Mohon tunggu...
Widz Stoops
Widz Stoops Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Penulis buku “Warisan dalam Kamar Pendaringan”, Animal Lover.

Smile! It increases your face value.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yang Tersirat Dibalik Perayaan “Thanksgiving” di Amerika

27 November 2020   06:36 Diperbarui: 27 November 2020   07:05 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Thanksgiving Dinner, Sumber: https://unsplash.com/photos/tZwcwRw6x1c

Berkumpul bersama keluarga, menikmati sajian ayam kalkun yang diolah dengan berbagai macam cara, dilengkapi dengan gravy, cranberry salad dan sebagai penutupnya, tentu saja melahap pumpkin pie sambil menonton permainan Football atau Parade di TV.  Itulah kegiatan yang umumnya dilakukan oleh orang Amerika di hari Thanksgiving.

Tahun ini perayaan tersebut jatuh pada tanggal 26 November 2020, hari libur nasional yang satu ini memang selalu jatuh di hari kamis terakhir di bulan November, setiap tahunnya.

Hampir 400 tahun lalu tepatnya pada bulan September 1620, sebuah kapal kecil bernama Mayflower meninggalkan Plymouth- Inggris dengan membawa 102 penumpang, dari berbagai macam religius separatis, yang dikenal sebagai The Pilgrims untuk mencari tempat pemukiman baru. Mereka berharap dapat dengan bebas mempraktikkan keyakinan mereka dan mendapatkan kehidupan yang lebih makmur dan menjanjikan.

Sebetulnya The Pilgrims telah tinggal selama lebih dari satu dekade di Belanda, negara paling toleran di Eropa yang bebas dari campur tangan Gereja Inggris. Hanya saja mereka khawatir keturunan mereka akan dirusak oleh budaya materialistik Belanda.

Setelah menyebrangi lautan serta melalui berbagai macam rintangan  selama 66 hari, akhirnya angin dan gelonbang pasang raksasa menghembus kapal mereka ke dekat ujung Cape Cod (Massachusetts), kira-kira 250 mil sebelah utara lebih jauh dari tempat yang mereka tuju yaitu muara Sungai Hudson (New York).

Bagi The Pilgrims terdamparnya Mayflower dengan selamat adalah suatu keajaiban dan tempat mereka terdampar juga nerupakan suatu takdir yang telah ditentukan.

Selama musim dingin pertama yang brutal itu, sebagian besar The Pilgrims tetap berada di kapal, di mana mereka menderita penyakit kudis, dan wabah penyakit menular lainnya.

Pada bulan Maret, para pemukim yang tersisa pindah ke darat. Di sana, mereka menemukan lahan kosong, persediaan jagung yang tersimpan dengan sumber air tawar yang dapat diandalkan.

The Pilgrims ingin membeli persediaan jagung itu, sayangnya tidak ada satu orangpun di sana. Tampaknya semua mati, kemungkinan karena wabah penyakit cacar yang melanda tempat itu selama kurung waktu tiga tahun.

Lagi-lagi suatu keajaiban ketika beberapa bulan kemudian tiba-tiba seorang suku Indian Pawtuxet yang bernama Squanto muncul menyambut mereka dalam bahasa Inggris.

Squanto dibesarkan di desa itu sebelum seorang kapten laut yang kejam menculiknya saat masih kecil dan menjualnya sebagai budak di Spanyol. Setelah empat tahun, dia dibebaskan oleh para biarawan yang baik hati, kemudian pergi ke Inggris, dan akhirnya berlayar melintasi Atlantik, hanya untuk menemukan teman-teman dan keluarganya semua mati tersapu oleh wabah penyakit cacar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun