Mohon tunggu...
Widjaya Harahap
Widjaya Harahap Mohon Tunggu... Insinyur - a quietude storyteller

write for soul enrichment and enlightenment

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tukang Koyok

14 Januari 2021   17:21 Diperbarui: 14 Januari 2021   17:27 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepada Emak tidak kuceritakan kejadian yang sesungguhnya. Aku khawatir itu akan membuat hatinya semakin sedih. Kubilang sepulang sekolah kudengar kabar akong sakit dan dibawa ke Balai Pengobatan. Aku menyusulnya ke sana.

Malam itu, hingga tengah malam, mataku tak juga mau terpejam. Aku masih kerap menangis. Emak duduk di sisi pembaringan mengelus-elus rambutku. Dalam diam, tanpa kata-kata, berusaha menenteramkan hatiku yang terguncang dipagut kesedihan.

***

Hari ini setelah 50 kali musim durian berlalu, kubuka album foto yang mengusang coraknya. Di bawah lidah lapisan plastik, di halaman pertama, terbaring selembar uang bergambar Jenderal Sudirman mengenakan blangkon dalam lukisan berwarna abu-abu di atas latar warna jingga.

Uang kertas bernilai seringgit. Dua setengah rupiah.

-oOo-


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun