pendahuluan
Â
Bagi setiap orang yang berpikir positif, setiap  masalah atau kesulitan akan dijadikan sebuah peluang dan tantangan. Darurat baca pejabat kita, menjadi peluang dan tantangan bagi penulis bukan sekadar bagaimana memproduksi buku-buku bermutu. Buku yang bermutu saja tidak cukup, karena perlu dicetak oleh penerbit untuk dipublikasikan. Buku yang hanya tersimpan rapi di rak belum tentu menyentuh pembaca. Pertanyaannya, siapa pembacanya? Anak-anak, remaja, orang tua, hingga tokoh publik dan pejabat.
Â
Saya pribadi pun ikut mengambil langkah kecil. Buku kumpulan cerpen solo karangan sendiri saya ujicobakan untuk dibaca di perpustakaan sekolah. Dari sana saya bertanya: bagaimana langkah berikutnya? Bagaimana dengan penulis ternama, dengan bentuk apresiasi bagi semua komponen yang berkepentingan untuk membaca---dari kelas hingga pejabat? Bagaimana membaca bisa menjadi gaya hidup, bukan sekadar flexing, melainkan reading?
Â
Guru Menulis Buku
Â
Saya mengamati banyak guru yang aktif menulis di Kompasiana. Sehari bisa dua atau tiga artikel mereka hasilkan. Pertanyaan sempat muncul di benak saya: apakah mereka tidak tidur? Ternyata itu memang gaya hidup. Mereka membaca, menulis, dan menulis lagi. Tulisan-tulisan mereka adalah akumulasi dari refleksi hasil membaca. Bahkan artikel saya ini pun lahir dari bacaan-bacaan sebelumnya.